Hujan petir
Hal yang cukup mengerikan bagi seorang Lee Felix, karena cowok tampan itu sedang mencari taksi untuk mengantarkannya yang baru turun dari pesawat beberapa menit yang lalu.
Dia belum bisa bersantai untuk sekedar mampir ke cafe dan memesan segelas cairan hitam pahit yang hangat, karena hari sudah petang dan dia sudah sangat sangat ingin berjibaku dengan kasur serta antek anteknya.
"Thanks god."
Akhirnya Felix menemukan taksi online yang mau mengantarnya meski keadaan cuaca yang semakin buruk.
Sekitar 20 menit akhirnya taksi itu sampai, ia segera masuk dengan menenteng tas nya.Barang-barang lainnya? Tenang, semua kebutuhan cowok itu sudah dikirim ke apartemennya terlebih dahulu.
"Dari mana mas? Kok sendirian naik pesawatnya?" Tanya bapak supir taksi.
"Saya baru dari Australia, pak. Ini lanjutin sekolah disini mau belajar hidup mandiri aja." Jawab Mark diiringi senyum yang indah.
"Kuliah ya mas?"
"Iya pak, baru masuk semester 3. Oh iya nanti mampir ke minimarket sebelum apartemen saya ya pak." Ucap Felix sambil mengarahkan lokasi minimarket sebelum ia lupa nantinya.
•
Sesampainya di apartement -tak lupa juga mebayar uang taksi- ,Felix menuju meja resepsionis dan ternyata dia mendapat kamar nomor 308 yang berarti ada di lantai 3.
Setelah menaiki lift, Felix segera mencari kamarnya yang berada di ujung lorong sebelah kiri dan tak lupa menekan password berupa tanggal lahirnya.
Apartemennya sudah rapi dan bersih karena ibunya menyuruh orang untuk merapikan serta mensurvei restoran dan toko-toko kebutuhan anaknya selama tinggal disana.
Ada secarik kertas di atas meja, bertuliskan:
'Berikan brownies di kulkas yang sudah mom siapkan kepada tetanggamu. Btw tetanggamu hanya ada 2, yang diseberang nomor 309 dan di ujung lorong kanan nomor 301. Jaga dirimu disana, dan jangan lupa kabari mom sesekali.'
Love, Mom."Ahh browniesnya kelihatan enak, jadi sayang untuk dibagi." Keluh Felix sedikit tidak rela.
Meskipun begitu, ia tetap memberikan kue tersebut ke tetangganya.
Lorong lantai 3 cukup seram bagi Felix, karena baru terisi 3 ruangan. Mungkin karena apartemen ini baru direnovasi pikirnya.
Kamar diseberangnya itu sepertinya kosong, sedari tadi Felix menekan bel tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Akhirnya dia memutuskan untuk memberikan kue ke kamar di ujung sebelah kanan cukup jauh dari kamarnya.
Selesai memberikan kue, Felix hendak tidur tapi dia mengurungkan niat karena baru ingat bahwa dia belum mandi. Kegiatan mandinya selesai dengan cepat karena Felix merasa perutnya meronta-ronta meminta makanan.
Bersama Mie instan kemasan yang ditambah potongan sosis siap makan, Felix makan ditemani suara televisi yang menayangkan kartun mahkluk kuning yang tinggal dilaut di rumah nanasnya.
Bunyi 'Ceklek' suara pintu terbuka mengusik kegiatan menghirup kuah Ramennya,
"Ohh tetangga sebelah baru pulang" pikir Felix acuh.
Selang beberapa menit, Felix mendengar suara seperti sesuatu yang jatuh di lantai menimbulkan suara yng cukup keras, asalnya dari ruangan diseberangnya.
Dia menyegerakan makannya karena khwatir, dan tak lupa ia dengan sigap memakai celana panjang, karena sedari tadi dia hanya memakai kolor kesayangannya bergambar pikachu miliknya.
•
Felix ingin sekedar mengecek keadaan tetangganya itu sekalian memberikan brownies sebagai tanda salam kenal.
Sambil menenteng kotak brownies, Felix berniat memencet bel, namun dilihatnya pintu nomor 309 tersebut tidak terkuci, yang mana terbuka celah sedikit dan ketika disenggol pun langsung terbuka.
Merasa aneh, Felix memberanikan diri untuk masuk
.
.
.
.
To Be ContinuePOJOK TAMBAHAN
Sesampainya Felix di minimarket, dia membeli beberapa mie instan dan camilan serta 2 kaleng kopi untuk dirinya dan untuk bapak supir taksi.
Saat hendak membayar ke kasir, seseorang mencolek bahunya dan bertanya,
"Mas Bro tau bang Lino yang tinggal sekitar sini nggak?" Tanya pemuda dibelakangnya dengan tampang mengantuk sehabis bangun tidur.
"Eh, saya nggak tau soalnya baru pindah daerah sini juga." Jawab Felix ramah meskipun sedikit heran dengan laki laki dibelakangnya.
Laki-laki itu hanya mengangguk sambil tersenyum dan berlalu pergi. Tapi baru saja Felix berbalik, ada suara yang memanggilnya.
"Eh iya bro, nanti kalo ada cewek yang meluk lo, diem aja ya biar bisa selamat, tapi jangan malah modus HAHAHA." Ucap laki-laki itu diakhiri tawa sambil berkedip dan menepuk punggung Felix.
Felix yang bingung pun hanya bisa mengangguk ragu.
"Ehmm iya." Ucapnya sambil senyum kecut, dalam hatinya ia hanya bisa berharap kalau pemuda tadi bukanlah orang aneh yang suka berkeliaran di sekitar sini.
Untung hanya dalam hati ya, karena Felix ga tau sih, kalau laki-laki berbibir tebal yang sok kenal dengan dirinya tadi, nantinya akan menjadi sohibnya dimasa depan, iya nanti :) hehhehehe
SIAPA DAH ITU KIRA KIRA?
KAMU SEDANG MEMBACA
La Pluie
Fiksi PenggemarFelix ga tau, bahwasanya hujan telah mendiktekan alurnya mulai malam itu.