CHAPTER 1

13 1 0
                                    

QEANDRA

"Kok kakak lagi sih yang ngalah?" Ucapku geram. Siapa yang tidak geram dengan Tingkah laku adik bungsu ku yang paling menyebalkan. Namaku Aeleasha Qeandra p. Anak pertama dari 2 bersaudara, yaitu aku, dan Adikku, Kian Ariansyah Prayata. Umurku 17 tahun, dan umur adikku yang baru saja menginjak umur 5 tahun kemarin malam. Wajar saja aku selalu bertengkar dengan nya karena keterpautan umur kami yang memang beda jauh. Tapi bagaimanapun,aku tetap menyayanginya walaupun dia menyebalkan.

Ia masih memalingkan wajahnya sambil mendekap remote tv didadanya dengan wajah yang ditekuk. Bayangkan saja, Aku dan dia bertengkar hanya karena channel tv. WHAT THE F--!! Ah!

"Kian, Sini'in remote nya, Kakak mau nonton Tv" Ucapku lagi. Lagi-lagi ia hanya menggeleng tanpa bersuara. Aku hanya bisa menggerutu dalam hati seraya menarik nafas panjang. Kini, aku dan Kian sedang berada diruang keluarga yang duduk dilesehan, Yang artinya duduk dilantai namun berlapis karpet berbulu lebat berwarna Peach. Aku bersender Di kaki sofa yang memang sudah ada diarea ruang keluarga,Depan Tv.

Aku menghela nafas panjang sambil melirik jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Rasanya baru saja aku mendudukkan pantatku diatas karpet lembut ini sekitar 15 menit yang lalu yang saat itu menunjukkan pukul 14.15 Aku baru saja pulang sekolah sekitar 15 menit yang lalu, dan kini hanya ada aku, Dan kian dirumah.

Jika kalian bertanya dimana letak mama dan papa ku?. Mereke bekerja sejak pagi, Disalah satu perusahaan besar milik keluarga prayata sendiri. Maksudnya, Papa ku adalah Direktur utama, Dan mama ku adalah sekretarisnya. Dan pulang malam. Hufffttt

Setelah aku melirik jam dinding yang terpampang, Aku beralih melirik kian yang sibuk dengan mainan nya yang berserakan diamana-mana. Kalaulah kian main mainan nya,Buat apa ia mendekap remote dan tidak membolehkan ku untuk bersantai sebentar saja?. Sialan!!.

Jika kalian tau, Mama dan papa ku sengaja tidak mempekerjakan asisten rumah tangga, Agar aku bisa mandiri. Dan Alhasil aku yang mengurus semua nya. Mulai dari kebersihan, sekolah Kian, Sekolah ku, Dan lain-lain. Ah!! Sebenarnya, Bisa saja aku menolak semua tugas ini, Namun otakku menuntut untuk berfkir lebih panjang. Aku melakukan ini, Semata-mata hanya untuk membantu kedua orang tua ku yang sibuk dengan pekerjaan nya. banting tulang untuk menghidupkan kami sekarang. Setiidak nya membalas budi.

Karena tidak tahan dengan pemandangan didepanku yang super berantakan, Aku beranjak mengambil beberapa alat bersih-bersih. Seperti Sapu, kemoceng, Lap basah, Kain pel, Dan juga pembersih kaca.

Kini aku hanya memakai celana pendek diatas lutut serta Tanktop pink yang menutupi bagian badanku saja. Rambut ceplak asal sehingga meninggalkan beberapa anak rambut yang bergantungan diwajahku. Aku sudah biasa memakai pakaian seperti itu jika hanya kami berdua yang berada dirumah besar itu.

"Kian, Ambil mainan yang mau dimainin aja, Biar yang lain nya kakak beresin." Suruh ku yang dipatuhin oleh Kian. Ia mengambil beberapa mainan Seperti robot dan mobil remote nya.

"Main nya di teras sana, kakak mau beres-beres" Suruhku lagi yang kembali dipatuhin oleh Kian. Setelah kupastikan ia benar-benar keluar ke teras, Aku beranjak sebentar menuju lemari untuk mengambil ponselku, Menyetel lagu, Lalu menyambungkan nya ke Loudspaker dengan menggunakan Bluetooth serta antena Loudspaker. Sedetik kemudian mengalun musik Dusk till dawn-zayn malik ft. sia Diikuti beberapa musik lain dibelakangnya Dengan volume medium.

Aku pun memulai aksiku mengemas mainan kian lalu memasukkan nya kedalam box mainannya. Selama berberes-beres mulutku tak henti mengikuti alunan musik yang berputar sambil sesekali menggoyangkan tubuhku mengikuti hentakan irama dan menjadikan sapu sebagai Stand microphone nya.

Huft, Selesai sudah tugasku untuk menyapu, kini saat nya aku membasahi lantai dengan lap pel. Aku mengambil alat itu yang memang sudah kusiapkan sedari tadi. saat musik How long-charlie puth mengalun,Aku pun mulai menggesekkan lap pel kelantai mengikuti irama dari lagu tersebut. sampai tiba-tiba suara mungil membuyarkan semuanya.

