RESENSI KETIGA: HUJAN

74 3 0
                                    

Nama : Annisa Aulia Husna
Nama pena : @unaNisaa99_

NAMA PENULIS : TERELIYE
HALAMAN : 320 HALAMAN

Berawal dari sebuah letusan gunung berskala 8 VEI. Saat Lail kehilangan seluruh keluarganya, dia justru menemukan seseorang yang akan penting dalam hidupnya setelah kejadian tersebut. Lail bertemu dengan Esok, anak laki-laki yang memegang tas punggungnya di lubang tangga darurat kereta bawah tanah. Anak laki-laki yang menjemputnya saat hujam asam turun. Anak laki-laki yang menjadi teman baiknya selama di tenda pengungsian. Saat Lail kehilangan Ibu dan Ayah, takdir menggantinya dengan Esok. Saat dipanti sosial, Lail bertemu Maryam yang juga merupakan teman sekamarnya saat dipanti. Dengan Maryam lah Lail tumbuh menjadi pribadi yang tangguh. Pengalaman hidup mereka jalani bersama sehingga membentuk sebuah rangkaian cerita yang berliku. Mereka memutuskan untuk menjadi relawan yang tak gentar badai.

Sejarah mencatat perjuangannya dalam melewati lima puluh kilometer saat hujan badai dengan suhu lima derajat Celcius, dua relawan yang bahkan belum berusia delapan belas tahun berlari cepat untuk memperingatkan penduduk satu kota akan bahaya bendungan jebol. Dan akhirnya empat belas ribu penduduk berhasil diselamatkan sebelum air bah menerjang kota. Atas jasanya, pemerintah menganugerahkan Lisensi Kelas A Sistem Kesehatan. Cukup dengan memperlihatkan kartu itu di rumah sakit mana pun, pemegangnya berhak mendapatkan perawatan kelas utama secara gratis. Hanya penduduk kaya raya yang mampu membayar premi, atau pejabat tinggi, atau orang yang sangat berjasa yang memiliki akses itu.

Semua kesuksesan yang Lail raih, tak lepas dari pengorbanannya. Hal yang paling sulit direlakan adalah harus berjarak dengan Esok. Dia harus berpisah dengan Esok karena ada orang tua yang ingin mengangkatnya sebagai anak asuh sekaligus menyekolahkannya dengan tinggi. Siapa yang tidak tertarik dengan anak yang hebat seperti Esok? Yang lebih mengejutkan orang tua yang bersedia mengadopsi Esok adalah Wali Kota, seorang pahlawan yang telah memajukan Kota ini.

Lail juga harus menanggung resiko nya menciptakan jarak yaitu rindu. Urusan menunggu dia harus pandai melatihnya karena kesibukan masing-masing lah yang membuat ia harus menahan semua rasa lelah, rasa tak sabar ingin bertemu dan rindu ingin mengelilingi kota dengan sepeda merahnya kemudian mengunjungi lubang tangga darurat kereta bawah tanah, kolam air mancur, dan pergi ke Toko Kue bertemu dengan Ibu Esok. Lail rindu menghabiskan waktu bersama dengan Esok Tapi sekarang bahkan untuk menghabiskan waktu bersama, untuk bertemu saja waktu mereka makin sulit, kini bukan dua bulan lagi tapi mereka harus bertemu satu tahun sekali. Waktu yang tidak sebentar, Esok memiliki kesibukan yang sangat penting.

      Sebenarnya Esok tergabung dalam konsorsium rahasia untuk bersiap menghadapi musim kemarau panjang akibat dari intervensi lapisan stratosfer yang dilakukan pemerintah dengan mengirim pesawat ulang-alik ke angkasa untuk menyiram anti gas rulfur dioksida ke langit. Intervensi tersebut memang bisa menyelamatkan mereka dari musim dingin ekstrem, tapi itu hanya baik dalam jangka pendek, tapi buruk untuk jangka panjang. Maka sejak deadlock KTT Perubahan Iklim Dunia, pemimpin dunia yang tidak setuju dengan intervensi berkumpul untuk mendanai proyek pembuatan pesawat antariksa raksasa. Dimana pesawat tersebut dapat menampung sepuluh ribu orang terpilih sesuai penyebaran genetik manusia agar sifat-sifat terbaik bisa diteruskan ke generasi berikutnya. Mereka akan bertahan hidup di sana. Kapal akan memberikan tempat tinggal yang di desain sedemikian rupa seperti permukaan bumi yang ideal. Hingga seratus tahun berlalu kapal berlayar, dan iklim bumi benar-benar pulih secara alami, mereka bisa mendarat lagi.

      Esok memiliki dua tiket pesawat karena hanya Esok yang bisa menangani jika pesawat mengalami masalah di angkasa sana. Lail khawatir jika satu tiket itu akan diberikan kepada putri Wali Kota, karena saat pemberangkatan hampir tiba namun Esok belum menghubunginya. Lail tidak mengharapkan tiket itu, Lail hanya ingin hidup bersama dengan Esok. Lail menyerah, pesawat kini sudah melesat ke angkasa namun Esok belum menghubunginya. Itu berarti satu tiket tersebut Esok berikan kepada putri Wali Kota. Semua nya terasa menyakitkan bagi Lail, hatinya tercabik-cabik. Lail tidak tahan lagi, dia memutuskan untuk menuju Pusat Terapi Saraf Kota untuk menghapus semua kenangan pahitnya yang jika mesin modifikasi ingatan itu dijalankan, maka seluruh ingatan akan terhapus sempurna.
Saat mesin modifikasi itu telah bekerja, Esok datang menghampiri Lail. Esok memang memberikan tiket tersebut kepada putri Wali Kota namun satu tiketnya lagi bukan untuk dirinya, Esok menyerahkan tiket satunya lagi untuk ibu kandungnya.

      Saat Esok ingin menjelaskan kepada Lail, namun terlambat keputusan Lail sudah mantap.
Esok memaksa masuk untuk mengagalkan terapi namun ruangan tersebut steril dari akses siapapun. Tidak ada yang bisa menghentikan terapi. Esok pasrah menunggu Lail diluar ruangan. Saat terapi selesai Lail tidak benar-benar melupakan ingatannya, Lail melihat Esok, dia masih mengenalinya. Itu karena di detik terakhirnya dia memutuskan untuk memeluk erat-erat semua kenangan itu.
Satu bulan kemudian Esok dan Lail menikah di tengah terik matahari. Mereka memutuskan untuk melewati musim panas bersama-sama.

Keunggulan : konflik yang diciptakan tidak membosankan. Alur ceritanya juga
sangat memotivasi . Amanat yang disampaikan kepada pembaca sangat banyak. Semua tokoh-tokohnya memiliki keunggulan yang berbeda-beda.

Kekurangan : banyak menggunakan istilah ilmiah yang susah dipahami.

REKOMENDASI RESENSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang