2

17 2 1
                                    

Aku memandangi tembok kamar kost yang warna cat dindingnya sudah tampak buram. Jarum jam dinding pun juga sudah enggan untuk bergerak lagi seiring dengan sesuatu yang telah menghilang dari dalam hatiku. Foto-foto yang terbingkai indah masih tertata rapi. Hasil cetak bentuk bibir berlipstik merah pun setia menempel di cermin rias. Coretan usil temen-temen kost juga bertebaran di balik pintu kamar dan disudut tembok dalam kamar, yang mana sebentar lagi dalam hitungan jam akan menjadi sebuah kenangan bagiku.

Aku tersenyum kecil saat membaca beberapa coretan dinding.. Malam ini telah kau ambil perjakaku dengan paksa by -Jambul-. ada lagi Panas cintamu tak sepanas knalpotku, terus juga ada Utamakan klayapan, udah gitu ada juga Makan ga makan tetep kumpul, yo mampuss lee!!, dan masih ada beberapa coretan lucu lainnya entah siapa yang menulis aku sendiri pun tidak tahu.

Travelbag gede yang sudah aku siapkan teronggok manis disudut kamar didekat lemari pakaian. Pada saat aku akan menggeser lemari pakaian karena salah satu srempang dari travelbag ku terjepit oleh kaki lemari, mata ku menangkap sebuah benda berbentuk kotak berwarna hitam.

'Nggg.. Seperti wadah kepingan CD..' gumamku seraya menggapai benda tersebut. Tampak kotor berselimut debu.

'CD apa yaa? Kok bisa ada dibawah lemari pakaian? Perasaan semua CD udah aku kasih tempat khusus..' pikir ku heran sambil menimang-nimang CD yang barusan aku dapatkan dari kolong lemari.

Aku berusaha keras untuk mengingat dari manakah CD ini berasal? Keningku berkerut beberapa saat sampai pada akhirnya aku tahu bahwa CD ini adalah pemberian dari Pak Danu yang diutus oleh seseorang di masa lalu ku, dimana dulu saat memberikan kepingan CD ini, Pak Danu menaruhnya didalam plastik bercampur dengan pakaianku. Wajah tuanya masih menyiratkan sisa kesedihan kala itu.

'Mas Rey, ini bajunya yang kemarin ketinggalan dirumah. Sama ada CD juga, tempo hari Ndoro Puteri Mama seseorang dimasa laluku- pesan untuk dikasihkan ke Mas Rey.'  Begitulah kalimat Pak Danu pada saat memberikannya padaku.

'Hmm.. Ga ada salahnya kalau aku setel..'  gumamku lirih sembari memasukkan kepingan CD itu untuk memutarnya.

PLAY ON.. Dan keping CD pun mulai berputar. Aku tercekat begitu tahu apa yang tertampilkan di layar monitor. Samar-samar bidikan object dari lensa sebuah handycam itu masih gelap dan tampak bergoyang sesaat sebelum akhirnya fokus...

"Natashaa!" pekikku tertahan, Kaget. Bergetar suaraku saat mengucapkan namanya. Perasaan hangat menyebar keseluruh tubuhku tatkala wajah cantiknya yang segar dan lucu itu tengah tersenyum.

Melihat wajah ceria Natasha Devi yang ada dilayar monitor komputer pada saat dia berada disebuah gerai waralaba itu membuatku teringat akan moment-moment indah ketika menikmati perjalanan hidup bersamanya. Dan gambar film dari handycam itu telah menjejakkan sebuah ingatan yang sangat dalam dan ga mungkin aku lupa. Hmm..Jejak impian dan harapan yang telah terkubur seiring berjalannya waktu. Secara tidak sadar, aku pun menggali kembali kenangan itu dengan sebuah sekop. Yaah.. Aku sadar walau dengan sekop itu pula hatiku pernah terkubur.

~o0o~

"Halo sayaaang.. Thanks yaa udah mau dateng aku ajakin makan siang. Pasti ngerepotin. Hehee.." sapa hangat Natasha, kekasihku, seraya ber-cipika-cipiki.

"Hai juga Nat! Buat kamu apa sih yang enggak? Hehehee. Lagian juga ga repot kok.." sahutku kalem seraya membalas cipika-cipikinya. Aku sempat melirik kearah meja dimana ada obat sakit kepala seperti yang biasa Natasha minum.

"Iiih.. Bisa aja kamu. Oh iya, mau pesen apa?."

"Kopi hitam aja.."

"Minum doang? Kamu ga makan, sayang?," tawar Natasha lembut.

"Minum aja deh Nat, perut lagi ga bisa diajak kompromi nih. Kalau kamu laper makan aja, aku temenin gapapa.."

"Masih sering pusing?" imbuhku mengkhawatirkan kondisinya.

"Iya sayang. Tapi ga papa kok kan udah sedia obat, hehe. Oke deh, kalau begitu, aku pesen Vegetables Lasagna aja sama Lemon Squash.." bilang Natasha seraya memanggil Waiter untuk menyerahkan orderan.

"Eh.. Ntar malem jadi ke pasar malam kan, Rey?" ujar kekasihku mulai membuka percakapan. Sementara jemari lentiknya melepas kancing blazer yang dikenakannya.

Natasha Devi, seorang cewek dewasa yang di anugerahi paras cantik dan bentuk tubuh yang bagus. Termasuk tinggi untuk ukuran cewek indonesia. Tubuhnya yang sangat proporsional itu disempurnakan dengan kilau rambutnya yang indah. Dia berkarier dibidang property level premium atau high class, dan kariernya pun terus melejit tajam sampai sekarang. Hmm.. Bener-bener The Rising Star. Dia berasal dari keluarga yang cukup mampu dan sekarang pun dengan kariernya yang cemerlang itu, dia semakin mengukuhkan predikat The Haves-nya.

Perkenalanku dengan Natasha pun boleh dibilang tidak sengaja. Ada saudaraku dari Batam yang kepengen membeli sebuah Apartement yang harganya mungkin berkisar ratusan juta rupiah yang ga akan mampu aku membelinya walau bekerja seumur hidup.. Haha!!

Dan dari situlah aku mengenalnya. Bertemu dengan seorang Sales Executive Marketing untuk membahas pembelian sebuah apartemen. Elegant dan smart kesan pertama saat aku berjumpa dan ngobrol dengannya. Aku yang selama ini sangat-sangat tidak percaya dengan yang namanya Cinta Pada Pandangan Pertama, akhirnya harus terkena kutukan cinta yang paling indah dan membuatku bahagia. Aku jatuh cinta, dia jatuh cinta. Aku tawarkan secawan cinta, dia menyambutnya. Baru kali ini aku bisa merasakan cinta yang sesungguhnya. Klop dan semuanya tampak mudah bagiku.

Natasha juga seseorang yang sangat unik. Dia selalu membawa handycam kemana saja dia pergi. 'Aku ingin membuat hidupku menjadi seperti sebuah film dokumenter..' begitu alasannya saat aku menanyakan akan hal itu.

"Ini kopi hitamnya Mas, silahkan diminum.." ucap Waiter ramah.



~o0o~

Auf Wiedersehen Natasha DeviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang