Bayangan di Balik Kemegahan

4.5K 309 13
                                    

Langit mulai meremang ketika mereka berhenti di depan sebuah rumah megah yang berdiri di tengah kawasan elite Werewolf Block A. Rumah itu lebih menyerupai mansion dalam film-film horor modern, dengan pagar tinggi yang dihiasi ukiran serigala dan taman yang tertata rapi seperti labirin. Namun, di balik keindahan itu, rumah ini membawa aura dingin yang membuat mereka semua merasa tak nyaman.

“Ini benar alamatnya?” Jisoo bertanya, memandang rumah itu dengan raut penuh keraguan.

Rose, yang memegang ponsel, memeriksa pesan terakhir yang ia terima. “Blok A, nomor 12. Ini benar tempatnya,” jawabnya yakin.

Jennie menatap rumah itu dengan pandangan tajam. “Tapi rasanya... aneh. Sejak kapan Yang-gun memberi kita fasilitas seperti ini tanpa alasan?”

Rose mengangkat bahu, mencoba menepis kekhawatiran. Dia lalu menelepon Tuan Yang-gun untuk memastikan. Sambungan langsung tersambung.

“Yeoboseyo,” jawab suara berat dari seberang.

“Tuan Yang-gun, kami sudah di depan rumah. Apa benar ini tempat kami menginap selama misi berlangsung?”

“Benar. Itu rumah kalian. Semuanya sudah diatur, jadi tinggal gunakan saja. Tidak perlu banyak tanya,” jawabnya tegas sebelum memutus panggilan tanpa menunggu respons.

Rose menurunkan ponselnya perlahan, menghela napas. “Dia bilang ini tempat kita, dan sudah diatur oleh Tuan Si-Hyuk juga. Jadi ya, kita di sini sampai misi selesai.”

Lisa mengangkat alis, menatap pagar emas dengan tatapan penuh curiga. “Sejak kapan mereka menjadi seperti Santa Claus? Ini jelas bukan cuma soal kemurahan hati.”

“Tidak ada gunanya berdiri di sini terlalu lama,” ujar Jennie, yang akhirnya melangkah maju. “Jika mereka sudah memastikan, kita juga harus. Lagipula, kita tidak punya tempat lain untuk pergi.”

---

Keindahan yang Menipu

Begitu pintu terbuka, mereka langsung disambut oleh kemewahan yang hampir tak masuk akal. Lantai marmer mengilap memantulkan cahaya dari lampu gantung kristal besar yang menggantung di langit-langit aula utama. Furnitur bergaya klasik dengan balutan warna emas dan merah marun memenuhi ruangan. Di dinding, terdapat lukisan-lukisan besar bergaya gothic yang menggambarkan lanskap gelap dan figur misterius.

“Wow…” gumam Namjoon sambil menjatuhkan diri ke sofa empuk di ruang tamu. “Ini seperti masuk ke dunia lain.”

Jungkook berjalan mendekati salah satu lukisan, mengerutkan kening. “Tapi kenapa rasanya seperti rumah ini sedang mengawasi kita?”

Suga, yang biasanya tenang, memperhatikan ruangan itu dengan waspada. “Rumah ini memang lebih dari cukup. Tapi ada sesuatu yang... salah.”

Jennie memutar matanya, mencoba memecah suasana tegang. “Berhenti paranoid. Mungkin ini cuma efek dari terlalu sering tidur di tempat yang buruk.”

Namun, Suga tidak terpengaruh. “Ada kamera di sana,” ujarnya sambil menunjuk sudut ruangan. “Dan di sana,” tambahnya, menunjuk sudut lain.

Lisa, yang tampaknya tidak terlalu peduli, menaiki tangga besar yang melingkar dengan santai. Tapi beberapa menit kemudian, dia kembali dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak.

“Kalian harus lihat ini,” katanya serius.

“Lihat apa?” tanya Jin, bangkit dari tempat duduknya.

Lisa menggelengkan kepala. “Semua kamar sudah ada nama kita di pintunya. Bukan cuma itu, setiap kamar punya lemari senjata lengkap, seperti toko senjata pribadi.”

AGENT-X [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang