Sesampainya dirumah, aku mempersilahkan tante Ratih untuk masuk kedalam rumahku.
"Ayo masuk tante, maaf rumah Shabira sederhana."
"Iya,nggapapa kok." ucap tante Ratih sambil tersenyum.
"Assalamu'alaikum, ibu..."
Aku mempersilahkan tante Ratih untuk duduk diruang tamu.
"Tante, sebentar ya, Shabira panggilkan ibu dulu."
"Iya silahkan."
Aku pun berjalan menuju dapur. Dan benar saja, disana ada ibu yang tengah mencuci piring.
"Bu, didepan ada tamu."
"Siapa?" tanya ibu padaku.
"Sudah, nanti ibu juga tahu, ibu kedepan saja, Shabira aka buatkan minum untuk tamunya."
"Hmmm...baiklah. Blanjaanmu mana?"
"Shabira taruh diruang tengah."
"Hmmm...Jangan lama-lama ya Sha." ucap ibu sambil berjalan menuju ruang tamu.
"Baik bu!"
Aku kembali keruang tamu dengan membawa segelas teh. Disana sudah ada ibu dan tante Ratih yang tegah asyik mengobrol.
"Wah..wah...lagi ngobrol apa nih?" timpal ku ditengah-tengah obrolan mereka.
"Lagi ngobrolin Shabira cantik."
Kami bertiga tertawa mendengar jawaban dari tante Ratih.
"Tante bisa aja. Ini teh nya diminum dulu tante."
"Iya terimakasih Shabira."
"Sama-sama tante."
Tante Ratih pun mengambil gelas yang aku suguhkan, lalu meminumnya dengan pelan.
"Makasih lho bu sudah mengantarkan Shabira pulang." ucap ibuku pada tante Ratih.
"Sama-sama bu. Lagian kalo tadi ngga ada Shabira, saya pasti bingung gimana cara bawa belanjaan saya ke mobil."
Ibuku hanya membalas perkataan itu dengan senyuman.
"Bapaknya ada?"
Aku heran, kenapa tiba-tiba tante Ratih bertanya tentang bapak.
"Bapak lagi berkebun, jam segini belum pulang. Biasanya jam 2 atau 3 sore baru pulang." sahut ku.
"Ohhh begitu. Mmm...Tadinya saya ingin membicarakan suatu hal, namun berhubung keluarga ini semuanya belum hadir, jadi saya tidak jadi bicara hari ini. Bagaimana kalau besok?" tanya tante Ratih pada ibuku.
"Memangnya ibu ingin membicarakan apa?" ibuku balik bertanya pada tante Ratih.
"Ada lah pokoknya. Besok saya kesini lagi bersama suami saya, tapi bapak harus ada dirumah, karena ini hal yang sangat penting bagi saya, juga terutama bagi kalian."
"Baik, besok silahkan datang kemari, nanti saya akan bilang kesuami saya untuk tidak bekerja besok sehari."
"Terimakasih bu, maaf jadi merepotkan. Saya pamit pulang dulu, Assalamu'alaikum."
"Tidak apa-apa bu. Wa'alaikumsalam."
Kami bertiga pun bersalaman. Aku dan ibu mengantar tante Ratih sampai kedepan rumah kami. Aku melambaikan taganku kepada tante Ratih. Melihat mobilnya berjalan sampai pandanganku terhadap mobilnya hilang di pertigaan depan sana.
***
Ratih's POV
Sesampainya dirumah temanku, aku langsung menghampiri suamiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHABIRA
General FictionApa yang bisa dilakukan oleh gadis lemah seperti aku? Menerima takdir, atau berusaha merubah takdir? Awalnya aku bingung...Namun, setelah aku memilih sebuah pilihan, seisi hidupku berubah drastis. Aku telah menemukan keluargaku. Dan akhirnya, aku bi...