02. Help Me

34 19 6
                                    

.
.
.
.
"Taehyung lebih memerlukan perlindungan."
.
.
.
.
.

Mata memutar malas, kaki kanan ia gerakan naik turun dengan cepat—tanda tak sabar. Bibirnya mencebik, sesekali melirik ke jam tangan perak yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Menyugar rambutnya ke belakang beberapa kali dengan menghela napas.

"Oy, Jeon!"

Sampai yang ditunggu datang, ia masih melihat dengan mata kesalnya. Melihat kedua tungkai lawan yang berlari menghampinya.

"Kau tau jam berapa ini, Kim?" Jungkook mengangkat tangan kirinya dan menggerakan tangannya sehingga bunyi gemerisik kecil karena jamnya itu berbunyi. Sedikit membenarkannya kembali, lalu ibu jarinya menunjuk kearah belakangnya sendiri, "Dorong aku cepat, aku lapar." Nadanya memerintah, sok otoriter.

Yang diperintah menaikan bibirnya, melirik dengan mata mengkisut, "Iya, iya." Tapi ia tetap menuruti keinginan si Jeon di hadapannya. Meraih kedua gagang kursi roda di belakang punggung Jungkook dan menelusuri jalan setapak dengan kecepatan normal. Menjauhi gedung apartemen Jungkook.

"Bagaimana Ibumu?" Jungkook berbicara setelah menghening cukup lama di perjalanan, sedikit mendongak melihat rahang sahabatnya—Kim Taehyung, yang kini menggeleng lemah dengan raut sayu.

"Kau tau? Aku rasa Ibu tak akan pernah bisa sembuh dari hal itu." tangannya mengerat, dorongan menjadi lebih lambat karena tekanan dari jari Kim Taehyung kini menurunkan ringan.

Jungkook menatap jalan depannya kembali, memandang udara berdebu tak kasat mata. Secara sontak menutup kedua bilah bibirnya saat melihat salah satu sahabatnya tampak tak punya harapan.

Lalu saat membelok, dimana jalan kecil sisi aspal tersebut ramai. Jungkook acuh dengan pandangan orang yang melihati penuh kasihan, dimana Jungkook sudah biasa akan hal itu. Ia menggerit kecil lalu kembali membuka mulut dengan menoleh kecil ke belakang, untuk memberi kekuatan.

"Maka dari itu kau harus berusaha lebih keras, Kim." Taehyung menunduk unrtuk dapat melihat Jungkook tersenyum dengan kepala kembali lurus kedepan, lalu saat Jungkook mendongak ia tersenyum dengan lebar, "Kau harus berusaha lebih keras. Ibumu membutuhkanmu."

...

"Eh, benarkah?!"

Kim Taehyung bangkit dari rebahannya, terkejut akan apa yang Jungkook katakan. alisnya menaik, netranya menukik. Mulutnya membuka jeblak.

"Anak kecil itu mengancammu?" ia maju, bertanya saat berpindah posisi ke sisi Jungkook, "Wah, dia berani sekali."

Dengan itu Jungkook mengendik, mengangkat sedikit badannya dan pindah kecil dari duduknya. Kakinya kebas karena terlalu lama duduk dengan kedua kaki lurus menjulur agak ke samping. Kasurnya yang empuk bukan jaminan pegal tak bertandang.

"Iya, dia datang." Tengkuknya diusap kasar lalu Jungkook menguap, dengan mata yang berair karena hal itu, ia menyambung kata, "Tapi dia bukan anak kecil. Kau tau? Dia lebih besar dari yang kita kira." Tangan kanannya membentuk gerakan menaik lalu menurun seperti membentuk gunungan aneh.

Mata Taehyung menyipit, pandangannya menyuram, "Heh? Besar apanya?" suara Taehyung mengecil, hampir berbisik. Rautnya berubah aneh, membuat Jungkook mengeryit dengan menaikan bibir jijik.

Jungkook mendesis bersama dengan tolehan, bibir melejit sekali ke atas. Gelengan kecil menjadi awal lanjut pembicarannya, "Mati saja kau! Kau pasti berpikir aneh."

Mengerling nakal, lalu ia terkekeh dengan senyum kotak cerianya. Tepisan tangan Jungkook yang tak terlalu kuat mendorong tubuhnya membuatnya sedikit mundur, "Ya, kau saja yang ambigu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between The Trouble MakersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang