Prolog.1.1

31 10 1
                                    


Mendung,

Sore ini cuaca sedang tidak bersahabat. Terlihat sesosok perempuan yang sedang berlari di lorong kereta bawah tanah dengan tergesa-gesa berusaha menuju pintu keluar.
Menghiraukan ratusan orang yang memilih menepi setelah sampai di stasiun tujuan.

Sayangnya dewi fortuna sedang tidak berpihak kepada gadis itu, sebelum kaki kecilnya menginjak tanah di luar, hujan terlebih dahulu turun seakan mengejek kemampuan berlarinya.

Meski begitu, dia tetap berlari menantang hujan dan berakhir dengan bajunya yang basah dipeluk rintikan air.
Walaupun sudah berlari cukup jauh dari stasiun kereta, gadis itu berlari tetap memaksa kakinya untuk melaju kencang bersamaan dengan detakan jantung yang menggebu.
Tanpa tujuan yang jelas dan tak memperhatikan jalan di depannya, ia terjatuh dengan ekhem 'tak elit' di genangan air cukup keruh.

"Shit, batu sialan." Umpatan pun tak bisa dielakkan keluar dari mulut gadis tersebut.

Ryujin-gadis itu- mencoba bangkit, meskipun kakinya terasa perih, keseleo mungkin pikirnya.

Tapi sebelum dia berhasil berdiri, sesuatu yang dihindarinya tadi sudah tepat di depannya.
Dengan perasaan yang kesal bercampur takut Ryujin berteriak ke sosok itu.

"APA MAU LO !!?"

Diam, Hanya ada suara rintikan hujan yang sudah lebat dan petir yang menyentak bersama cahaya putih di langit yang kelabu petang itu. Tidak ada jawaban, Tyujin tak suka itu.

"CEPETAN APA MAU LO!!? JANGAN IKUTIN GUE!"

Karena marah tapi juga bercampur takut, gadis itu sudah menahan air matanya yang sebentar lagi jatuh. Tak terasa sesuatu itu pergi meninggalkannya yang masih terduduk mengenaskan di bawah hujan.

Ya,











Ryujin tau sesuatu itu adalah mereka,


















Sesuatu yang membuat Ryujin terlihat seperti orang gila saat mengobrol dengan mereka,

























Ryujin spesial, dan aku rasa kalian tau siapa 'mereka' itu.


Sial

Batin Ryujin berkali-kali sambil merutuki nasibnya hari ini.

Dia baru pulang dari pemakaman dan saat di kereta tadi dia sudah menyadari ada yang mengikutinya.
Entahlah, gadis itu hanya sedang acuh untuk sekedar mengetahui apakah sesuatu itu baik atau jahat.

Namun saat sesuatu itu semakin mencoba dekat dengan dirinya, Ryujin memilih berlari menghindar karena merasa lelah dan sedikit gelisah dengan kehadiran mahkluk itu.

Saat dia harus terjatuh di genangan air pun, sosok itu malah berhenti dan membuat aura mencekam disekitarnya. Kesal? Oh mungkin lebih dari itu yang Ryujin rasakan.
Apalagi ketika sosok itu tidak menjawab saat ditanya, membuat Ryujn ingin menangis takut-takut bisa saja langsung dicelakai oleh makhluk itu.

Tapi untungnya gadis itu masih dibawah lindungan Tuhan sehingga harinya tidak akan bertambah buruk saat itu, ya saat itu, kita tidak tau kan apakah dia akan sial lagi beberapa jam mendatang?

Sesekali gadis itu membersihkan coatnya dari tanah meskipun hal itu sia-sia. Dengan keadaan yang basah kuyup, kaki keseleo dan kotor, Ryujin mencoba bersabar dan terus menerobos hujan dengan langkah yang tertatih.

Sampainya di lobby, keadaan sudah sepi mungkin karena cuaca yang sudah seperti badai dan waktu juga sudah menunjukkan pukul 19.30 p.m.
Suatu keberuntungan bagi Ryujin, karena dia tidak perlu jadi tontonan orang-orang dengan keadaan yang mengenaskan.

La Pluie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang