Lee Jeno dan Na Jaemin
Dua nama yang tidak dapat dipisahkan.
Kedua orangtua mereka bersahabat sejak lama, menikah di tahun yang sama, tinggal di kompleks yang sama, hamil dan lahir pun ditahun yang sama.
Mereka tumbuh bersama dengan penuh cinta dari keluarga merekaHingga saat mereka berada dipertengahan sekolah dasar semua berubah, hanya Jeno dan keluarganya yang berubah.
Sikap Jeno yang ceria perlahan berubah termasuk didepan Jaemin,
Jaemin juga jarang bertemu kedua orangtua Jeno.Pernah suatu hari Jaemin melihat Jeno yang berjongkok sendirian ditaman pada malam hari.
Jaemin pikir Jeno sedang bermain dengan serangga, tapi yang membuat Jaemin terkejut dan lari saat itu juga adalah Jeno yang terlihat sedang bermain dengan bangkai kucing yang kepalanya hampir terputus. Ada pula cutter berlumuran darah disamping Jeno.Sampai dirumah Jaemin menceritakan semua pada kedua orangtuanya, mulai dari sikap Jeno yang berubah hingga Jeno yang bermain bersama bangkai kucing.
Tapi orangtuanya hanya tersenyum lembut kearahnya dan berkata"Tetap disamping Jeno ya. Jeno butuh seseorang untuk sandarannya, dia butuh teman yang ada untuknya apapun yang terjadi. Eomma yakin Jeno tidak akan melakukan apapun pada Jaemin karena Jaemin sahabat Jeno satu-satunya"
Jaemin menatap ayahnya yang juga tersenyum lembut seraya membelai rambutnya dengan lembut.
Jaemin mengingat kenangannya dengan Jeno. Saat mereka makan bersama, main bersama, menangis bersama, semua yang dia lakukan selalu bersama Jeno karena mereka selalu bersama sejak kecil.
Jemima tersenyum manis kearah orang tuannya
"Arraseo eomma, jangan khawatir. Jaemin ada untuk Jeno, selamanya!"
.
.
.
.
."JENO YA!"
Jeno menolehkan kepalanya saat telinganya mendengar suara cempreng Jaemin yang sedang berlari kecil menghampirinya.
"Ya! Kenapa tidak menunggu Jaemin?"
Jeno hanya diam menatap Jaemin.
Kakinya yang hendak melangkah meninggalkan Jaemin seketika berhenti saat suara Jaemin terdengar lagi."Kita bersahabat. Jadi jangan khawatir, ada Jaemin disini"
Hanya kalimat sederhana dari Jaemin yang membuat senyum dibibir Jeno muncul dan membuat dia yakin bahwa dirinya tidak sendiri.
.
.
.
.
.
"Eomma, kenapa rumah Jeno banyak polisi?"Eommanya tidak menjawab. Dia hanya diam seraya memeluk Jaemin yang ada digendongnya.
Sedangkan Appanya sedang berbicara dengan salah satu polisi disana.Pandangannya sedari tadi mencari keberadaan sahabatnya, tetapi tidak ada. Jeno tidak ada disana.
Pandangannya justru jatuh ke seorang pria yang sedang ditarik oleh beberapa polisi. Pria itu berteriak histeris dan memberontak menolak dimasukan kedalam mobil polisi.
Wajah pria itu benar-benar menyeramkan dan penuh emosi, padahal biasanya pria itu selalu memberikan wajah yang lembut dan ramah pada Jaemin dan yang lainnya.Ya, pria itu Appanya Jeno.
Dibelakangnya ada empat polisi yang mengangkat kantong besar berwarna kuning. Jaemin pernah melihat kantong seperti itu difilm yang ditonton pamannya. Situasinya juga sama, banyak polisi dimana-mana.
Hingga matanya membesar saat melihat seorang polisi juga keluar dari rumah Jeno seraya menggendong sahabatnya yang hanya diam.
Jaemin hendak berteriak memanggil Jeno sebelum eommanya memberi isyarat untuk diam.
"Jaemin jangan berisik ya. Nanti kita menyusul Jeno, mengerti?"
Jaemin hanya mengangguk dan menatap Jeno yang juga masuk kedalam mobil polisi.
Jaemin hanya berharap, semoga sahabatnya baik-baik saja
.
.
.
TBCMenurut kalian kecepetan gak sih kata-katanya?
Ini flashback pas Jeno & Jaemin masih kecil ya, disini mereka masih SD.
Masih ada satu chapter yang nyeritain masa kecil mereka sebelum kembali ke waktu sekarangJangan lupa tombol bintang dibawah ya ❤️