Chapter 3

70 17 6
                                    

Azmi adalah guru di pondok itu,
azmi sebaya dengan nanda kaka
dafika, dan ayah dafika adalah guru sekaligus sesepuh dan pengurus di sana.

Azmi berjalan menghampiri keira dan mitha, dengan membawa sebuah amplop surat.
keira dan mitha sesungguh nya tahu surat itu bukan untuk nya, tetapi tetap saja ketampanan azmi membuat semua wanita yang melihat nya jatuh cinta

"Ih kei.. Azmi kei azmi kei"
dengan nada yang terdengar exited mitha menepuk nepuk punggung keira
"asalamu alaikum"
salam azmi membuat jantung ingin meledak
"wa..ala.ikum salam ke..napa ya kak?"
tanya mitha dengan terbata-bata
"oh iya dafika kemana ya?"
tanya azmi yang membuat hati mereka terpotek
"ya ampun~ jadi kesini cuma nyariin dafika"
seru mitha dengan nada meledek
"shhutt.."
ucap keira yang berusaha menghentikan ocehan mitha
"oh iya kak..dafika nya kayak nya di panggil ayah nya deh"
ucap keira dengan jelas
"oh iya sebenernya aku ke sini gak mau nyariin dafika doang..tapi mau ngasih surat ini ke dia. hmmm..boleh nitip surat ini buat dafika gak.. "
jelas azmi panjang lebar,
dengan nada feminim mitha menjawab
"oh iya nanti kita sampein.."
"makasih yaa"
senyum azmi membuat jantung mitha maraton
"iya sama sama"
jawab mitha dengan rasa ingin meledak karna becakap dengan manusia se tampan azmi, ada rasa menyesal ketika melihat azmi pergi dari hadapan nya
"woii!! biasa aja kali ngeliatin nya"
teriak keira di telinga mitha
"apaansihh.."
balas mitha dengan sinis
"gw cuman pengen ngingetin elu aja mit..
azmi itu dateng bukan buat lo atau gue"
seru keira yang membuat mitha berfikir
"iya gw tau, kadang-kadang suka iri gw"
sambil menghela nafas dalam dalam seolah melepas kan yang bukan milik nya
"sama gw juga"
.
.
ditempat lain dafika terkena bencana omel ayah nya yang posesif
"ngapain sih kamu ke sini sini, udah tau ini khusus laki laki pokok nya kalo kamu ngelakuin hal kaya gini lagi, ayah gak segan jodohin kamu"
jelas ayah panjang lebar, selakyak nya anak anak lain jika sedang di ceramahin hanya bisa menunduk dan mengucapkan kata yang paling mujarap yaitu "Iya" padahal di dalam hati nya tercantum 1001 penolakan dengan cara apapun..
"ngarti kamu!! "
dengan nada sinis dan tatap tajam ayah menatap dafika
"iya deh iya"
ucap dafika dengan terpaksa

Bersambung...

Vote bole kali😁

Hingga Terbit FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang