Tenang Disana

98 3 0
                                    

Seperti waktu yang terus berlalu meninggalkan detik yang terlewat. Tanpa harus mengulang semuanya dan membiarkan kenangan menjadi alasan untuk sesuatu yang lebih baik. Bermula dari mengenal sekitar, kita harus mampu mengetahui apa yang harus dilakukan. Mencoba mengenali diri sendiri dan memberikan kesempatan yang dimiliki untuk berkembang.

Namun, timbul beberapa kekhawatiran yang selalu terngiang. Harus mulai dari mana? Kalau nanti gak berjalan sesuai rencana gimana? Terus mempertahankannya nanti gimana?

Pertanyaan-pertanyaan itu hanya membuat diri kita jalan ditempat, atau bahkan bisa saja membuat kita semakin ketinggalan dari orang lain. Memulai itu gak harus ragu. Lakukan sesuatu dengan benar untuk memperoleh hasil yang benar. Seperti kebanyakan orang, "Hargai dan nikmati setiap prosesnya"

Sedikit memutar waktu, kala itu semasa SMA. Zaman dimana semua orang beranggapan adalah hal yang paling mengesankan dalam hidupnya. Menurut saya ada benar nya, bagi mereka yang masa SMA-nya penuh dengan hal kekonyolan. Kekonyolan anak muda yang masih labil dalam setiap aspek kehidupan. Menjahili teman, suka dengan teman sekelas, dimarahi guru, cabut bareng (yang ini jangan ditiru), ngerokok ditoilet (yang ini apalagi ya) masih banyak lagi deh.

Mengapa tidak, bagi saya sendiri masa SMA adalah hal yang sangat menyenangkan. Dari sana saya tahu betul, untuk bisa menciptakan kebahagian adalah dengan berbagi dengan kebersamaan. Beruntung saya memiliki teman-teman SMA yang sangat absurd dan random. Sebut saja Odil (bukan nama sebenarnya), dia adalah anak dari seorang Polisi Militer. Postur badannya pendek jauh dari bayangan seorang anak angkatan (sorry ya Dil). Tapi dia orang nya memiliki kepercayaan yang sangat tinggi.

Kami mulai akrab sejak kelas 2. Waktu itu dia menghampiri saya untuk membentuk sebuah band. Ntah atas dasar apa dia mengajak saya untuk bergabung dengan band yang sudah dibentuknya. Atau mungkin dia tahu, kalau kharisma saya itu memang cocok untuk menjadi seorang anak band. Hahaha, tau betul kau dil...

Menjadi anak band semasa SMA membuat kami menjadi cukup terkenal disekolah. Meskipun gak terlalu terkenal-kenal kali, tapi setidaknya mereka tau lah kalau kami ini anak band. Sebenarnya saya gak mau cerita banyak tentang band SMA saya ini. Cuma ketika menulis ini, saya kembali teringat dengan personil yang lainnya. Manca dan Riski, ya mereka berdua juga teman SMA saya dalam satu band. Meskipun tidak berada dalam satu kelas dengan saya dan Odil, kami cukup akrab (namanya juga satu band).

Hal yang paling absurd yang pernah kita lakukan selama menjadi anak band adalah menaklukan hati kakak kelas. Iya, kakak kelas. Dan diantara kita yang berhasil melakukannya adalah ... (pasti kalian bisa nebak). Saya, bukan. Adalah Odil, seorang anak muda yang memiliki postur badan pendek jauh dari bayangan seorang anak angkatan. Kepiawannya memainkan drum membuat para kakak kelas terpesona ditambah lagi dengan kepercayaan diri yang dia miliki semakin membuat hidung kakak-kakak kelas disekolah kami kembang kempis.

Kembali ke Manca dan Riski, mereka berdua terlalu cepat meninggalkan kami. Saya ingat betul, ketika pulang sekolah sehabis ujian akhir sekolah mempersipkan kelulusan. Kami berkumpul ditempat tongkrongan biasa tepat diseberang sekolah. Saat itu kami mebicarakan apa yang dilakukan setelah lulus nanti.

"Setelah lulus nanti, kalian pada kemana?" Manca membuka percakapan.

"Aku mau sekolah perkebunan" Riski menjawab.

"Kalau aku disini aja kayaknya. Kuliah disini" sambung Odil

"Sama" saya mengangguk sambil menepuk pundak Odil.

Saat itu kita seperti emang sudah harus menentukan jalan masing-masing ke tahap selanjutnya. Perasaan bercampur aduk, sisi sensitif mulai keluar dibarengi dengan canda-canda kecil khas Odil.

"Aku mau ke Jakarta. Disana aku mau kuliah sambil kerja ditempat kakak ku. Aku akan tetap bermain musik. Kalau aku uda sukses, nanti aku mau ajak kalian kesana. Kita main musik disana" Manca kambali menyampaikan keinginannya.

Kita semua senyum lalu saling merangkul, terus bilang persahabatan ini harus kita jaga selamanya. Hari itu kita memang ada jadwal untuk latihan. Manca dan Riski bergegas mengambil gitar dirumah sepupu manca yang tidak jauh dari tempat tongkrongan kita. Awalnya Manca mengajak saya, namun ntah karena hal apa saat itu saya sedang tidak ingin naik motor.

Beberapa menit berlalu ketika Manca dan Riski bergerak. Kami yang sedang masih menunggu kehadiran mereka dikejutkan dengan sebuah pesan yang masuk ke handphone Odil.

"Dil, kalian dimana. Manca dan Riski kecelakaan, ini kami sedang di RS Tentara"

Tersentak dengan hal itu, Odil membalas dengan ketidakpercayaan dengan mengatakan bahwa mereka baru saja pergi tadi jadi tidak mungkin. Dan saya juga beranggapan bahwa kecelakaan ini paling hanya kecelakaan biasa anak muda pada umumnya. Paling juga lecet atau luka biasa terus ntar ketawa-ketawa lagi.

Tapi sekali lagi kami dikejutkan dengan sebuah pesan yang berasal dari orang yang sama.

"Dil cepat kalian kesini. Riski uda nggak ada, Manca juga lagi kritis"

Saat itu juga hati saya terasa runtuh, semangat saya menghilang. Dengan tangan yang gemetar, saya meraih sepeda motor dan langsung bergegas menuju RS. Sesampainya disana, tangisan pecah dikerumunan yang merupakan teman sekelas Manca dan Riski serta wali kelas nya. Air mata tidak terbendung lagi. Kami berdua menangis melihat Riski terbaring tak bernyawa. Berbeda dengan Manca yang masih harus berjuang melawan rasa sakitnya. Namun selang beberapa hari, nyawa Manca juga tidak bisa diselamatkan.

Semakin hancur sudah hati ini, ditinggal dua orang sahabat yang sangat-sangat disayangi. Ditinggal oleh dua orang yang sebelumnya menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan keinginan yang diimpikan.

Begitulah hidup, terkadang kita tidak tahu apa yang sudah kita rencanakan bakal tidak sesuai dengan kenyataan. Tak harus menyalahkan Tuhan, karena rencana Tuhan tidak ada yang tidak baik. Tuhan tau saat yang tepat untuk mengabulkan rencana seseorang.

Semoga tenang disana, Manca dan Riski ...

Meluluhkan Ambisi Yang MeraguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang