B

283 40 9
                                    

🎲🎲🎲

Author POV

Rose memainkan hpnya. Dia bangun terlalu pagi kali ini. Sambil berjalan kearah kulkas dia memandang kamar milik Lisa yang gelap seperti tidak ada aura kehidupan.

Karena dia penasaran, akhirnyapun dia membuka knop pintu dan memandang kamar itu sangat gelap. Dia bertanya pada dirinya sendiri. Apakah temannya itu tidur di studio lagi kali ini?

Tidak mau berburuk sangka Rose langsung mencari saklar lampu yang ternyata berada tepat dibalik pintu. Kemudian dia menghidupkannya. Kosong. Lisa tidak tidur di dorm. Pasti dia di studio.

Khawtir menyelimuti Rose yang tadinya ingin mengambil cemilan. Dia membuka hpnya lalu menelfon Lisa temannya. Sudah tiga kali dia menelfon Lisa tetapi, wanita itu tidak menjawab panggilan darinya. Apakah dia belum bangun dan masih tertidur? Itulah pertanyaan yang sekarang muncul dibenak Rose.

Rose wanita yang memiliki pinggang kecil itupun mendudukkan dirinya diatas sofa sambil menghembuskan nafasnya gusar. Dia kesal, khawatir, dan...lapar? Bagaimana tidak kesal. Rose dia sudah mengingatkan Lisa beribu-ribu kali agar tidak tidur di studio. Tetapi, Lisa malah tidak mendengarnya. Rose juga khawtir akan Lisa yang nantinya kepergok tengah malam tidur di dorm. Tetapi, wanita itu malah menganggapnya hal sepele.

Entah kenapa? Kali ini dia juga merasa bosan dan ingin pergi ke kamar Jennie eonnie untuk bergabung tidur diatas kasur empuk miliknya. "Huft...membosankan apa aku harus pergi ke tempat Jennie Eonnie?" tanya dirinya sendiri. "Eh, tapi tunggu...suara apa itu?"

Kiet kiet kiet

Suara decitan tempat tidur itu terdengar dari kamar atas yakni kamar Jennie. Awalnya Rose menganggapnya bahwa Jennie pasti sedang tidur lasak. Tapi, setelah Rose berapa lama Rose tersadarkan. "Sejak kapan Jennie eonnie tidurnya selasak itu?"

Dia mulai risau. Berdiri dia dari sofa itu lalu berjalan menuju anak tangga yang menghubungkan antara ruang bawah dan ruang atas. Saat didepan anak tangga dan belum juga sempat dia mengangkat kakinya pada anak tangga yang pertama, Rose mengernyitkan dahinya. Kenapa dikamar Jennie eonnie ada suara desahan?

Tunggu ini tidak beres. Rose mulai naik keatas dengan cara yang mengendap-ngendap layaknya seorang detektif. Ketika dia berada tepat didepan kamar Jennie suara desahan itu semakin jelas dan malah terkesan menggelikan.

Tanpa menghiraukan suara-suara aneh itu Rose mengintip kamar Jennie yang dibawahnya terdapat celah sedikit. Dari sana Rose dapat melihat bayangan yang memantulkan dua orang lelaki dan wanita yang saling melakukan aksi dan reaksi yang gila menurutnya.

Rose terkejut setengah mati. Bagaimana bisa? Jennie yang ia kenal orang yang sopan, selalu jaga image malah melakukan hal gila ini? Dan tunggu..bukankah body pria itu seperti Hanbin Oppa?

Rose meneguk salivanya dengan gusar. Tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain turun kebawah dan bersembunyi sampai aktivitas kedua orang itu berakhir dan Jennie turun mengantarkan partner aksi-reaksnya itu.

Selang lima belas menit akhirnyapun mereka turun dari atas. Dengan sigap Rose memicingkan matanya agar dia bisa melihat wajah lelaki itu dengan jelas. Setelah dia berhasil melihat pemilik wajah itu Rose langsung menutup mulutnya dengan tangannya lalu kemudian sebulir air mata sudah terjatuh kepipinya tanpa ia sadari.

Bear All The Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang