Kata-kata-nya begitu indah, seakan dewa pengetahuan ada di dalam dirinya. "saya, lebih tau dari kalian." dengan nada agak tinggi di bercakap seperti itu.
Mengubah kata-kata indah itu menjadi hinaan. "iya."
kami selalu saja menjawab seperti itu dalam berbagai bentuk seperti anggukan, tertawa, dan lain-lain padahal kami tau itu hanyalah ungkapan untuk menghentikan dia.
Namun pada saat itu dia benar-benar kelewatan dan pada saat itu aku bertanya.
"siapa kamu? "
"malaikat kah? Atau manusia sempurna ?"
"coba aku lihat nilai kecerdasan dari kicauwanmu itu!"
Dia dengan bangga menujukan nilai dirinya dan bercakap "angka dalam kertas itu tidak ada hubungannya dengan masa depan." akupun tertawa "memang angka dalam kertas itu tidak menentukan masa depanmu, tapi apakah kau punya skill dalam bersosialisasi atau skill dalam memahami orang lain? "
TIDAK ADAAA!!
"kau hanya pembual kami tahu itu lihat adakah seseorang disisimu yang membantumu. Asalkan kamu tahu bualanmu itu bagaikan kicauwan kera! maaf saja, kali ini kamu harus mengerti dan jika kamu sudah mengerti kembalilah karena kami masih menganggapmu teman. "