Hubungan Shani dan Vino makin dekat dalam beberapa hari terakhir. Dari seringnya Vino mengantar Shani ke kampus, kantor atau pulang ke rumah dan mengajak untuk makan siang bersama di sebuah kafe.
Seperti saat ini keduanya sedang duduk berdua di bangku sebuah taman sambil menikmati es krim cone dan suasana sore hari.
Tampak jelas keduanya begitu senang dan bahagia walau awal-awal pertemuan mereka ribut-ribut gak jelas. Tapi karena sudah saling tahu karakter masing-masing, keduanya pun mengerti.
"Pengen deh gue belajar jalan," ucap Shani sambil menghabis cone es krim.
"Serius? Kaki lu udah baikan?" tanya Vino menatap Shani yang duduk di sampingnya
"Iya, kata lu juga 'kan waktu itu gue harus nyoba belajar jalan." Shani berdiri dari duduknya dengan bantuan tongkat.
"Pelan-pelan aja dulu, Shan," ucap Vino seraya berdiri dari duduknya untuk berjaga-jaga Shani jatuh.
Shani mulai berjalan sebentar dengan tongkatnya. Setelah 4 langkah, baru ia melepas tongkatnya dan berjalan dengan tertatih.
"Gue bisa, Vin, gue bisa." Shani merasa senang sudah bisa berjalan tanpa bantuan tongkat walau masih sedikit tertatih langkahnya.
"Iya-iya, lu bisa. Tapi jangan lari dulu," ucap Vino khawatir melihat Shani berjalan cepat memutarinya.
"Tapi gue udah bisa jalan, Vino." Shani berjalan kembali, kali ini tidak tertatih-tatih.
"Ya tapi lu jangan lari dulu, nanti jatoh." Vino tetap merasa khawatir walau bahagia Shani sudah bisa berjalan tanpa tongkat.
"Kalo gue bisa jalan berarti gue bisa lari. Dan lu pastinya gak bisa nangkep gue." Shani tersenyum sambil berlari-lari kecil memutari Vino.
Vino pun dengan terpaksa mengejar, tapi Shani selalu menghindar saat akan ditangkap Vino dan lari keluar taman.
"Dah ya jangan lari, sekarang kita pulang. Dah gerimis," ajak Vino begitu berhasil menangkap Shani dengan memegang tangannya.
Mereka berdua lalu berjalan bersama dengan bergandengan tangan menuju mobil Vino yang terparkir.
"Kayanya mulai besok dan seterusnya gue berangkat sendiri deh," ucap Shani tersenyum.
"Kenapa?" tanya Vino.
"Kaki gue 'kan udah sembuh, jadi ya udah bisa nyetir. Lagian gue udah ngerepotin lo selama ini," jawab Shani.
"Gak ngerepotin kok bagi gua. Intinya 'kan lo bisa berhemat soal pengeluaran."
Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya mereka sampai di depan rumah Shani.
"Mau masuk dulu?" tawar Shani setelah melepas seat belt.
"Lain waktu aja, banyak laporan yang mesti gua kerjain." Vino menolak seraya tersenyum.
"Oh ya udah, hati-hati ya." Shani keluar dari mobil Vino lalu menutup pintunya.
Vino mulai melajukan mobilnya meninggalkan Shani yang masih berdiri di depan rumahnya.
Setelah mobil Vino menjauh dan hilang dari pandangannya, Shani berbalik badan melangkah menuju pintu pagar rumahnya.
*****
Keesokan malamnya, Shani bersama Nadhif makan malam bersama di sebuah restoran. Awalnya Shani malas pergi, tapi karena ada sesuatu hal, ia pun menerima ajakan Nadhif.
"Ini maksudnya apa, Shan?" tanya Nadhif saat melihat Shani menyerahkan amplop coklat berisi uang padanya.
"Gue balikin uang yang lo pinjemin ke gue waktu itu," jawab Shani atas tujuannya menerima ajakan Nadhif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir (VinShan)
FanfictionShani Indira ialah seorang gadis cantik namun siapa sangka sudah 3 kali pacaran, ketiga pacarnya itu meninggal dengan penyebab berbeda-beda. Radja Arvino alias Vino seorang pemuda tampan namun masih mencintai mantannya yang sudah meninggal. Apa jadi...