PART 3 | Grow Feelings

119 16 0
                                    




PRIIIIT!!





Suara peluit yang nyaring menandai dimulainya permainan- bukan, mata pelajaran olahraga ini. Sebelumnya guru sudah memilih para murid secara berpasangan. Kali ini lempar bola, mungkin sang guru agak malas mengajar, sehingga ia hanya membiarkan murid bermain. Peluit kemudian dimasukkan kedalam sakunya, pak guru melipat kakinya, duduk di tepi lapangan sambil membaca koran, menutupi wajahnya.



Sementara para murid mulai bermain. Ada yang melempar bola pada kepala- begitulah anak lelaki. Namun diantara lainnya ada pula jenis anak yang patuh, akan perintah gurunya. Jaehyun berpasangan dengan Yebin, sedangkan chaeyeon mendapat si nakal Taeyong. Dengan malas, chaeyeon melemparkan bola, memantul pada lantai. Taeyong menangkapnya dengan tergopoh.



"hey, bisa lempar yang benar? Bolanya hampir mengenai wajahku!"



cerocos taeyong. Namun sepertinya chaeyeon tidak mendengarnya, iris matanya fokus pada baek yebin, wajah cerianya. Rasanya ada yang mengganjal di hati chaeyeon, melihat Jaehyn terlihat begitu akrab dengan Yebin.



Tadinya taeyong akan mengoper bola, namun melihat si cantik diam saja, taeyong mendekap bolanya urung, dan mengikuti arah pandangan si gadis. Aah dia melihat mereka, rupanya. Taeyong melangkah mendekati chaeyeon, mensejajarkan pandangan dengan kemana si gadis menatap. Sontak membuat si gadis kaget.





"kau-"

"-mereka pasangan yang serasi ya?

Yang satu siswi berbakat, si pemenang kontes kecantikan. Yang satu si tampan ketua klub basket"



Menyadari arah obrolan Taeyong, chaeyeon segera memotongnya.



"tidak! Aku tidak cemburu atau apa-"

"aku bahkan belum bilang kalau kau cemburu...."

"-pokoknya ini tidak seperti yang kamu pikir!" chaeyeon merebut bola dari dekapan Taeyong, melemparkannya kea rah jauh. Membuat Taeyong berdecak.



"ck, aku harus mengambil sejauh itu?!"

Taeyong berlari kearah lemparan bola chaeyeon yang cukup jauh. Cukup jauh untuk membuat chaeyeon bisa pergi untuk duduk dikursi tepi lapangan. Dia hanya ingin menghentikan permainan bola yang menurutnya tidak jelas apa tujuannya. Jemari lentiknya mengambil ponsel miliknya di saku, dan mulai memainkannya tanpa makna, hanya untuk mengecek apa ada pesan masuk di ponselnya. Sialnya, pikirannya malah membuatnya teralih untuk menatap kembali pada si pasangan itu yang masih dilapangan, beserta anak-anak kelas lainnya. Menghela nafas, chaeyeon menyimpan kedua lengannya diatas pahanya, memainkan ujung celana pendeknya.





"kemarin, Jaehyun cerita padaku soal kamu..."



Entah sejak kapan si kurus sudah duduk disebelahnya, dengan sikunya ringan mendarat pada bahu chaeyeon. Si gadis menurunkan lengan itu, setengah terganggu ia menjawab.



"cerita apa?"

"iya.. soal kau itu..." taeyong menatap chaeyeon ragu. Ragu apakah ia harus mengatakan ini atau tidak. Tapi chaeyeon sudah mengangguk kuat, tanda mengerti. Dengan anggukan bersambut dari chaeyeon, ia melanjutkan kalimatnya.

"dan ia bilang... sebenarnya ia tidak sengaja. Tapi ya begitu, responmu sangat ketus, katanya. Mungkin hari ini dia sudah meminta maaf padamu kan?"



Chaeyeon menggeleng, memainkan rambut panjangnya.



"ngomong-ngomong kalau kulihat...."

"kenapa?"

"kau cantik juga ya?" goda taeyong, mengangkat alisnya menatap si gadis.

Respon chaeyeon dingin, menatap taeyong sinis.

"mungkin sebaiknya aku diam saja..." taeyong menepuk mulutnya sendiri.





***********







"tolong bantu bibi membereskan ruang tengah ya, sayang. Mama mau mendi dulu"



Chaeyeon menelungkupkan novel yang sedang di tangannya keatas meja, lalu mengalihkan irisnya kepada paras ibunya dari daun pintu kamarnya.





"memang ada apa, ma?"



"nanti akan datang teman mama... sudah lama tidak bertemu, dulu teman mama sewaktu di SMA"





Lama sekali mama berteman? Kalau chaeyeon jadi ibunya, mungkin akan lupa pada teman lamanya. Dalam benak chaeyeon, yang akan datang adalah segerombolan ibu-ibu arisan- memakai perhiasan mewah- dan cerewet. Sudahlah. Chaeyeon beranjak, untuk melaksanakan perintah ibunya. Sementara ibunya berlalu kea rah kamar mandi.





Dengan cekatan chaeyeon membersihkan sela-sela perabotan pada lemari menggunakan kemoceng di tangannya, sesekali berjinjit untuk meraih atas lemari. Sementara bibi- pembantunya, menyapu lantai.



"bi, ini disimpan dimana ya?" ucap chaeyeon sambil mengangkat beberapa hiasan kayu, mengarahkan kepada bibinya.

"duh- jangan begitu non, bibi saja yang merapikan semuanya"

Si gadis Cuma tersenyum. Dan kembali membersihkan debu-debu dari perabot porselen.







Jam besar itu menunjukkan pukul 14.15. ukirannya cukup menimbulkan kesan klasik diantara banyaknya perabot diruang tengah. Ibu chaeyeon sudah duduk manis di sofa merah beludru, persis disisi jendela. Berkali-kali chaeyeon melirik kearah ibunya, rasanya ia jadi tidak fokus menonton channel MBC meski sedang ada talkshow dari Shinee, boygroup kesukaannya. Sebegitunya ibu menunggu tamu?







TING-TONG,

TING TONG!!







Bell pintu berdering beberapa kali, membuat chaeyeon dan tentu saja ibunya, memalingkan pandangannya ke sumber suara. Ibunya berdiri, merapikan sedikit roknya, lalu berjalan ke ruang tamu. Sementara chaeyeon? Kembali memaku matanya pada layar TV besar itu. Sesuai dugaan, ramai suara mereka berbincang, nyaring sekali, padahal dari sebelah ruangan.



"yeon-!"



Sayup-terdengar suara bu. Apa memanggilnya?





"chaeyeon! Kesini sebentar!" ceria sekali suara ibunya, segera gadis itu bangkit dari sofa empuknya, meski tanpa sadar masih menggengam remote TV pada tangannya. Setengah berlari ke ruang sebelah. Disitu ada, yah satu, dua, tiga orang ibu ibu.







Tunggu, itu bukannya.......







*********

"Heart Pieces" [ Jung Jaehyun ; Jung Chaeyeon ; Baek Yebin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang