(25) Devond - Final Destination

21 4 0
                                    


Dan hari ini, gue berdoa bahkan udah hampir setengah injil gue baca. Demi keselamatan istri serta anak gue.

    Gue terus megang tangan mungilnya, tangan yang halus banget mirip sang ibu.

   'Plis al, bangun, liat nih malaikat kecil kita udah hadir ditengah tengah keluarga kecil kita ini dan lo malah mau pergi ninggalin kita? Jahat lo al, lo pokonya harus bangun demi keluarga kecil kita al'

Gue terus memandangi ke arah alma dengan mata sembab. Sedari beberapa jam tadi air mata gue gak abis abis nya membasahi pelupuk mata gue.

"Pak, selamat istri anda masih bisa merespons, akan tetapi dia dalam keadaan koma. Kami harap anda bisa bersabar untuk perkembangan kesehatan pasien".

  Hah? Alma masih hidup? Puji tuhan

   "Ini bener kan dok? Puji tuhan, makasih tuhan, engkau masih memberi kami kesempatan untum menjadi keluarga yang utuh lagi".

  Gue buru buru meletakkan jari jari gue ke bahu kanan, kiri, dada, kening dan kemudian gue kecup ke bibir gue.

   Senyum gue terpancar, merekah. Seolah olah bayi itu tahu apa yang sedang terjadi di sini, dia ikut senyum dengan begitu tampannya.

  
   Disini gue percaya bahwa, setiap badai pasti ada pelangi.

  Gue harap alma bisa buru buru sadar dari komanya dan ngeliat malaikat kecil kita ini tumbuh. Aminn

   Gue buru buru keluar ruangan oprasi dan menghampiri semua keluarga yang senantiasa menunggu kami diluar.

"Nak, bagaimana keadaan alma?".  Tanya nyokapnya si alma pas gue barusan aja nyampe didepan mereka.

  "Keadaanya baik bun, alma selamat tapi dia masih dalam masa koma".

"Sabar ya nak, lalu bagaimana dengan cucu mama?".

   "Puji tuhan, dia juga selamat ma, laki laki yang sangat tampan".  Gue memicingkan seulas senyum dihadapan mereka. Walaupun hati ini masih sakit mengingat alma yang sudah berjuang sekuat tenaga.

   "Puji tuhan, lalu apa kami bisa menjenguk cucu kami nak?".

  "Dia masih di ruang isolasi bun, dan alma sudah dipindahkan ke ruang icu".

Mendengar penjelasan gue, mereka langsung mengangguk dan berjalan menuju ruang isolasi.

   Yah walaupun tidak diperbolehkan menyentuh apa lagi menggendong, tapi setidaknya mereka bisa melihat malaikat kecil gue dari balik jendela kaca.

   Setibanya di ruang isolasi, mereka terus menatap ke arah anak gue.  Hanya saja, keadaan ini kurang lengkap karna bokap gue gak ada disini.

   "Ganteng nak, mirip kamu".  

Bunda nih ya, kalo muji selalu aja tepat sasaran. Wkwk kan gue jadi ke ge-er an.

   "Iyalah bun kan anak devond makanya mirip devond. Kalo mirip pak agus malah berabe semuanya wkwk".

   "Haha bisa aja kamu nak, yasudah kalau begitu kami pamit dulu ya, kalau ada apa apa segera hubungi kami".

Akhirnya mereka semua pamit dan tinggalah gue disini sendirian.  Dibalut sepi dan sunyi. Alah dramatis banget sih gue. Haha

    Gue balik ke ruang icu dan minta alma dipindah aja ke ruang VVIP biar gue bisa tidur dengan layak disofa. Engga malah kelantar diubin gini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Threeple AT (bejAT,bangsAT,laknAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang