"Hei Dy, lo dengerin gw kan?"
Fokusnya beralih. Netra dengan hiasan hitam legam di tengahnya itu lebih memilih sibuk dengan objek yang sejak tadi mengundang rasa penasaran di ruang hatinya.Tapi tunggu, apa Dy punya hati?
"Hei Dy! Sebenarnya lo liat apa sih."
Sahabatnya kembali bersuara, membuatnya terpaksa mengalihkan perhatian.
Hal ini memang seringkali terjadi, Dy kembali kehilangan fokusnya saat sahabat karib di depannya tengah bercerita panjang lebar tentang seseorang. Lagi pula, bagaimana mungkin Dy tak kehilangan fokusnya jika kantin sekolahannya seramai ini.
Dan di sisi lain, Key memang sudah menduga ini, Dy akan kembali mematung dengan tampang seperti berniat untuk mendengar cerita seperti biasanya, tapi kenyataannya dia selalu di acuhkan oleh ketua OSIS didepannya ini.
"Bukan apa-apa, tapi lo tahu dia siapa?"
Kini tangan Dy tak bisa diam, matanya memang sudah kembali fokus pada sahabatnya, tapi tidak memperdulikan objek yang sejak tadi mengambil alih pikirannya adalah ketidakmungkinkan yang abadi untuk Dy.
Karena gadis 16 tahun itu sangat menyukai sensasi saat mengamati sesuatu.
"Oh, dia Virgo. Virgo Dewantara, kelas XI Mia 3, anak bungsu dari 3 bersaudara. Dan tebak , seberapa mengerikannya cowok itu?," Key berucap sedikit menyinggung di bagian belakang kalimatnya.
Tapi tak perlu terkejut, sahabat Dy satu ini-yang mungkin satu-satunya-memang selalu seperti ini. Berusaha mengajaknya berbicara meski tahu Dy tak pernah menyukai kegiatan yang satu itu. Menurutnya, bicara tak berguna sama halnya dengan menatap tembok. Benar-benar unfaedah.
"Mengerikan? Tapi gw malah lihat dia bahagia di hukum sama Bu Tini. Ato dia bego, sama kayak lo."
Sungguh, katakan pada Key kalo membunuh orang tak lagi membuatnya di kuliti saat di neraka nanti.
Sejak kapan kebegoan Key di samakan dengan cowok yang bahkan salah satu blacklist di sekolahannya itu.
Virgo memang sering di hukum, sering buat keributan gk kenal waktu sama tempat, termasuk cowok bajingan yang di miliki SMA terfavoritnya ini, cowok ganteng yang selalu tebar pesona gk henti-henti.
Tapi untuk pintar, Key bahkan membandingkan dirinya dengan virgo hanya 3:11 tak lebih. Dan yang jelas, angk 11 tentu milik Virgo.
" Kalo bego mah, bego'an gw. Tenang gw sadar diri kok."
"Bego bangga"
Sama halnya dengan kebanyakan orang yang gak suka bicara, irit kata juga termasuk dalam unsur intrinsiknya menurut Dy.
"Well, gw ngaku kalo dia cowok ganteng, udah gitu pintar, tajir lagi. Tapi sikapnya yang bikin gw muak sama tuh cowok, klo di hitung, ini udah ke 12 kali dalam 2 Minggu dia dihukum sama guru. Kasusnya juga dari dulu gitu-gitu aja. Yang terlambat lah, lupa ngerjain PR lah, buli junior nya lah, ini itulah, sampai gw bosen liat wajah dia aja yang lari mutarin lapangan sama keringatan. Kan gw jadi tergoda,"
Oke, kali ini katakan pada Dy bahwa merobek bibir tak dosa. Masalah ganteng, emang bener. Tapi untuk cowok kayak Virgo yang katanya pernah dijodohin anak-anak sama dia tahun lalu, mustahil bila berperan nakal.
Melihatnya memutari lapangan saja tak terhitung berapa siswi yang dia abaikan, jadi apanya yang bajingan. Tapi tunggu, 12 kali dihukum dalam 2 Minggu?? Itu berarti setiap hari Virgo selalu membuat masalah, apa lagi sekarang sekolahannya full day, jadi kemungkinan dia memang pintar dalam hal cari masalh dan bajingan dalam beberapa hal.
Sungguh, hal ini tak bisa di biarkan, bagaimana Dy bisa kecolongan seperti ini dalam kurun waktu 4 bulan menjabat sebagai ketua OSIS.
Tapi jika di ingat-ingat, cowok yang satu ini memang berbeda dengan 8 kasus yang pernah ia tangani. Cowok itu jelas berbeda dengan Fani yang keras kepala dengan rok span pendek itu, atau Kisa yang tak sanggup menanggung bulian hingga hampir nekat bunuh diri di atap gedung sekolah berlantai 3 itu, lalu Gio yang seenaknya memalak beberapa juniornya yang kini bahkan berakhir mencintainya, lalu berbeda juga dengan kasus si kembar Lilo-Lino yang selalu bermasalah dengan BK hingga berani mencoret mobil kepala sekolah dengan cat tembok. Lalu yang lainnya sedikit lebih parah dari 5 kasus itu.
Tapi Virgo benar-benar berbeda. Dy tahu tatap mata itu membuatnya sedikit tertarik untuk mengenalnya lebih jauh, dan kelihatannya Virgo memiliki luka yang hampir sama dengannya.
"Pulang sekolah nanti kita rapat. Key, tolong kumpulin yang lain ya? Aku pergi dulu, pak Harto kemarin janji Dateng lebih cepat. Bye"
Dy melenggang pergi hingga langkahnya tak lagi terlihat, berbeda dengan Key yang masih termangu di bangku kantin yang berhadapan langsung dengan lapangan sepak bola. Memang lapangan itu tak luas, hanya saja terik mataharinya sungguh pas untuk menyediakan hukuman bagi murid kurang ajar.
"Moga-moga aja, si Virgo beda sama Gio. Dy itu orangnya emang perhatian sama lingkungan di sekitarnya. Tapi untuk sebagian orang, Dy adalah wanita sempurna untuk dimiliki. Sabar, penyayang, lembut, perhatian, tegas dan yang semua orang sukai adalah kerendah hatian dan dinginnya. Semoga hal itu gk terjadi lagi. Dan moga-moga lo tetep jomblo Dy, biar gw punya temen buat ngenes bareng, gitu."
Dan akhirnya senyum bodoh ala penyihir menjadi penutup kegiatan Key di kantin hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior
Romance9 tahun yang lalu semuanya bermula. Hanya karena jumlah luka mereka mencoba bersama. Saling menguatkan meski tahu diri sendiri rapuh tak tersentuh. 9 tahun yang lalu semuanya bermula. Menjejakkan titik bahagia tanpa syarat, meski dengan juang yang m...