The Sun

738 114 11
                                    

Sekolah masih sepi di saat Haechan datang. Itu sudah jadi kebiasaannya.

Datang pagi-pagi buta, meratapi nasib di atap sekolah lalu kembali ke kelas dengan senyum lebar.

Pathetic, isn't it?

Haechan menyedot susu cokelat nya yang sempat ia beli di mini market sebelum pergi ke sekolah sambil berjalan menuju atap sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan menyedot susu cokelat nya yang sempat ia beli di mini market sebelum pergi ke sekolah sambil berjalan menuju atap sekolah.

Ia segera membuka pintu dan angin pagi yang dingin langsung menerpa wajahnya. Haechan duduk di tepi bangunan sambil menatap ponselnya.

Bang Mingyu
Woi
Transfer duit dong ke rekening gue
500rb
Jangan lama-lama
Yesterday 23.49 PM

Anjing di read doang
Adek sialan
Transfer gak???!!
05.39 AM

Haechan menghela nafasnya. Dia segera mematikan ponselnya sebelum kakaknya itu menelpon nya berkali-kali, meminta Haechan mentransfer sejumlah uang untuknya berfoya-foya.

Haechan sudah letih di perlakukan sebagai atm berjalan oleh
kakaknya sendiri selama bertahun-tahun sejak orangtuanya meninggal.

"Kapan ya Bang Mingyu sadar sama perbuatannya sendiri?" Gumam Haechan sambil memandangi langit. Matanya mulai berkaca-kaca di kala dirinya mengingat masa lalu nya yang sangat kelam.

 Matanya mulai berkaca-kaca di kala dirinya mengingat masa lalu nya yang sangat kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plak!

"BUNDA!" Seru Haechan yang kala itu masih berumur 10 tahun. Ia segera memeluk Bunda nya yang sedang menangis tersedu-sedu karena di tampar oleh anak sulungnya yang sedang mabuk berat.

"Bang Mingyu apa-apaan sih? Kok tampar Bunda kayak gitu? Gak sopan!" Haechan kecil memarahi kakaknya tanpa tahu apa yang sedang terjadi.

Ia hanya tahu bahwa kakaknya sering pulang malam sambil marah-marah.

"Duit nya taruh di mana?!" Tanya Mingyu, yang kini beralih ke Ayah nya sambil mengangkat kerah baju nya.

"Sudah lah, Nak. Kamu terlalu sering gaul sama temen-temen mu yang nakal itu. Jangan gini ya, Nak. Kasihan Bunda sama Adik kamu." Ucap Ayah nya lembut.

"Alah bacot!"

Mingyu mengarahkan botol alkohol nya ke depan wajah Ayah nya. "Ayah gak tahu apa-apa jadi, cepet kasih tahu aku dimana duit nya?"

"Sudah Mingyu," Bunda menghampiri Mingyu sambil memeluk pinggangnya. Haechan hanya bisa menangis dalam diam memandangi kejadian itu.

Brug!

Mingyu mendorong Bunda nya hingga kepala nya terantuk ujung meja yang tajam.

Haechan langsung berteriak histeris dan memeluk Bunda nya yang tak sadarkan diri. Darah mengalir dari belakang kepala Bunda dengan deras.

"Bang Mingyu udah... Hu hu hu," Lirih Haechan.

Plak!

"Anak kurang ajar!" seru Ayah.

Prang!

"Dan anda orang tua gak guna." Desis Mingyu ketika dia memecahkan botol alkohol tepat di kepala Ayah nya sendiri. Beberapa pecahan dari botol mengenai mata Ayah nya.

Mingyu segera keluar dari rumah sambil membanting pintu.

"Mingyu...," Lirih ayah sebelum ia kejang-kejang dan ikut tak sadarkan diri. Haechan kembali menangis keras sambil memeluk kedua tangan orang tua nya yang sudah terkapar tak berdaya.

Ia tidak bisa melakukan apa-apa. Ia pengecut. Ia hanya bisa menangis tanpa melakukan hal yang berguna seperti meminta bantuan atau menelpon ambulan.

Dia terlalu payah untuk melawan Kakaknya yang memang sangat kurang ajar terhadap keluarganya sendiri.

Dia terlalu payah untuk melawan Kakaknya yang memang sangat kurang ajar terhadap keluarganya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan mengusap air mata nya yang sempat jatuh.  "Ah sial. Kenapa gue cengeng banget sih?"

Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan bahwa 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Sekolah pasti sudah mulai ramai. Haechan buru-buru merapikan seragam dan rambutnya yang belum sempat ia tata karena sibuk merapikan rumah dan menyiapkan sarapan untuk kakaknya.

Haechan memasang senyum nya yang bodoh dan bergegas turun dari atap sekolah menuju kelasnya di ujung koridor.

"Met pagi, ayang Jeno~" Sapa Haechan sambil mencolek dagu Jeno, sahabatnya yang paling anti-skinship.

"Najis! Dateng-dateng bukannya salam, malah nyolek-nyolek. Geli!" Jeno memukuli Haechan dengan buku yang tadi sedang di bacanya.

Haechan terkikik geli yang membuat seluruh orang yang berada di kelas ikut tertawa dengan lelucon yang kadang Haechan keluarkan sambil terus menggoda Jeno.

Tanpa ada yang tahu tawa itu sengaja di buatnya agar, orang-orang di sekitar nya tidak mengetahui masalah yang di alaminya. Cukup dengan senyum lebar dan tawa yang menggelegar masalah Haechan tidak akan pernah ketahuan.

Sun and ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang