5th

2.2K 450 19
                                    

Fifth, you see them out with someone else

Mingyu masih terpaku, melihat interaksi manis di hadapannya. Wonwoo dengan pemuda berwajah asing sedang tertawa dengan begitu lepas, sesekali pemuda asing itu mengacak-acak rambut Wonwoo diikuti dengan ekspresi wajah pura-pura kesal dari lelaki manis itu yang membuat si pemuda asing merasa bersalah. Kemudian mereka tertawa lagi. Ingatkan Mingyu bahwa ini adalah café favorit mereka yang menyediakan menu burger super besar kesukaan MingyuㅡAlmost Famousㅡdengan dekorasi natal yang khas, replika cookies jahe berwarna cokelat besar yang tergantung di langit-langit lengkap dengan tongkat merah putih dengan pola spiral bertumpuk. Mingyu kemari bersama Minghao, sahabatnya sekaligus ketua literasi yang akan menerbitkan tulisan Wonwoo yang kualitasnya tak kalah dari mahasiswa sastra kampus mereka. Wonwoo sama sekali tidak mengenal Minghao, ia bukan tipe kekasih yang harus tahu dengan detail segala hal tentang kekasihnya. Wonwoo hanya berlandaskan percaya pada Mingyu, itu kuncinya.

~~~

"Ih, kau membuat rambutku berantakan!" Wonwoo mencebik manja sambil menepis tangan pemuda berwajah asing di hadapannya.

Pemuda berwajah asing itu hanya tertawa dan mulai merapikan lagi rambut Wonwoo, bersamaan dengan itu Mingyu masuk ke dalam café dengan tangan yang masih merangkul bahu Minghao. Kedua sahabat itu memang menyukai skinship yang lagi-lagi, Wonwoo tidak pernah mengetahuinya selama ia bersama-sama dengan Mingyu. Mata Wonwoo terpaku melihat interaksi Mingyu dengan Minghao yang baru saja memasuki Almost Famous, dari sekian banyak café mengapa juga ia harus bertemu di sini. Wonwoo baru ingat bahwa kemana pun kakinya melangkah, ia hanya membawa Wonwoo menuju tempat-tempat kenangan saat masih bersama Mingyu. Wonwoo pikir ia adalah orang yang istimewa bagi Mingyu, ia kira dirinya hanya untuk Mingyu. Ternyata salah, Mingyu adalah cahaya matahari yang tersebar ke segala penjuru. Terseparasi ke delapan arah mata angin, seluruh penduduk semesta bisa merasakan kehangatannya. Wonwoo hanya kutub utara, yang terbagi hanya sebagian kecil cahayanya, tak cukup hangat bahkan terlampau dingin. Detik ini juga Wonwoo kembali memakai topeng senyumnya, menyimpan lagi perasaannya rapat-rapat.

