Incheon, Seoul
Hae Yul berjalan dan menarik kopernya lebih cepat setelah ia menemukan So Jeong yang melambaikan tangan padanya. Ia bergegas menghampiri sahabatnya sekaligus menghindari kerumunan gadis-gadis di pintu keluar bandara.
Kenapa ramai sekali, ucapnya dalam hati. Sedetik kemudian gadis itu mengabaikan pertanyaannya sendiri dan berhamburan memeluk sahabatnya.
"Yaa!! Kenapa kau tidak bilang padaku kau pergi ke Indonesia Yul-ah..kau membuatku khawatir seminggu ini!!", ucap So Jeong melepaskan pelukan Hee Yul.
So Jeong menyilangkan tangan dan memasang wajah cemberut. Berusaha untuk terlihat marah.
Tapi menurut Hae Yul, tingkahnya justru terlihat lucu.
"Mianhaee..So Jeong-ah, aku butuh waktu untuk menenangkan diri" ucapnya sembari menunduk dan tersenyum tipis. Lebih tepatnya, Hae Yul berusaha untuk tersenyum.
Mendengar jawaban sahabatnya, So Jeong tiba-tiba memeluk Hae Yul dan menepuk pundaknya. Tanpa berkata apapun.
"Ayo kita pulang, kau pasti sangat kelelahan" ucap So Jeong menarik tangan sahabatnya agar mengikutinya masuk ke mobil.
Hae Yul tersenyum memperhatikan sahabatnya.
Terimakasih sudah mengerti So Jeong-ah.., aku beruntung kau menjadi sahabatku.
Tanpa menunggu lama, mobil berwarna silver itu segera melesat menuju perumahan di kawasan Gangnam.
🍀🍀🍀
"Tuan,tuan..kita sudah tiba di Korea", ucap seorang wanita sambil menepuk pundak lelaki itu pelan.Seketika lelaki itu tersentak, menggeliat dan mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Ah..kamsahamnida", ucapnya sambil berdiri dan membungkukan badan pada pramugari pesawat yang telah membangunkannya.
Teringat sesuatu, lelaki itu menoleh kembali ke tempat duduknya. Gadis di sampingnya sudah tidak ada di sana. Ia menghela nafas kasar dan berjalan malas keluar pesawat.
Bagaimana bisa aku tidur sampai seperti itu astaga. Aku bahkan tidak sadar sudah sampai di seoul. Ahh bagaimana aku mengembalikan kotak itu padanya. Batinnya menggerutu.
Lelaki itu merapatkan jaket dan mengenakan masker hitam. Sesampainya di pintu bandara, ia dapat melihat manajernya menghampiri.
"Ayo cepat." Ucap manajernya sembari menarik koper lelaki itu menuju mobil yang sudah menunggunya.
Kim Seok Jin! Kim Seok Jin! Kim Seok Jin! Kyaaaaaa!!
Teriak kerumunan gadis-gadis seketika setelah lelaki itu melambaikan tangan beberapa kali pada mereka.
🍀🍀🍀
Dalam perjalanan menuju gedung agensi, manajer Sejin menanyakan berbagai hal pada Seokjin."Sebelum berangkat ke Thailand kau harus mengecek kesehatanmu dulu. Song pd mengatakan padaku kau hampir pingsan saat syuting di Manado. Benarkah itu?" Ucapnya sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Seokjin.
"Yaa, mungkin aku terlalu lelah mengikuti syuting kemarin. Tapi tidak masalah, aku baik-baik saja sekarang", jawab Seokjin kemudian meneguk minumannya.
"Baiklah..tapi jangan terlalu memaksakan dirimu. Beritahu aku jika kau membutuhkan sesuatu."
Seokjin hanya mengangguk, kemudian memejamkan mata beberapa saat.
Ia teringat sesuatu dan merogoh ranselnya, mengambil kotak kayu.
Akan sangat tidak sopan jika aku membukanya, pikirnya. Namun ia tetap membuka kotak kayu itu dan menemukan sebuah cincin polos berwarna perak.
Ia mengambilnya, hanya cincin biasa. Namun beberapa saat kemudian ia menemukan ukiran di lingkaran dalam cincin itu.
Seokjin menyipitkan matanya dan tanpa sadar mengeja ukiran dalam cincin itu.
"Y..H..Y, hm?"
"Ada apa Seokjin?" Tanya manajer sejin.
"Ah, anniya. Bukan apa-apa hyung." Ucapnya sambil meletakan kembali cincin itu ke dalam kotak kayu.
Merasa penasaran, Seokjin memperhatikan ukiran dari kotak kayu itu, seperti kupu-kupu tetapi bentuknya lebih abstrak.
Hingga ia membaliknya dan menemukan ukiran yang dapat dibaca.
Samseong-120, Gangnam.
Seokjin tersenyum kecil, kemudian memasukkan kotak kayu itu kembali ke dalam ranselnya.
Aku menemukan petunjuk. Kurasa aku akan bisa mengembalikannya.
To be continue~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshade [BTS-KSJ Fanfiction]
FanfictionMengetuk saja tidak akan membuat Hae Yul membukakan pintu hatinya Ia telah menguncinya rapat-rapat