2) Keinginan Mati

28 3 0
                                        

    
.
Katakan padaku cepat,
Apa ada cara untuk bahagia tanpa merayapi masa??
.

   Sepi. SMA 2 Kota itu seakan tak lagi memiliki kehidupan bila di lihat sekilas dari depan saja.

    Situasi itu memang pantas di sandang karena sudah 20 menit yang lalu bel tanda pulang berdenging di seluruh penjuru sekolahan itu. Meski masih banyak pula siswa yang bertahan disana untuk sebuah urusan. Ekskul misalnya, atau yang paling sering adalah sesuatu yang berurusan dengan cinta.

      Dan bagi anak SMA itu hal wajarkan? Orang, bukan salah mereka kalo kebanyakan film terkenal isinya cinta SMA. Ada Apa dengan Cinta atau Dilan sama saja. Yang beda itu, Ada Apa dengan Fisika. Nah film itu yang akan buat semua murid bakal muntah, pusing, ngantuk dalam satu waktu saat melihatnya.

"Jadi kali ini si Virgo, Dy?"

"Gk ada yang lain gitu, males gw berurusan sama dia. Yang ada jatah bekal makan siang gw di abisin sama tuh orang."

"Iya, yang lain aja. Bejo kek, atau si Fauzan."

    Hal yang mencolok dari belasan ruangan yang masih ramai itu adalah ruang OSIS. Sempit memang, apa lagi cuma AC satu yang bertarung dengan pengapnya udara disana. Ditambah lagi situasi yang mencekam menguap dan menyebar begitu saja di dalam ruangan dengan sekitar 16 orang di dalamnya.

"Udah, percuma aja ngomong sama Dy, Rex. Gak bakal didengerin," Key mulai bersuara, itu artinya keputusan Dy sudah tak bisa di gugat lebih lanjut.

    Dan akan jadi apa OSIS tahun ini? Kakak kelas mereka satu itu bahkan tak tersentuh sama sekali oleh OSIS periode sebelumnya. Alasannya cukup logis memang.

ME.RE.KA..GAK..MA.U..GANG.GU..ATAU.DI.GANG.GU...Udah itu aja.

"Karena ada yang usul dua anak itu. Kita bakal buat 4 kelompok buat sekarang."

Dy bersua, ketua OSIS itu sudah bisa membayangkan betapa mengerikannya Virgo itu dari cara anggotanya menolak kasus ini. Tapi kenapa hatinya malah seperti tertantang dengan cowok itu. Ah entahlah, lagi pula Dy tak yakin masih memiliki hati setelah kejadian yang membuat miliknya itu remuk tak tersisa.

"Em--empat kelompok?" Sindi, dia masih kelas X, berada satu tahuh di bawahDy, tapi entah kenapa polesan bedaknya bahkan mengalahkan tante-tante girang di mall.

"Tiga kelompok ngurusin pembuat masalah, satunya ngurus kerjaan OSIS,. Pah-"

   Bahkan tinggal 2 huruf menyangkut di tenggorokan Dy, suara benturan pintu dan tembok terdengar keras, membuat semua orang mengalihkan perhatian pada cewek rambut hitam yang ngos-ngosan di depan pintu ruang OSIS.

"Napa Lo ngos-ngosan kayak gitu Ren? Angka berantem??"

"Buk-kan, Virgo, itu Virgo mau bunuh kelinci gw yang baru dikasih sama Angkasa tadi pagi"

***

"Zan, nih pegangin dulu"

"Lah ngapain Lo bawa-bawa kelinci ke sekolah? Punya gebetan ya Lo??"

" Diem ngapa, udah pegangin dulu tuh kandang."

"Oke-- LO MAU BUNUH NIH KELINCI GO?!?!"

"Gw bilang diem, ya diem. Keluarin cepet. Atau Lo aja yang jadi jatah nih pisau dapur mamak kantin, mau?"

   Entah membunuh seekor kelinci dapat di masuk kan kedalam pembunuhan berencana atau tidak, Virgo benar-benar tak peduli. Virgo sebenarnya bukan psikopat, bahkan membunuh kecoak saja dia harus muntah 4 kali Minggu kemarin. Tapi untuk kali ini, muntah darah pun tak apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang