Chapter 3, Do you remember me?

599 41 10
                                    

Title: I think I will never meet you again, Sebastian

Chapter 3

Rating: T

Disclaimer: Kuroshitsuji by Toboso Yana

                                This story by me.

Genre: Angst, Romance, Hurt

Summary: bercerita tentang ciel yang telah menjadi demon tapi sudah tidak bersama dengan butlernya lagi karena telah meninggal. Ciel merasa ada yang salah dengan kehidupan ini dan berharap bisa bertemu dengan Sebastian lagi.. Please review…

Lovely cat: Maafkan aku jika chapter ini sangat depresi sekali. Aku menulis setelah melihat the last Samurai, OH MY membuat air mata bercucuran.

Ciel: Don’t become friendly, they don’t want your crazy talking,  but your story.

Lovely cat: I know that!!!

Ciel: So why you so slow.

Lovely cat: well, sebenarnya aku sudah menulisnya dari lama. Tapi aku merasa aneh dengan karyaku jadi aku membuatnya lama dan membacanya lg hari ini. Dan ternyata aku cukup puas dengan karyaku. Maybe.

Ciel: Idiot. So well just read, vote, or become fans.

Aku membuka mataku perlahan-lahan benda di sekitarku menjadi terlihat lebih jelas. Mataku terasa sakit dan bengkak akibat terlalu banyak mengeluarkan air mata. Aku tersadar aku berbaring di tempat tidur. Aku mengingat SEBASTIAN!! Dimana Kau!!? Aku mulai berlarian di apartemen tersebut.

Kakiku berlari terus menerus mencoba mencari dengan cepat. Kulihat di dapur, di ruang santai, bahkan kamar mandi. Tapi seberapapun aku berlari dan mencari ,seberapapun aku mencoba untuk tidak menyerah aku tetap tidak menemukannya. Tapi aku tidak ingin menyerah aku bahkan berlarian berulang-ulang sampai aku tidak bisa menghitungnya sampai keringat membasahi tubuhku sampai kakiku menjadi sakit.

Aku tidak kuat, kakiku sangat sakit. Mengingat kejadian semalam, apakah itu mimpi? Tidak itu tidak mungkin tapi dimana Sebastian? Apakah dia tidak ingin bertemu denganku? Air mata ku jatuh tetes demi tetes membasahi lantai kayu apartemen tersebut. Sebastian dimana kau? Kenapa kau meninggalkan aku sendirian lagi. Air mataku berjatuhan kembali sampai mataku tidak bisa mengeluarkan air mata. Rasanya sakit, seluruh tubuhku kesakitan.

“Maafkan aku Sebastian dimana kau?” suara terisak diselangi tangisan tanpa air mata.

“Maafkan aku karena telah membuatmu terbebani”

“Dimana kau Sebastian?”

Aku mengambil vas bunga lalu menjatuhkannya ke lantai. Pecahannya jatuh dimana-mana dengan bunyi prangg!! Kuambil satu pecahan lalu kuarahkan ke leherku.

“Sebastian aku mahkluk yang tidak berguna yang hanya bisa merindukanmu di kegelapan .Aku adalah bebanmu. Kehidupanku hanya membuat beban. Aku bahkan tidak akan mati dengan hal seperti ini, tapi meskipun begitu aku ingin merasakan kesakitan yang bisa membuatku melupakan kesalahan yang telah kuperbuat” Kuarahkan pecahan vas bunga itu ke leherku bersamaan dengan pintu terbuka.

Tinggal beberapa centi lagi dan aku akan merasa lebih santai dan melupakan apapun selama beberapa saat. Tapi tiba-tiba saat vas itu mau menusuk leher ada tangan yang mencegahnya.

Aku mengangkat wajahku melihat siapa yang menahannya. Dan aku sangat kaget, Sebastian dihadapanku nafasnya tidak terkendali, tangannya menahan pecahan vas tersebut yang membuat tangannya terluka berdarah, merah.

Tidak, apa yang kulakukan aku membuat Sebastian terluka. Kujatuhkan Pecahan vas tersebut.

“Aku orang yang tidak berguna hanya menjadi beban bagimu. Hina aku, Pukul aku, apapun itu lukai aku hingga kau bisa memaafkanku” suaraku pelan dengan mata melihat kebawah.

Beberapa menit kutunggu..

Kurasakan tangan yang menyentuh pipiku membuatku mengangkat kepala.

“Kamu bukan bebanku.”

“Aku sangat senang selalu bersamaku. Aku tidak ingin kau terluka, sekecil apapun itu”

“lalu aku ingin selalu membuatmu tersenyum. Jadi untuk membuatku lebih bersemangat bisakah kau tersenyum ciel”

Aku lalu memeluk Sebastian dengan erat “Maafkan aku. Tolong jangan pergi dariku. Jangan pergi” lalu dengan kedua kalinya aku pingsan.

###

Aku lalu mengangkat anak tersebut ke dalam ranjang kembali. Aku tidak tahu kenapa aku berusaha mencegah anak tersebut bunuh diri. Aku hanya merasa ingin melakukannya.

Tanganku mulai menghilang dari sisinya. Tapi tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang terluka. Aku hanya bisa meringis menahan rasa sakit.

Selama beberapa menit, beradapatasi dengan kesakitan tersebut. Akupun akhirnya tidur di samping anak tersebut. Aku berada di belakangnya. Tanganku masih digenggam olehnya. Lalu tanganku yang satunya mengelus rambutnya. Lalu mencium dahi anak tersebut.

“Tidurlah dengan tenang, ciel” Dan akupun tertidur.

###

Aku terbangun kembali, mataku menjadi lebih sakit dari sebelumnya. Dimana Sebastian? Aku mencoba bangun lalu tersadar ada orang tidur disebelahku.

“Sebastian” Aku lalu memeluknya.

Dan tersadar bahwa aku memegang tangannya yang terluka. Darahnya sudah mengering tapi meski begitu ini bisa membuatnya lukanya infeksi dan lebih sakit. Aku lalu beranjak dari tempat tidur berusaha mencari kotak p3K. Kutemukan di kamar mandi. Aku lalu segera mensterilkan lukanya, mengobatinya lalu memperbannya.

Kuingat kejadian barusan “lalu aku ingin selalu membuatmu tersenyum. Jadi untuk membuatku lebih bersemangat bisakah kau tersenyum ciel” Sebastian mengingat namaku dan dia juga mengucapkannya 2 kali.

“Tidurlah dengan tenang, ciel” ingatan itu membuatku tersenyum.

Sambil melihat Sebastian tertidur  aku berkata “Sebastian, do you still remember me?” dengan 1 tetes air mata jatuh ke tangan Sebastian.

Lovely cat: ini benar-benar sedikit sekali, maafkaan aku *bersujud.

Lovely cat: tapi itu karena aku bingung dengan jalan cerita yang harus aku tampilkan selanjutnya. Jadi jika kalian mempunyai ide aku akan sangat bahagia…. HO…HO.. ~o~.

I think i will never meet you again, SebastianWhere stories live. Discover now