chapter 4, A dream?

345 29 2
                                    

Rating: T

Disclaimer: Kuroshitsuji by Toboso Yana

Genre: Angst, Romance, Hurt

Story by me.

Lovely cat: oke maaf beribu maaf baru bisa update nih. Saking lamanya aku sampe udah kuliah huahhh... oh ya buat yang bertanya-tanya:

1. ciel disini demon bisa minum tidak bisa merasakan rasanya hanya aroma 

2. untuk terluka bisa dan lukanya bisa sembuh dengan cepat. 

3.Umm untuk limousine itu ceritanya disini ini itu jaman modern ya. Jadi bayangkan tahun 2015 aja deh. Dari pada susah.

Terdengar suara burung berkicau dan terlihat sinar matahari yang masuk menembus celah-celah korden apartemen berukuran standar tersebut, membangunkan seorang pria berambut hitam yang masih lengkap dengan kaos hijau dan celana jeansnya di ranjangnya yang berukuran queen.

"uhhh" jack membuka mata sambil menggusap matanya mencoba menghilangkan rasa kantuknya.

"ah sudah pagi. Sepertinya aku bermimpi hal yang aneh. Uahhh.." jack bergumam sambil mengangkat tangannya mencoba melemaskan otot-ototnya yang kaku akibat tertidur. Dia lalu berdiri dari ranjangnya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Saat Jack berada di kamar mandi untuk menggosok gigi dia melihat pantulan bayangannya di cermin. Tangan kanannya terlihat ada balutan perban yang membuatnya bertanya-tanya. Padahal dalam ingatannya kemarin dia tidak terluka di tangan kanannya. Jack ingat memang ia terluka tapi di dalam mimpi aneh itu tentang anak kecil berambut biru gelap ,mengingatkannya akan langit biru yang sudah kehilangan terangnya cahaya matahari. Tapi itu tidak mungkin Jack berpikir mencoba menenangkan pikirannya yang gelisa sambil menggosok gigi dengan perlahan.

Pria berambut hitam itu mulai bertanya-tanya dalam hati apakah semua yang terjadi kemarin adalah mimpi? Atau mungkin itu semua kenyataan?. Mencoba berpikir keras tapi yang terlintas sebab luka itu berasal dari mimpinya? Atau itu semua bukan mimpi?.

"Kalau itu semua bukan mimpi berarti anak itu" Jack lalu meletakkan sikat giginya dan berjalan perlahan menuju kamarnya.

Deg.. Deg.. Perlahan menuju kamar Deg.. Deg.. tepat di pintu kamar Deg.. Deg.. Entah kenapa pada saat itu pintu kamar bagaikan hal yang sangat mengerikan. Deg.. Deg.. Tangannya menyentuh handel pintu dan terbukalah. Jack mencoba melihat tanda-tanda keberadaan anak tersebut yang dia ingat bernama ciel.

"Ciel" jack mencoba memanggil nama anak itu sambil melihat ke sekeliling.

"Ciel" dicobanya lagi tapi tetap tidak ada tanda-tanda pergerakan.

"Ciel" tetap tidak ada.

Jack menghela nafas lega lalu mencoba mengingat sesuatu yang bisa menjawab dari mana luka di tangan kanannya berasal.

"Kringgggggg " pikiran jack terputus oleh jam digital yang berada di atas meja oak di sebelah tempat tidurnya.

Mata jack lalu beralih ke jam tersebut yang menunjukan pukul 7.10 mengingatkannya pada kuliah pagi yang dilaksanakan setiap hari selasa. Jack kaget bukan main dengan cepat dia lalu menyiapkan buku pelajaran tanpa berganti baju dia lalu pergi tidak lupa jaket merahnya. jack cepat-cepat mengunci pintu apartemennya lalu segera berlari ke terminal terdekat.

"kenapa aku bisa lupa!" geram jack sambil terus berlari.

Sesampainya di terminal dia lalu melihat jadwal keberangkatan bus.

"Sekarang jam 7.15 berarti bus selanjutnya akan datang 3 menit lagi" gumam jack sambil membuka hp melihat jam.

Sambil menunggu bus, jack duduk di kursi terminal bewarna hitam yang terbuat dari kayu. Dia menutup mata sebentar melepas lelah.

I think i will never meet you again, SebastianWhere stories live. Discover now