~~~

Ketika Mingyu melihat senyum Wonwoo, ia membalas dengan senyuman yang tak kalah palsu. Bagaimana bisa saat seseorang yang kau jadikan poros semestamu ternyata juga menjadi titik pusat orang lain. Mingyu kembali merasa bodoh, Wonwoo itu istimewa. Dan Mingyu yakin bahwa hanya dialah yang mengetahuinya. Wonwoo itu segelap malam yang membuat terangnya pagi tak memiliki tolok ukur bila tak ada gelap. Wonwoo itu sebuah kebisingan yang membuat hening menjadi sebuah pelarian. Mingyu masih yakin belum ada yang mampu menjelajah dunia Wonwoo sejauh ia melakukannya sampai pada akhirnya ia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Wonwoo sebegitu mudahnya tertawa dan bermanja pada lelaki lain selain dirinya. Wonwoo itu poros semesta, dan yang mengitari orbitnya bukan hanya Mingyu tetapi seluruh penduduk semesta.

~~~

"Eoh, Wonwoo-ssi kebetulan kita bertemu di sini." Minghao terlebih dahulu menyapa Wonwoo yang sejak tadi terpaku akan kedatangan mereka.

"Hai, Minghao. I ... Iya kebetulan sekali ya." Wonwoo menggaruk kepalanya membuat rambutnya berantakan dan pemuda berwajah asing itu dengan sigapnya langsung merapikan.

"Boleh kami duduk di sini?" Mingyu masih diam, dan Minghao tahu bahwa sahabatnya tengah dilanda api cemburu.

"Ah iya silakan, lagipula semua kursi tampaknya penuh karena ini akhir pekan." Pemuda di sebelah Wonwoo menjawab cepat karena ia tahu Wonwoo tak mampu menjawab.

Dengan malas Mingyu menuruti Minghao yang kini sedang menarik pergelangan tangannya. Ia menarik kursi dengan kasar hingga terdengar bunyi berdecit hingga membuat Wonwoo yang sedang mengaduk minumannya tersentak kaget. Pemuda di samping Wonwoo dengan cepat mengusap punggung Wonwoo untuk meredakan efek terkejutnya, berlebihan memang JeonㅡmanisㅡWonwoo ini.

"Kau masih ingat jika lusa harus bertemu Jeonghan bukan?" Minghao membuka percakapan ketika ia dan Mingyu selesai menyebutkan pesanan pada waitress.

"Bagaimana jika aku berubah pikiran, Hao-ssi?" Wonwoo berkata sambil memainkan ujung lengan bajunya, kebiasaan ketika ia sedang gugup mungkin begitu dalam pandangan Mingyu.

"Eh, maksudmu?" Minghao bertanya bingung.

"Aku rasa tulisanku memalukan, tidak usah diterbitkan saja ya... Bagaimana?" Tanpa sadar Wonwoo merajuk sambil mengerucutkan bibirnya tanda merajuk, Mingyu yang melihatnya mengepal tangannya dengan keras, menahan pemandangan menggemaskan yang tersaji di depannya. Pemuda berwajah asing di sampingnya hanya tersenyum sambil menggenggam erat punggung tangan Wonwoo.

Minghao kemudian berbisik pada Mingyu ketika Wonwoo dan pemuda asing itu sibuk membicarakan lirik lagu yang akan mereka produksi berdua.

"Astaga, Kim! Mantan pacarmu menggemaskan sekali. Bagaimana jika kutinggalkan saja Junhui dan mengajak kencan Wonwoo." Minghao terkekeh yang dihadiahi jitakan ringan pada kepalanya oleh Mingyu.

"Kau jangan gila! Sadari takdirmu Eisa-ssi!" Mingyu balas berbisik di telinga Minghao. Wonwoo yang melihat itu sekilas dari ujung matanya hanya bisa menghela napas panjang. Bahkan ketika dengannya, Mingyu tidak pernah berbisik hingga sebahagia itu.

"Ah, kami duluan ya Wonwoo-ssi. Karena pesanan kami di take away untuk kami makan di flat saja, menghabiskan akhir pekan dengan menonton film sepertinya menyenangkan. Bukan begitu Mingyu?" Minghao meledek Mingyu yang sejak tadi tidak berbicara sedikit pun.

"I... Iya benar. Sepertinya menyenangkan. Kami duluan, Wonwoo dan..." Sapaan Mingyu menggantung begitu saja karena ia memang tidak menanyakan nama pemuda asing yang bersama Wonwoo sedari tadi.

"Hansol. Panggil aku Hansol. Senang bertemu kalian." Sapa Hansol ramah dengan senyuman.

~~~

"Kau lihat bagaimana wajah mantan kekasihmu yang cemburu? Kembalilah dengannya, kalian masih saling mencintai." Mata minimalis milik Wonwoo membeliak mendengar penuturan Hansol.

"Aku mengajakmu kemari murni untuk makan dan membicarakan lirik lagu Hansol-ah. Bukan memanas-manasi Kim Mingyu itu. Lupakan saja dia." Wonwoo berucap kesal mengingat bagaimana cara Hansol memperlakukannya dengan manis tadi.

"Setelah ini kurasa kau benar-benar harus mengenalkanku dengan Seungkwan, hyung. Karena aku sudah membantumu mengetahui perasaan Mingyu yang sebenarnya. Hahahahaha." Hansol menutup pembicaraannya dengan tawa yang tak habis-habis sehingga membuat Wonwoo kesal.


To be continued

P.S.

Siapa yang udah salah sangka hayooo? Hehehe, sesuai janji FF ini ringan kan? Salahin aja Wonwoo sama Mingyu yang keras kepala dan terus berspekulasi sendiri. Oiya, jangan lupa juga untuk mendengarkan lagu yang aku sertakan di media. Maaf jika FF ini membosankan karena kebanyakan narasi daripada percakapan 🙏🙏🙏

Selamat membuka kotak pandora!

6° of Separation [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang