Dia dan Musik (part 2)

2.9K 31 1
                                    

Bertukar nomor HP ternyata bukan ide yang buruk. Semenjak kejadian itu kami selalu ber-sms ria setiap malam sebelum tidur dan saling mengucapkan selamat malam. Tidak hanya membicarakan soal musik tetapi juga soal pelajaran, guru, bahkan gosip-gosip terpanas di sekolah. Cukup aneh sebenarnya mengingat dia adalah seorang laki-laki dan tidak banyak laki-laki yang menyukai gosip. Intinya, sampai detik ini aku masih menganggapnya laki-laki yang aneh.

Dan kabar menarik lainnya adalah kalau ternyata aku dan Cesar berada di kelas yang sama di kelas XI ini. Bahkan dia duduk tepat di belakangku dan terus menerus menendang kursiku selama jam pelajaran. Huh, jahil sekali dia. Tidak hanya itu, terkadang dia menarik bajuku, mengambil pensilku, dan lain sebagainya. Aku tidak akan dibiarkan tenang selama ada dia.

Kali ini seperti biasa dia mengajakku berbincang di jam istirahat. Kau tahu, hubungan kami semakin dekat saja akhir-akhir ini. Dia bahkan memproklamirkanku sebagai sahabat terbaiknya.

"Vhy, jadi kamu mau ikut lomba menyanyi itu?" Tanya Cesar saat acara bincang-bincang kami. Oh ya, satu hal lagi yang belum kuberi tau. Dia tidak memanggilku 'Percy' seperti teman-temanku yang lainnya. Dia selalu memanggilku 'Vhy'. Karena menurutnya Percy merupakan nama yang aneh.

"Mmm...bagaimana ya? Kau tahu sendiri kan kalau dalam lomba itu diwajibkan untuk berduet dengan pasangannya. Jujur, aku tidak terlalu bagus dalam berduet. Menyamakan suara dengan pasangan adalah hal yang sulit buatku. Tak hanya itu saja, aku tidak terlalu pandai menunjukkan emosi pada lawan bernyanyiku. Lagipula aku tidak punya pasangan untuk berduet kok."

"Oh ayolah! Vhy, kau harus ikut lomba itu. Aku yakin dengan kemampuanmu, kamu akan mendapatkan gelar juara. Oh bukan, dengan kemampuanmu KITA yang akan mendapat gelar juara."

Kita? "Maksudmu?"

"Ya, kita berdua. Bersama kita akan ikuti lomba itu."

Jadi begitulah, kami mengikuti lomba itu berdua. Kami akan menyanyikan lagu Dua Hati Menjadi Satu yang sebenarnya dibawakan oleh Gita Gutawa featuring Gadafi. Cesar sendirilah yang memilih lagu itu untuk kami nyanyikan.

Untuk mempersiapkan diri, kami berdua sering berlatih bersama di studio pribadi milik Cesar. Tapi tetap saja, aku masih belum mendapatkan feel untuk bernyanyi bersama.

"Sejak melihatmu, kujatuh hati padamu..." Akupun manyanyikan bagianku dengan caraku."

"STOP!" Cesar cukup mengejutkanku kali ini. Dia terlihat lesu kemudian mematikan musik pengiring lagu kami. "Bukan seperti itu. Jangan lupa, kita sedang berduet sekarang. Nyanyikan dengan ekspresi. Ini kan lagu yang romantis, apa susahnya sih menunjukkan ekspresi cinta pada pasangan duetmu?" "Tentu saja sulit. Sudah kubilang kan aku tidak terbiasa!"

"Biar kuberi contoh." Cesar menyalakan kembali musik pengiring dan siap bernyanyi. Mendadak dia mendekatiku kemudian menatapku mesra, "Sejak melihatmu, kujatuh hati padamu. Saat mengenalmu, semakin kuingin kamu."

Jantungku berdetak cukup keras saat dia menatapku seperti itu. Ini pengalaman pertama bagiku untuk "ditatap" sedemikian rupa oleh seorang laki-laki.

"Begitu saja, apa susahnya sih?"

Ternyata dia memang benar-benar profesional dalam mengekspresikan musik yang seperti mengekspresikan jiwanya walupun aku tahu itu hanya pura-pura. Lihat, jantungku saja sampai berdegup kencang karenanya. Jadi aku kembali memfokuskan diri pada latihanku, terutama latihan untuk mengekspresikan musik.

Sejak melihatmu, kujatuh hati padamu

Saat mengenalmu, semakin kuingin kamu

Maukah engaku menemani aku?

Hari ku indah, dua hati menjadi satu

Hari ku indah, dua langkah kan bersatu

Andai aku dan kamu bersama selalu

Saat kau menatapku, aku jadi salah tingkah

Kau genggam tanganku, berdebar-debar jantungku

Maukah engaku menemani aku?

********** ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selesailah perlombaan duet itu. Kami hanya mendapatkan juara harapan dua, lumayan untuk yang baru pertama kali mengikuti lomba duet. Mungkin aku memang kurang mengekspresikan diri sehingga kami hanya mendapat gelar juara tersebut.

"Hei, Vhy." Seperti biasa, ucapan selamat pagi dari Cesar hanya berupa kata 'hai' tak lupa dengan jitakan pada kepalaku.

"Aduh."

Sialnya Cesar malah tertawa mendengarku mengaduh. "Kau ini bagaimana sih. Seharusnya kau sudah tau kebiasaanku yang selalu menjitak kepalamu. Jadi seharusnya kamu sudah mempersiapkan diri untuk kujitak."

"Apa? Urgh, menyebalkan!" Aku terus memakinya hingga dia pergi menjauhiku. Dia itu kenapa sih senang sekali menjahiliku? Uh, andai saja dia bisa berubah menjadi laki-laki romantis seperti saat dia menyanyikan lagu Dua Hati Menjadi Satu itu.

Tia yang dari tadi memperhatikan kami sampai geleng-geleng kepala dibuatnya, "Kau tahu apa yang aneh dari Cesar?"

"Tak usah kau tanyapun aku sudah tau kalau dia memang aneh. Tak ada tangan sejahil itu selain tangannya."

Lagi-lagi Tia geleng-geleng kepala. "Bukan itu maksudku. Saat Cesar menjitak kepalamu tadi, ada yang aneh dengan itu. Entah mengapa aku merasa itu seperti caranya untuk mengekspresikan rasa sayangnya padamu. Bukan rasa sayng yang biasa, melainkan rasa sayang yang spesial."

Aku meraba kepalaku yang barusan dijitak oleh Cesar, "Masa sih?"

******** --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dia dan MusikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang