Chapter 1

29.8K 237 26
                                    

1

Setelah kejadian kemarin, jika kalian ingin tau, sudut bibirku sedikit terluka. Jangan bilang aku lemah karna hanya begitu saja sudah membuat sudut bibir ini terluka.

Hei, kalian tidak tau kejadiannya seperti apa semalam. Semalam aku bahkan menelan banyak sperma.

Oh, tidak. Sudah lah, aku tak mau memikirkannya lagi.

"Nona, ada apa dengan sudut bibirmu? Mau ku bantu obati?" Tanya salah satu pelayan apartemen ini.

"Oh, tidak apa-apa, dan tidak perlu membantu," ujar ku sambil melanjutkan jalan menuju ruang makan.

pelayan itu mengikuti ku sampai ke ruang makan. "Anda yakin tidak ingin di bantu, apakah nona sudah mengobatinya?" Tanyanya setelah sampai di ruang makan.

"Tidak perlu, aku akan mengobatinya nanti." Aku mengambil gelas kosong dan mengisinya dengan susu yang ada di kulkas. Pelayan itu menunduk dan pergi dari ruangan.

"Tunggu," panggilku. Pelayan itu membalikan badan mengarah kepada ku.

"Ada apa, Nona," jawabnya.

"Dimana Tuan?" Tanya ku menggunakan embel-embel Tuan.

"Ia pergi ke Tokyo untuk proyek baru nya." Aku hanya mengangguk mengerti, setelahnya pelayan itu pergi lagi.

Pantas saja kemarin dia bermain saat jam masih menunjukkan pukul sembilan. Ternyata dia pergi hari ini. Bagus lah, aku tidak akan melihat muka mesumnya itu untuk beberapa hari kedepan.

Aku mengambil roti di meja dan memakannya sambil berjalan menuju ruang tv. Mencari film bagus di pagi yang membahagiakan ini.

Disaat aku sedang asik kenonton, ponselku berdering, menandakan telepon masuk. Aku melihat nama yang tertera di ponsel ku 'answer'. Bukan aku yang menamakan nomor ini, tapi orang nya sendiri yang menamakan. Entah kenapa dia memberi nama seperti itu.

Dengan malas aku mengangkat telepon itu. "Hallo," ujar ku datar.

"Pagi, sayang," ujarnya. "Kau pasti tau aku ada di mana saat ini," Lanjutnya.

"Ya, aku tau, berapa lama kau disana?"

"Kenapa kau bertanya, apa kau merindukan?" Pede sekali dia, aku memutar mata jengah.

"Tidak aku, tidak akan merindukanmu, aku senang kau tak ada di rumah," ujar ku datar.

"Benarkah? Aku di Tokyo selama dua minggu, Sayang." Senyum ku mengembang mendengarnya. Dua minggu waktu lumayan lama, karna dia tak pernah pergi lebih dari seminggu, tapi sekarang. Aku sangat senang, di tinggal pergi selama itu.

"Kenapa kau diam? Aku tau ini waktu yang lama, sabar lah."

Astaga aku lelah mendengar ocehannya.

"Aku tau kau akan bosan dirumah tanpa sentuhan ku. Jadi, aku meninggalkan kartu ATM ku di lemari kamar. Untuk kali ini aku akan membebaskan mu untuk pergi kemana saja yang kau mau, tapi tetap kau harus memakai supir. Dan, Jangan coba-coba kabur, aku memantau mu walau aku jauh, Sayang," ujarnya panjang kali lebar kali tinggi. #authoralay (sudah lah lupakan)

Senyumku semakin melebar, mendengar kalau aku bisa bebas dari tempat seperti ini. "Aku boleh pergi kemanapun yang aku mau?" Tanyaku menyakinkan.

"Ya, Sayang, kemanapun, asal jangan coba-coba kabur." Oh, ya ampun aku ingin loncat kegirangan karna ini. Jangan anggap aku lebay hanya karna bisa jalan-jalan kemana pun dan di beri satu buah kartu ATM. Kalian tidak merasakan jadi aku yang dikurung dan hanya keluar beberapa kali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

POSSESIVE BEST(BOY)FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang