Chapter 2

81 17 13
                                    

"daf! elu gak pernah suka sama orang gitu?"
tanya keira yang membuat dafika menghela nafas dalam-dalam sekaligus membuat canggung suasana
"hmmp..kok jadi pada diem ya??"
tanya mitha
"hmm..enggak lah kei kayak nya belom ada yang pas deh"
jawab dafika seadanya sambil mengumpat rasa jengkel terhadap pertanyaan keira
"ya ampun..keira..keira dafika temen kita ini gak mungkin suka sama seseorang ,ada juga banyak orang yang suka sama dia, tapi dia tolak semua"
seru mitha panjang lebar kali tinggi:v
"dafika elo itu pasti tipikal orang yang setia"
dengan nada kagum keira membuat dafika sedikit tersenyum.

Sesampainya di gerbang pondok
"daf! kenapa sih elu itu kalo ngomong sama orang selalu nunduk~mulu, kalo gw liatin kayak nya lu gak pernah natap lawan bicara lu"
ucap keira yang sedikit lancang, sesungguhnya dafika amat sangat berfikir dengan segala pertanyaan keira yang selalu membuat nya bingung
"ehmm..gak papa sih, mungkin kebawa sikap pas gw di asrama"
jawab dafika di sertai senyum nya yang manis, ternyata senyum nya membuat seorang pengajar di pondok teralihkn fokus nya kepada mereka ber-3
"eh! itu bukan nya guru paling cakep ya?"
tanya keira sambil jejingkrakan:v

"DAFIKAA!!"
seperti suara yang setiap hari dafika dengar ,dafika mengingat- ingat
"oh iya! ayah mampus dah gw"
suara batin nya, dafika pergi menghampiri sumber suara tersebut, ternyata benar firasat dafika...
"ayah"
sebut dafika sambil menggigit bibir bawah nya pertanda bahwa sebentar lagi badai,angin topan,gunung meletus,dan tsunami bergabung menjadi satu yaitu *kemarahan ayah
"mampus gue"
ucap nya dengan suara kecil

Sementara itu keira dan mitha tetap di posisi nya menatapi azmi, azmi adalah seorang guru muda di pondok pesantren itu,sementara itu ayah dafika adalah guru sekaligus sesepuh dan pengurus di pondok itu.

Bersambing...

baca bole
vot apalagi
okeoke:v

Hingga Terbit FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang