PART 2

155 2 0
                                    

Ditengah perjalanan, Eko bertemu dengan temannya. Dia adalah Heru. Seorang pemuda yang menyukai hal mistis. Tetapi, agak penakut. "Her, mau kemana?" tanya si Eko. "Mau ke warung" jawab Heru. Si Eko kembali bertanya "Warung yang mana?". " Warung Pak Karto" jawab Heru. "Gue ikut, dong. Boleh, kan?" tanya Eko. "Boleh" jawab Heru. Mereka pun pergi ke warung.

Setibanya di warung Pak Karto, mereka mulai berbincang - bincang sambil memesan 2 cangkir kopi. "Ko, kata warga, Stasiun Panarukan, terkenal angker" kata Heru memulai berbincangan mereka. "Benarkah?" tanya Eko seakan tak percaya mendengar kata - kata Heru. "Iya, benar" jawab Heru. "Kopinya, mas" kata Pak Karto, pemilik warung tersebut. "Oh, iya" kata Heru sambil menuangkan kopi ke Ampas. "Her, bagaimana, kalau nanti malam, kita ke stasiun tersebut" usul Eko kepada Heru. "Kesana? Malam - malam? Buat apa?" tanya Heru. "Yah, sekedar mau menelusuri" jawab Eko dengan nada santai. "Nggak ah, takut" kata Heru dengan nada agak ketakutan. "Ah kamu ini, penakut amat!" kata Eko. "Penakut gimana? Lo aja yang nekat. Buat apa malam - malam kesana!!!" cetus Heru. "Kalau nggak mau, ya sudah. Gue sendiri aja" kata Eko sedikit kesal karena Heru tidak mau ikut bersama nya. "Ya sudah sana, gue mau pulang!!" kata Heru sambil beranjak dari tempat duduk dan membayar ongkos Kopi nya, dan keluar dari warung tersebut. Sementara itu, Eko ditinggal sendiri di warung. "Si Heru tuh, bayar nya hanya kopi satu, kopi gue gak dibayarin. Untung gue bawa uang" batin Eko. Setelah membayar ongkos kopinya, Eko langsung beranjak dari warung dan langsung pulang ke rumah nya.

Malam harinya, si Eko datang lah sendirian di Stasiun Panarukan, sambil membawa senter. Eko datang sendirian karena temannya tidak ada yang mau diajak bersamanya. Saat berada tepat didepan pintu masuk stasiun, energi negatif langsung dirasakan oleh si Eko. Kakinya terasa berat untuk diangkat, serta di sekujur tubuhnya terasa kaku. Di sudut ruang tunggu stasiun, Eko melihat sesosok berbaju putih sedang mengawasinya. Si Eko berusaha menyorot kan lampu senter nya ke arah sosok tersebut. Tetapi, tangannya terasa sangat berat untuk mengarahkan senter ke arah sosok berbaju putih tersebut. Tak lama kemudian, sosok tersebut hilang. Tangan si Eko terasa seperti semula lagi. Tidak berat seperti sebelumnya. Begitu juga dengan kakinya. Seluruh tubunya juga terasa normal. Hingga sampailah Eko disebuah ruang, yaitu Ruang PPKA. Disitu, Eko melihat sesosok tanpa kepala sedang berdiri di sudut Ruang PPKA. Tubuh Eko langsung gemetar ketakutan akan hal tersebut. Hingga tangannya tidak sengaja mengarahkan senter nya kearah sosok tersebut dan menyorotinya. Betapa terkejutnya Eko ketika lampu senter nya tepat menyorot kearah makhluk tersebut. Sosok tersebut adalah Hantu Tanpa Kepala. Sosok tersebut sedang menghadap kearah Eko. Sontak Eko langsung roboh tak sadarkan diri, alias pingsan.

Bersambung....

NANTIKAN PART SELANJUTNYA, YA...........
JANGAN LUPA LIKE DAN COMENT...........

MISTERI STASIUN KERETA API PANARUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang