Bagian 2

83 9 1
                                    


Tiga belas tahun yang lalu di hari minggu pagi, seorang gadis kecil bersama bapaknya mampir ke sebuah kedai kecil yang ada di pasar sembari menunggu sang ibu yang masuk ke pasar untuk berbelanja.

Abang si empunya kedai kecil menaruh segelas kopi susu yang telah di pesan oleh bapak si gadis kecil di atas meja. Kemudian abang si empunya kedai berlalu sambil menyuruh si pemesan untuk meminum kopi susu buatannya yang merupakan salah satu galasnya. Sedangkan gadis kecil sibuk mengunyah gorengan tahu isi yang juga merupakan galas si abang kedai.

“Pa, Tia punya uang seribu. Kemarin Tia nggak jajan di sekolah karena pulang cepat. Apakah cukup untuk beli tahu isi ini?” tanya gadis kecil kepada bapaknya.

“Cukup dong. Tahu isi ini harganya lima ratus rupiah. Jadi, Tia dapat membeli dua buah tahu isi ini dengan uang seribu," ujar bapaknya.

"Memangnya Tia mau beli tahu isi berapa buah?” tanya sang bapak sambil mengaduk kopi susu yang telah dipesannya.

“Hmm... Apakah uang seribu Tia cukup untuk beli segelas kopi susu ini, Pa?” tanya si gadis kecil tanpa menjawab pertanyaan dari bapaknya.

“Kopi susu ini harganya dua ribu rupiah. Jadi, uang Tia kurang seribu untuk membelinya,” jawab bapaknya sambil menyeruput kopi susu yang telah dihidangkan tadi. Karena juga haus setelah makan goreng tahu isi, si gadis kecil itu juga menyeruput kopi susu milik bapaknya tadi sambil cengengesan kepada bapaknya.

“Kalau di sekolah dengan uang seribu ini Tia bisa dapat jajan lontong, kerupuk kuah mie, dan es pisang cokelat, Pa,” ujar gadis kecil sambil mengayunkan kakinya yang belum mencapai ke lantai ketika duduk di kursi.

"Bahkan Tia pernah beli ciki-ciki berhadiah dua buah dengan uang seribu tapi Tia dapat uang lima ribu di dalamnya, pa," ujarnya dengan mata yang berbinar-binar.

Bapaknya tersenyum geli melihat ujaran si gadis kecil dan mengusap kepalanya.

“Dulu dimasa Papa sekolah, dengan uang seratus rupiah Papa sudah dapat jajan lontong, dan kerupuk kuah. Bahkan lebihnya Papa tabung kecelengan,” ujar bapaknya.

“Ha?! Dulu uang jajan Papa hanya seratus rupiah?! ujar gadis kecil yang ekspresi terkejutnya membuat bapaknya tertawa.

Jangan lupa tinggalin jejak komentar yaa 😄
Terima kasih 😊

Uang Seribu TiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang