Eins - The Dark Dream

77 7 0
                                    

Hantu yang Merebut Bunga Tidurku
The Dark Dream

Melihatmu kembali, kembali ke hadapanku adalah sebuah keajaiban. Keajaiban yang seolah-olah menjadi satu-satunya alasan kebahagiaanku.

Kau kembali, benar-benar kembali. Kau kembali dengan cinta di matamu yang siap merajut cerita. Cerita yang akan kita jadikan dongeng nantinya.

Kau benar-benar disini Dean, benar-benar disini, menggenggam tanganku. Entah kenapa rasanya sangat berbeda, perasaan kita tidak pernah berpisah, tapi sesuatu di kepalaku seolah menuntut 'jangan pergi dariku lagi'. Dan herannya, kenapa kata 'kembali' seolah sebuah mukjizat bagiku. Aku tidak tahu Dean, sangat sulit memahami pikiranku sendiri. Yang aku tahu kau ada disini sekarang, bersamaku.

Semuanya kita lewati dengan suka cita, tatapan yang menyejukkan, senyumanmu yang membawa kedamaian dihatiku, kelakuan lembutmu, serta kata-kata manis dari bibirmu. Begini saja Dean, bahagia memang sesederhana ini.

Tapi Dean, aku kira ini akan abadi. Kebahagiaan yang kau buat untukku aku kira abadi Dean. Sedetik yang lalu kau masih menggenggam tanganku. Tapi sekarang si buruk rupa itu datang lagi Dean, lagi-lagi aku seperti pernah melihatnya. Melihatnya yang seakan pernah membawamu jauh dariku. Aku bisa melihatnya Dean, buruk rupa berjubah hitam itu. Ia tersenyum ke arah kita Dean, senyum yang sangat mengerikan. Ia mendekat Dean, aku sudah memohon agar kita lari dari sini. Tapi kau lagi-lagi tidak mengindahkan keinginan ku. Dean, si buruk rupa itu menarik dirimu. Genggaman kita terlepas, seakan itu adalah genggaman terakhir yang malah direbut paksa. Buruk rupa itu menyiksamu Dean, lalu aku hanya bisa menangis. Menangis dan memohon sesuatu untukmu.

Jujur Dean, ini terjadi begitu cepat dan tidak terstruktur. Aku benar-benar tidak tahu apa ini.

Si buruk rupa itu terus menyiksamu dan secara tidak langsung menyiksa batinku, menyiksa hatiku. Baru saja matamu menjanjikan cerita cinta yang hebat tapi sekarang matamu mengisyaratkan bahwa kau meminta persetujuan untuk pergi. Kau jahat, Dean.

Sekarang si buruk rupa itu sudah pergi.

"Aku senang menyiksa dia dan dirimu, bersenang-senanglah"

Apa yang harus kulakukan Dean, buruk rupa itu gila. Dia menyuruhku bersenang-senang sedangkan sumber kesenanganku ingin ia lenyapkan. Buruk rupa itu memang sudah pergi Dean. Dan yang ku tahu kau juga sebentar lagi akan pergi.

Ini tidak masuk akal, jujur. Sedari tadi aku disini tapi aku tidak tahu apa yang buruk rupa itu lakukan padamu Dean, maafkan kebodohanku. Sedari tadi aku hanya menangis. Ini benar-benar tidak masuk akal. Dan sekarang kau terbaring di depanku, menahan sakit yang sebentar lagi lenyap bersamamu. Sekarang aku hanya mampu mendekapmu Dean, membelai wajahmu yang entah kenapa sangat ku rindukan. Kau tetap tampan meskipun darah menghiasi wajahmu. Maafkan aku yang tidak bisa berbuat apa-apa. Maafkan aku Dean. Aku mencintaimu, sungguh. Tapi membencimu sekarang, kau masih sempat memberikan senyummu untuk menenangkan ku. Kau cintaku yang bodoh Dean.

"Aku akan pergi, lagi" kalimatmu, membuat sedih dan bingung. Jangan Dean, kumohon.

"Jangan tinggalkan aku lagi, dengan cara yang seperti dulu".

🍑

"Dean" aku bergumam, melihat sekitarku yang remang. Peluh membanjiri tubuhku. Aneh, aku bermimpi. Ku ambil ponselku, mengetikkan sesuatu disana.

"Aku merindukanmu Dean"

Terkirim.

"Mimpi yang aneh" gumamku dan kembali tertidur.

-

Iya, itu mimpi. Salah satu mimpi burukku tentangmu yang kutuliskan.

Evipeach 🍑

Words In Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang