50. Hadiah Randy

10.8K 242 94
                                    

Gelora 💗 SMA (50)

Malam itu Randy datang ke kamar kostanku. Dia membawa sejumlah barang-barang yang pernah dia berikan dulu waktu kami sama-sama duduk di bangku SMK. Ya ... lelaki yang makin tampan di usianya yang makin dewasa ini membawakan aku sebungkus coklat, permen karet, tisu dan juga kondom. Aku tersenyum melihat barang-barang itu semua. Karena ingatanku langsung tertuju pada masa SMK bersama Randy.

 Karena ingatanku langsung tertuju pada masa SMK bersama Randy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Waduh, Randy ... kamu membuka memoriku aja, deh!'' ujarku.

''Hehehe ...'' Randy tersenyum. Senyumannya masih seperti yang dulu. Manis seperti ada lelehan madu di sepanjang cekungan bibir ranumnya.

''Kamu masih ingat dengan ini semua, Poo?'' tanya Randy.

''Tentu saja, Ran ... aku mengingatnya. Semua pemberianmu memiliki makna dan kesan tersendiri dalam benakku ... kamu mempunyai cara unik untuk mengukir kenangan indah di setiap denyut nadi perjalanan hidup masa remajaku.''

''Iya ... karena kamu adalah kanvas termahal yang sebenarnya ingin aku miliki, Poo ...''

''Maksud kamu?''

Randy mendekati aku, mata beningnya seolah memancarkan cahaya kasih yang senantiasa membuatku merasa damai.

''Dari dulu aku menyukaimu, Poo ... aku sayang sama kamu ... aku ingin menjadi pacar kamu ... tapi waktu itu aku belum memiliki keberanian untuk mengungkapkannya,'' ujar Randy sembari membelai pipiku dengan sangat lembut.

Ya ... Tuhan, apakah aku tidak salah mendengar! Ini adalah kata-kata yang selalu aku tunggu sejak dulu dari mulut Randy. Jujur ... aku sangat terharu. Akhirnya Randy mau mengakui perasaannya terhadapku.

''Poo ...'' Randy memandang mataku lekat-lekat.

''Iya, Ran ...''

''Aku belum terlambat, 'kan ... kalau aku ingin menjalin hubungan cinta bersamamu?'' ujar Randy yang membuat jantungku berdebar-debar hebat.

''Tentu saja belum, Ran ... aku masih jomblo!'' balasku.

''Jadi ... kamu mau menjadi kekasihku?''

''Iya, aku mau, Ran ...'' Aku mengangguk pelan, ''karena aku juga sangat menyukaimu ... aku sudah lama merindukanmu ... aku juga sayang sama kamu, Ran ...'' lanjutku terus terang.

Randy tersenyum, rona bahagia nampak jelas di wajahnya. Dengan pelan dia mengangkat tanganku, lalu menciumnya dengan penuh mesra. Sungguh, ini membuatku seperti melayang tinggi ke awang-awang.

''Poo ... apa aku boleh mencium bibirmu sebagai tanda bahwa kita telah resmi jadi sepasang kekasih?'' kata Randy.

Aku tak bisa berkata apa-apa. Rasa haru yang begitu dalam membuat lidahku mendadak kaku. Aku hanya mampu menganggukan kepala itu pun dengan sangat pelan.

Randy meraih tengkukku dan mendekatkan kepalaku dengan kepalanya. Kini wajahku dengan wajah Randy telah berada dalam jarak yang teramat dekat. Aroma wangi nafasnya langsung tercium di indra penciumanku. Kemudian dalam hitungan detik bibir Randy menyentuh bibirku. Kecupannya terasa lembut dan hangat. Aku suka ini!

''I Love You, Full ... Riccopolo!'' bisik Randy.

''I Love You, Too ...'' balasku sembari memeluk erat-erat tubuh Randy.

Mataku tiba-tiba berkaca-kaca, aku tidak pernah menyangka kalau rasa yang kusimpan bertahun-tahun ini akan terbalaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mataku tiba-tiba berkaca-kaca, aku tidak pernah menyangka kalau rasa yang kusimpan bertahun-tahun ini akan terbalaskan. Randy yang selalu aku kagumi ternyata memiliki rasa yang sama terhadapku. Aku mencintainya, meskipun aku tahu ini cinta yang terlarang. Cinta yang hadir dari paradigma jiwa yang menyimpang dari norma-norma. Entahlah, apakah aku harus mempertahankan rasa cinta semacam ini, atau akan kubuang jauh-jauh pada suatu saat nanti.

''Randy ....'' Aku melepaskan pelukanku dari tubuh Randy.

''Ya, Poo ...''

''Sepertinya ada hadiah yang belum lengkap yang kamu bawa, Ran ...''

''Oh, ya?'' Randy megangkat satu alisnya.

''Iya!''

''Apa, tuh?'' Randy mengkerutkan dahinya.

''Gantungan kunci bentuk titit!'' bisikku malu-malu di telinga Randy.

''Hahaha ...!'' Randy jadi tertawa. Tangannya mencubit gemas pipiku.

''Poo ... aku memang tidak membawa gantungan kunci bentuk alat kelamin laki-laki. Karena aku akan memberikan alat kelamin asliku buat kamu,'' kata Randy dengan senyuman genit.

''Nakal!'' Aku mencolek hidung mancung Randy.

''Hahaha ...'' Randy tertawa ngakak, ''tapi, kamu mau, 'kan?'' imbuhnya.

Aku jadi tersipu. Entahlah, aku harus menjawab apa. Aku terdiam seperti seekor kucing yang ketahuan sedang mengendap-endap di meja makan.

''Kok, diam sih ... kalau diam itu berarti kamu mau,'' Randy mengangkat daguku.

''Hahaha!'' Aku jadi tertawa sambil memukul-mukul dada Randy.

''Aku sayang sama kamu, Poo,'' kata Randy sembari memeluk tubuhku dengan sangat erat.

''Aku juga, Ran ...'' balasku.

Kemudian kami berdua bergerak ke atas ranjang. Lantas kami melakukan adegan frontal dengan semangat yang membara. Kami bercumbu saling memberi dan menerima serangan kemesraan untuk menggapai kesempurnaan cinta kaum dewasa. You know-lah ... what are we doing now!

(Sensor, ya!) Pokoknya ini adegan khusus 18+! Hahaha ... dan semua hadiah dari Randy terpakai semua.

 dan semua hadiah dari Randy terpakai semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tomat 💗 eh ... TAMAT

 TAMAT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gelora 'G' SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang