Who Are You

3.6K 448 49
                                    

"Mianhae..."

Jaemin hanya diam mendengar Haechan yang menunduk meminta maaf.
Haechan merasa bersalah karena idenya malah membuat Renjun jatuh pingsan.

"Gwaenchanha..." akhirnya Jaemin memberikan senyumnya pada Haechan seraya menepuk pundak laki-laki itu.

"Hubungi aku jika Injunnie sudah sadar. Aku pergi dulu..."

"Nana-ya wae?" Haechan menahan lengan Jaemin yang hendak pergi.

"Maksudmu?" Jaemin menatap bingung kearah Haechan yang menanyakan kenapa padanya.

"Kau akan pergi begitu saja? Aku sudah memberikan kesempatan untuk kalian bertemu"

Jaemin mengarahkan pandangannya ke arah ranjang rumah sakit dimana Renjun terbaring.
Dokter bilang keadaannya baik-baik saja. Tidak ada yang harus di khawatirkan.
Tetapi bagi Jaemin, apapun yang menyangkut tentang Injunnienya sangatlah penting.

"Mungkin belum sekarang, dia belum siap..." Jaemin memberikan senyumnya lagi pada Haechan.

Tapi Haechan tau, dibalik senyum itu Jaemin menyimpan rasa sakitnya sendirian.
Sebagai seorang sahabat, Haechan merasa bersalah karena tidak bisa membantu apapun.

"Lalu kapan? Satu tahun lagi? Dua tahun? Ini sudah empat tahun berlalu Na Jaemin!"

"Aku lelah Haechan-ah, kita bicarakan besok lagi. Ingat hubungi aku saat Renjun sadar"

Jaemin bergegas melangkahkan kakinya hendak meninggalkan tempat itu.
Sebelum suara Haechan lagi-lagi membuat langkahnya terhenti.

"Jeno, dia masih menyukai Renjun asal kau tau"

Jaemin hanya diam mendengar ucapan Haecjan.
Matanya terpejam seraya tangannya mengepal dengan kuat.
.
.
.
"Hati-hati! Nanti jatuh!"

Renjun menghembuskan nafasnya dengan kesal. Semenjak dia keluar dari rumah sakit Haechan selalu mengikutinya.
Mengatakan jika Renjun belum seratus persen sehat. Padahal dia hanya pingsan, bukan kanker!

"Biasa saja Haechan! Ish!"

"Aku kan sahabat yang baik!"

"Terserah!"

Renjun kembali melangkahkan kakinya dengan kesal ke arah kantin dengan Haechan yang mengikuti dibelakangnya.

"Makan yang banyak! Dokter bilang kau hampir masuk ke daftar orang kekurangan gizi" Haechan menahan tawanya saat Renjun menatapnya dengan pandangan galaknya.

"Sekali lagi kau bicara kucongkel matamu!" ancam Renjun seraya menyodorkan sumpitnya tepat didepan mata Haechan.

Haechan tertawa puas setelah berhasil mengerjai Renjun.
Menghibur sahabatnya itu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Haechan.

Renjun mengunyah makanannya seraya melihat-lihat kesana kemari, sampai pandangannya jatuh kepada laki-laki yang duduk dipojok kantin.
Menatapnya dengan pandangan yang sulit dijelaskan.

Tiba-tiba Renjun teringat dengan kejadian ditaman tiga hari yang lalu.

Laki-laki itu.

Tanpa sadar mata Renjun mulai berkaca-kaca. Lagi-lagi ada perasaan aneh saat bertatapan dengan mata itu.
Haechan yang sadar mata Renjun seperti hendak menangis segera menolehkan kepalanya, mencari tau apa yang membuat sahabatnya berkaca-kaca.

Haechan menghela napasnya saat melihat Jaemin yang duduk dipojok kantin.
Dia hanya diam melihat Renjun dan Jaemin yang hanya bertatap-tatapan.
Renjun dengan mata yang berkaca-kaca dan Jaemin dengan senyum penuh kerinduan.

Love Story [JaemRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang