"Entah sampai kapan aku berada di keadaan seperti ini, hatiku ingin menolak tapi tubuhku tetap diam seperti ini. Dan…rasa cintaku…” Kim Doyoung.
Doyoung terus bergeming melihat Jaehyun yang sibuk memilihkan baju untuknya. Sesekali ia melirik perutnya, belum terlalu buncit menurutnya. Ia masih ingin memakai pakaiannya yang lama. Pakaian yang lebih fashionable menurutnya. Daripada baju yang besar untuk orang yang hamil ini, setidaknya Jaehyun mau menunggu sampai beberapa bulan lagi baru ia mau memakai pakaian itu.
Doyoung masih bertahan di tempatnya saat ini. Ia lebih memilih untuk duduk dan membiarkan Jaehyun yang entah kenapa sangat antusias.
Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan mendapati para pekerja yang sebagian besar adalah gadis gadis muda dan mereka sedang berbisik satu sama lain. Selanjutnya ia mengikuti arah pandang mereka yang tertuju pada Jaehyun, mata itu tertuju pada Jaehyun suaminya, jangan lupakan itu.
“Ish…kenapa ia menunjukkan wajah menjijikkan itu.” gerutunya.
Wajah tampan, imut dan innocent. Itulah yang saat ini membuat Jaehyun menjadi pusat perhatian oleh para penjaga toko ini. Apa ia sedang menikmati momen ini atau dia memang tidak sadar dengan keberadaannya? Nyatanya Jaehyun tetap memilih baju untuk Doyoung. Sesekali ia tunjukkan pada Doyoung namun melihat ketidak tertarikan Doyoung ia kembali memilih baju lain.
“Cobalah ini hyung.”
Bocah ini sudah berdiri di depan Doyoung. Masih dengan wajah menjengkelkannya.
Doyoung meraihnya tanpa banyak bicara, ia tidak ingin membuat perdebatan seperti sebelum mereka berangkat ke tempat ini. Ia tidak ingin memancing kemarahan Jaehyun di tempat ini.
Jaehyun sadar akan hal ini, ia sedang menjadi pusat perhatian beberapa gadis penjaga toko, selanjutnya ia menunduk dan tersenyum pada mereka. Doyoung memutar matanya karena mendapati sikap Jaehyun yang menurutnya lebih narsis dari dugaannya. Ini seperti service sendiri bagi gadis-gadis itu karena mendapat senyum tampan dan manis dari Jaehyun.
“Mereka tidak tahu wajahnya itu sebenarnya menyeramkan.” gerutu Doyoung. Dan itu terdengar oleh Jaehyun.
Ia melirik Doyoung yang menutup ruang ganti tanpa melihatnya. Jaehyun tersenyum simpul. Hatinya tengah berbahagia, benar-benar bahagia karena ia mempunyai waktu untuk bersama Doyoung. Orang yang ia cintai, bahkan sangat ia cintai dari segala gerak geriknya.
Tak butuh waktu lama dan Doyoung sudah berada di depannya dengan baju yang ia pilih. Jaehyun tersenyum dan memberinya beberapa baju pilihannya.
“Sebanyak ini?" tanya Doyoung.
“Tenang saja, aku memiliki cukup uang untuk membelinya.”
“Bukan itu maksudku, kita bisa mencicilnya perlahan.”
“Bukankah aku sudah katakan, aku hanya menbambil cuti 3 hari, setelah ini kegiatan kampusku akan padat dan aku tidak bisa menemanimu belanja.”
Doyoung sudah membuka mulutnya untuk kembali memberikan tanggapannya, namun segera ia urungkan mengingat bagaimana Jaehyun ketika ia menyanggah setiap pemikirannya. Ia harus menahannya sampai mereka keluar dari toko.
“Baiklah…” ucap Doyoung menurut.
.
“Tolong ini semua.” ucap Doyoung pada salah satu penjaga toko.
“Ne..tuan, ah…apa dia adik anda?”
Doyoung terdiam, ia melihat ke arah yang sama seperti penjaga toko ini, selanjutnya ia tersenyum dan membungkukkan setengah badannya tanpa menjawab pertanyaan itu. Ia tidak mungkin menjawab iya karena dia memang bukan adiknya, ia juga tidak mau menjelaskan lebih tentang status pria berwajah imut atau tampan ini yang sedang menjadi pusat perhatian itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
أدب نسائي"Kita akan kembali bertemu hyung." ia tersenyum simpul dan ia hanya menunggu sampai saat itu tiba. Doyoung pasti mencarinya, itulah yang ia yakini saat ini.