"Kak Qe" Suara itu membuatku menoleh dan mendapati Kian berdiri dilantai yang baru saja basah terkena pel.

"Kian, Ngapain disitu? Awas licin. Kan kakak bilang kian diteras aja." Ujarku. ia memasang wajah melas didepanku sambil mengusap-usap perutnya. "Kenapa lagi ini anak?" Batinku.

"Kian lapel kak. Mau makan" Ucapnya. Aku menghela nafas panjang sebelum menjawab. "Tadi bukannya mama udah nganterin bekal ya? Udah kian makan,kan?" Tanyaku. Ia menggeleng lalu mengangguk. Apacak maksudnya?

"Iya, tapi kian lapel lagi,mau makan telul mata sapi" Ucapnya. Untuk kesekian kalinya aku menghela nafas. Lalu mencoba tersenyum.

"Yaudah, Nanti kakak buatin. Kakak siapin nge-pel nya dulu ya" Ucapku memberi pengertian.

Dengan cepat ia menggeleng. "Enggak! Kian maunya makan sekalang" tegasnya. Aku menggenggam erat gagang lap pel menahan emosi, Mencoba tenang.

"Iya, Tapi sebentar lagi ya, Sebentar lagi siap kok" Ujarku namun tak diindahkan oleh kian.

"Kian bilangin mama!!" Ucapnya yang membuatku menggerutu. Jika sudah mendengar huruf M.A.M.A Ciut langsung. Sampai kapanpun, Aku enggak bakal berani melawan sama mama.

"Yaudah iya! Sebentar" Ucapku lalu meninggalkan lap pel menuju dapur. Aku mencuci tanganku di Wastafel Terlebih dahulu lalu beralih memeriksa kulkas. Namun, Tak terlihat satupun butir telur disana. Artinya saat ini tidak ada telur dirumah.

Aku beralih membuka sangrai, Tidak ada makanan apapun disana kecuali roti berisi selai coklat. Aku meraih roti itu membawa nya keteras,Tempat dimana kian berada.

"Kian, Telur nya habis. Makan ini aja dulu ya." Ucapku sambil menyodorkan roti berisi selai coklat itu. Ia melihatnya sebentar lalu menggeleng.

"Enggak mau, Kian maunya makan nasi pake telul mata sapi" Tolaknya mentah-mentah.

"Iya, Tapi kakak lagi kerja. Capek kian." Ucapku. Namun lagi-lagi ia menolak.

"Enggak mau!!!!!" Jeritnya. dengan perasaan campur aduk, Marah, kesel, capek, aku beranjak meninggalkan kian mencabut ponselku yang terhubung dengan loudspaker, lalu masuk kekamar, mengenakan blezeer lalu bersiap hendak pergi kewarung terdekat untuk membeli telur.

"Kian, sekarang kian mandi. Nanti siap mandi kakak masakin. Kakak pulang, kian harus rapi." Ucapku lalu pergi membeli telur.

***

"Punya adik kok ga bisa ngerti kakaknya" Gerutuku sepanjang jalan menuju rumah. Aku menenteng kantung plastik yang berisi beberapa butir telur.

Hanya membuang waktu kira kira 10 menit, Kini aku sudah sampai didepan gerbang berwarna coklat tinggi,Rumahku sendiri. Aku membuka gerbang menampakkan pintu berwarna krem terbuka lebar.

"Tadi sepertinya udah gue tutup deh,pintunya. Kok sekarang terbuka ya?" Gumamku. Sejurus kemudian aku teringat kian yang tadi kutinggal sendiri dirumah. Ini kali pertama aku meninggalkan kian dirumah sendiri. Biasanya aku selalu membawa kian kemanapun aku pergi. Aku berlari memasuki rumah,mencari keberadaan adik satu-satuku itu.

"Kian!!" Panggilku. namun tak ada satupun sahutan yang terdengar dari bibir mungil itu. Perasaan ku mulai cemas mengingat tak adanya keberadaan kian dirumah.

"Kia—n" Ucapanku sempat terpeggal melihat adikku sedang tertidur pulas disofa depan Tv dengan hanya mengenakan celana dalam. Aku yakin, Ia baru saja selesai mandi namun belum sempat lagi ia mengenakan baju,ia sudah dikurung oleh mimpi-mimpi indahnya itu

Perasaanku tercampur aduk. Kesel, khawatir,cemas dan juga lega. Akhirnya aku meletakkan kantung plastik yang berisi telur dimeja dapur, Lalu beralih menggendong kian ala bridal style dan membawanya kekamarnya. Disela-sela tidurnya, Aku menyambilkan memakaikan nya baju.

"Udah dibeli'in telur,Malah tidur" Ucapku pelan. Lalu beralih menyiapkan pekerjaan ku yang menggantung tadi.

HEART VICTIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang