"Maaak ... aku mencintainya," ucapku lalu menyembunyikan wajah di boneka yang sedang ku peluk.
Pletakk!!
"Ahws!" Aku mengusap-usap kepalaku.
"Kamu ini, kerjaannya nguwing nguwing terus. Bantu Mama masak cepet!"
"Maaak... aku cinta dia," ucapku lagi sambil membentur-benturkan kepala di meja.
"Siapa?" tanya Mama berhenti mengiris wortel.
"Ustadz Kahfi," aku menjawab singkat.
"Ustadz Kahfi siapa? Tetangga sebelah yang punya tato itu?"
"Mamaa..." Aku berteriak tak terima, "kalau dia Kahfi tetangga sebelah yang bulukan itu, aku gak bakal manggil dia Ustadz."
Mama malah terbahak.
"lalu siapa, Sayang? Kamu kenal di mana?"
"Aku kenal dia di facebook."
Pletakk!!
Aku mengusap kepalaku, lagi. Lumayan nyeri ternyata.
"Kamu kalau ngomong yang masuk akal. Kamu anak mama bukan sih? Mama itu nggak aneh kayak kamu, lho."
"Ish, Mamaa..," aku merajuk, "aku belum rampung cerita. Jadi dia tuh tiba-tiba ngajar PABP di sekolahku, aku cinta dia pada pandangan kedua, Ma..."
"Pertama, kali!"
"Kedua! Kan yang pertama kenal dia di facebook."
"Terserah kamu."
"Mama issh..,"
Mama yang kembali mengiris wortel berhenti, "apa lagi sih?"
"Ku cinta dia."
"Iya nanti Mama sama Papa bicarain bareng-bareng, kita datang ke rumahnya untuk melamar."
"Bukan itu masalahnya maa..,"
"Lalu apa?"
"Ku cinta dia pada pandangan kedua."
Pletakk!!
"Aduh!" Aku meringis. Mamaku ratu jitak ternyata.
"Makanya! nanti mama datengin rumahnya."
"Masalahnya ... Ustadz Kahfi sudah meminang mbaknya Kahfi tatoan sebelah rumah kita."
"Maksudmu?"
"Ih, Ustadz Kahfi melamar Mbak Nisa, mbaknya Kahfi tatoan itu."
Mama ku terbahak, "baiklah," ucap Mama pelan dan menatapku sambil menyeringai, "Mama bantu kamu rebut dia."
***
Ini cerita spiritual comedy, kalau gak lucu, memang saya bukan komedian. Eheu.
KAMU SEDANG MEMBACA
F a n i
Humor"Sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan untuk bisa menikung." -Fani Karin Abdullah Hak cipta dilindungi undang-undang Copyright©AnaAbdullah Mei, 2018