2

56 15 3
                                    













Karin A(s)yim : Ra, comblangin gue ya.

-

Tiara menghela napas lelah melihat pesan yang Karin kirimkan. Sudah terhitung dua puluh dua kali Karin mengiriminya pesan dengan isi yang sama, dan sudah dua puluh dua kali itu juga Tiara membaca semua pesannya tanpa berniat menjawab. Ra, comblangin gue ya.

Tiara melempar ponselnya asal, tak peduli akan mendarat dimana. Pikirannya kini kalut akan banyak hal. Terutama tentang permintaan aneh Karin, dan kini telinganya seakan dipenuhi dengan kalimat tak masuk akal itu: Ra, comblangin gue ya.

"Lo minta gue bantuiin lo cari cowo? Lo gak mikir apa, Rin, gue kenal cowo sekelas aja gak." Tiara menghempaskan tubuhnya ke atas kasur busanya dan segera memeluk gulingnya, mencoba mencari ketenangan di sana. "Lo gak mikir apa, Rin. Gue gak pernah kenal sama yang namanya cowo. Apalagi cinta."

-

Karin memperhatikan sahabatnya yang kini tengah sibuk dengan laptopnya. Sesekali kening sahabatnya itu berkerut dan memajukan bibirnya, wajahnya tampak kesal. Sampai-sampai sepertinya dirinya lupa akan kehadiran Karin yang tengah duduk di hadapannya.

Karin mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kantin. Hari ini kantin sekolahnya terlihat begitu ramai, padahal sepertinya sama saja seperti hari-hari sebelumnya. Pandangan Karin tak henti-henti menjelajahi setiap sudut kantin, mencoba mencari seseorang.

"Move on itu prinsipnya harus sadar diri sama diri sendiri. Move on itu bergerak-bergerak maju, bukan untuk melupakan. Move on itu-"

Belum sempat Tiara menyelesaikan kalimatnya, dengan lekas Karin menjitak kepala Tiara keras. "Diem lo. Lo mau bantuiin gue move on aja gak. Kesel gue sama lo."

"Gak, Rin, kurang tepat. Bukannya gak mau bantuiin lo move on, tapi gue cuma mau lo sadar, cara lo tuh salah. Main minta jodoh-jodohin lagi, mintanya sama gue pula. Ya kan salah banget gitu," Tiara menutup laptopnya. "kesannya lo gagal move on banget, Rin. Udah gamon, malah minta dicomblangin. Yang ada tuh cowo yang jadi korban comblangan buat lo malah cuma terkesan jadi bahan pelampiasan lo atau buat pamer sebagai ajang balas dendam ke mantan."

Diam beberapa saat. Tak ada jawaban dari Karin maupun perkataan yang keluar dari mulut Tiara. Keduanya terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Lo gak pernah ada di posisi gue, Ra. Lo sendiri gak tau makna sebuah hubungan, gimana lo tau makna dari move on itu apa. Oke lah, gue akui secara teori lo bener tentang move on. Dan sebenarnya lo gak terlalu mempermasalahkan cara move on gue kali ini. Yang lo permasalahin itu, kenapa harus lo?" Karin memberi jeda, mengambil gelas es tehnya yang masih tersisa setengah. "kenapa gue minta bantu comblangin ke orang yang bahkan gak tau makna sebuah hubungan, apalagi makna tentang apa itu cinta. Lo cuma takut dan ngerasa gak pas buat bantu comblangin gue."

Mendengar perkataan panjang Karin, Tiara hanya bisa tersenyum kecut sembari dalam hati membenarkan segala ucapan Karin.

"Dan ini waktunya, Ra. Ini kesempatan buat lo cari tahu, buat lo ikut ke dalam pusaran. Ini kesempatan buat dapetin makna yang sesungguhnya buat hal-hal itu."

Tiara memejamkan matanya beberapa saat. Sembari menghela napas, matanya terbuka, disertai seringaian apik yang terbentuk di wajahnya. "Oke, why not? Gue bantuiin lo. Tapi inget, Rin, gak ada yang gratis buat lo ke gue. Gue punya beberapa syarat buat lo, dan gue bakal minta imbalan dari lo."


-































Bodo, ini gak karuan banget.
-18/5/18

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kopi PahitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang