Prolog

1.6K 58 6
                                    

Title: I think I will never meet you again, Sebastian

..Prolog..

 Rating: T

 Disclaimer: Kuroshitsuji by Toboso Yana

                        This story by me.

 Genre: Angst, Romance, Hurt

 Summary: bercerita tentang ciel yang telah menjadi demon tapi sudah tidak bersama dengan butlernya lagi karena telah meninggal. Ciel merasa ada yang salah dengan kehidupan ini dan berharap bisa bertemu dengan Sebastian lagi.. Please review…

Tertiup daun-daun oleh angin yang berhembus dingin seiring dengan musim gugur ke musim dingin penuh dengan salju. Aku berjalan dengan pelan menuju tempat yang selama ini aku kunjungi setiap tahun. Tempat dimana seseorang tertidur dengan pulas. Tempat dimana orang yang paling dekat denganku ini berada di bawah tanah di dalam peti kayu. Tapi entahlah ,apakah Sebastian benar-benar orang yang paling dekat denganku? Saat Sebastian hidup aku tidak pernah bisa membaca pikirannya, saat melihat matanya yang merah ruby aku hanya bisa melihat diriku yang tidak berguna, menjijikan, tidak berharga, dan yang paling aku benci adalah Sebastian melihatku selama ini hanya sebagai makanan. Entah aku harus senang karena Sebastian sudah tergeletak di peti mati ini atau tidak. Karena dia sudah tidak bisa lagi memakan jiwaku. Jiwa yang selalu diinginkannya ini, tapi Sebastian tetap saja tidak bisa memakan jiwaku meskipun dia meninggal karena kontrak hanna dengan alois yang membuatku menjadi iblis.

 Kupegang batun nisan tempatmu tertidur, lalu kutelusuri namamu di batu nisan sambil mengigat ingatanmu bersamaku. Seandainya kamu ada disini bersamaku kamu pasti akan tersenyum iblis “my,my, boocan. apakah kau sebegitu rindunya kepadaku?” aku hanya bisa tersenyum sinis memikirkannya. Entah aku sudah rindu padamu atau tidak tapi setiap kali aku bangun pagi dan melihat yang membuka gorden bukanmu, itu membuatku kecewa? sedih? Entahlah. Saat aku berada di ruang kerjaku dan memanggilmu, berpikir bahwa kau akan segera datang dan membawa makan siang dan berkata menu-menunya, tapi tetap saja berapa kalipun aku mencoba kau tidak pernah datang.

 Kuletakkan bunga mawar merah di kuburanmu tempat kau beristirahat, bunga berwarna seperti matamu yang berwarna merah ruby. Aku duduk memandang batu nisanmu berpikir apakah kau bisa hidup lagi dan muncul dari dalam tanah. Tapi seberapapun aku menunggu selama apapun, tetap saja kau tertidur. Dan hanya kenangan yang mengingatkanmu kepadaku.

 Aku rindu sekali dengan Meyrlen pembantu yang selalu memecahkan segalanya, Bard koki yang tidak bisa memasak makanan selalu menggunakan kembang api untuk memasak,Finny penjaga taman yang selalu merusak taman, tanaka seorang butler yang selalu bersamaku sejak kecil.

 Dan yang terakhir aku rindu sekali dengan Sebastian, iblis yang membuat kontrak denganku dengan bayaran jiwaku ini. Aku bodoh sekali kenapa aku bisa rindu dengan Sebastian, iblis yang membuat kontrak dengan bayaran jiwaku untuk membalas dendam kematian orangtuaku. Mungkin karena senyumannya, matanya yang merah ruby, kelihaiannya, atau dia yang selalu berada di sisiku. Meskipun aku menyukai hal tersebut ,sekarang Sebastian sudah tidak ada lagi di sisiku. jadi kenapa? semakin hari sakit di dadaku menjadi semakin menusuk, mengkengkang sampai aku hamper tidak bisa bernafas? Aku tidak mengerti…

 Kucium batu nisan tempat Sebastian tertidur, kucium dengan lembut sambil kurasakan dinginnya batu nisan di ujung bibirku. Aku tidak tahu apa yang membuatku melakukan hal aneh ini. Tapi kehidupanku sudah sangat aneh jadi ini bukan merupakan satu-satunya. Mungkin aku melakukannya agar bisa lebih dekat denganmu, merasakanmu sekarang berada disisiku. Tak terasa air mata mengalir dari kedua mataku. Mata kananku sudah tidak lagi tergambar kontrak di dalamnya hanya tersisa perasaan bahwa itu pernah ada bersamaku. Aku hanya bisa menunduk…

 Melihat kebodohanmu yang telah membuatmu begini. Ku akhiri ciuman tersebut sambil melihat batu nisan tempatmu beristirahat. Kebodahanmu yang telah mengorbankan hidupmu demi aku.

 “Kau bodoh Sebastian!” Tangisku sambil memukul batu nisan tersebut. 

I think i will never meet you again, SebastianWhere stories live. Discover now