Tteokbokki

249 58 6
                                    

Seongwu bersenandung sambil mengaduk kuah tteokbokki yang baru saja dibuatnya. Iya, dia Ong Seongwu, seorang pemuda di awal dua puluh tahunnya yang hidup mandiri di ibu kota demi menimba ilmu untuk masa depannya. Dia bekerja paruh waktu di sebuah kedai tteokbokki dekat tempat tinggalnya.

Kedai tempat Seongwu bekerja biasanya ramai didatangi pelanggan tetap–mahasiswa dengan kantong yang tidak begitu dalam seperti dirinya. Tentu saja karena kedai tersebut mematok harga yang sangat terjangkau. Bahkan teman-teman Seongwu yang tergolong kalangan menengah ke atas juga sering mampir ke kedai tersebut karena memang rasa tteokbokki yang mantap dengan suasana nyaman.

Seongwu masih bergelut dengan tugasnya dengan hati gembira. Hari ini sahabatnya, Minhyun, akan datang menjemput Seongwu untuk pergi jalan-jalan. Minhyun tidak memspesifikasikan destinasi nereka, tapi Seongwu tebak tidak akan jauh-jauh dari mall atau tempat perbelanjaan lain. Bukannya Seongwu suka pemborosan dengan belanja atau apa, tapi karena studi dan pekerjaannya dirinya tidak punya banyak waktu untuk bersantai atau sekadar jalan-jalan mencuci mata.

Kling

Indra pendengar pemuda bermarga Ong itu menangkap bunyi bel yang menandakan seseorang memasuki kedai. Tentu saja Seongwu mengasumsikan bahwa orang tersebut adalah pelanggan.

"Selamat datang di Kedai The One!" Sambut Seongwu semangat. Dirinya buru-buru meletakkan spatula kayu yang tadi ia gunakan untuk mengaduk kuah dan mendekati si pelanggan untuk mengambil pesanannya.

Saat Seongwu melihat pelanggan yang baru masuk tersebut, segera saja ia menyadari bahwa ia tak pernah melihat pelanggannya kali ini. Bukan wajah yang familiar, baik di kampus maupun di kedai. Seongwu hanya mengangkat bahunya dan tetap melangkah mendekati pelanggan tersebut.

"Selamat sore tuan, anda ingin memesan apa?" Seongwu bertanya ramah dengan senyuman manis yang terpantri di wajahnya.

"Eum, bisa kulihat menunya?" Pemuda tersebut–si pelanggan, bertanya balik pada Seongwu dengan raut bingung.

"A-ah, oh, iya tentu saja," dengan sigap Seongwu mengambil selembar daftar menu yang isinya juga tidak jauh-jauh dari tteokbokki dan odaeng serta paket-paket dengan harga terjangkau yang mereka sediakan.

"Maaf karena tidak memberikannya terlebih dahulu, biasanya para pelanggan sudah hafal dengan menu kami hehe," Seongwu berujar sambil menggaruk belakang kepalanya, malu. Si pelanggan, yang Seongwu asumsikan seumuran dengan dirinya, hanya tersenyum sekilas pada Seongwu sebelum kembali fokus dengan menu yang ada di tangannya

"Tidak apa," balas pemuda tersebut pada Seongwu.

"Eum, kau bisa mengambil waktumu untuk memilih. Panggil saja aku jika kau sudah siap untuk memesan. Permisi," Seongwu membungkuk sekilas dan hendak berbalik untuk kembali pada pekerjaannya yang lain, sebelum seseorang menahan pergelangan tangannya.

"Hey, jika aku harus memanggilmu jika sudah siap memesan, bukankah sebaiknya kau meninggalkan siapa namamu?" Orang itu, si pelanggan, bertanya dengan satu alisnya yang terangkat.

Seongwu mengerjap bingung. Matanya bolak-balik memandangi antar pergelangan tangannya yang mungil digenggam oleh tangan besar pelanggannya itu (terlihat sangat pas dan nyaman, tapi jangan bilang-bilang ya!) dengan wajah si pelanggan. Kemudian ia memiringkan kepalanya bingung.

"Namamu, manis," ulang si pelanggan gemas. Seongwu membulatkan bibirnya paham.

"Seongwu, namaku Ong Seongwu," jawabnya. Si pelanggan tersenyum miring yang tidak disadari pemuda berkonstelasi bintang tersebut.

"Kang Daniel, senang berkenalan denganmu manis," Seongwu yang baru sadar akan sebutan si pelanggan, Daniel, memerah dan segera melepaskan pergelangan tangannya.

"B-baiklah, Daniel-ssi, panggil saja jika ingin memesan. Permisi," Seongwu berhambur ke bagian dapur kedai tersebut.

Saat sudah kembali asik dengan pekerjaannya, sebuah suara memanggil namanya. Seongwu mengecilkan api kompor dan meletakkan spatula kayu yang baru saja dipakainya.

"Ong Seongwu-ssi!" Panggil suara itu.

"Ya, sebentar!" Balasnya, sambil buru-buru menuju asal suara.

"Daniel-ssi, sudah siap memesan?" Tanya Seongwu kembali dengan senyuman manisnya.

Daniel mengangguk, memberi jeda sebentar kemudian meletakkan daftar menunya dan menatap lurus ke kedua manik indah milik si pelayan.

"Seongwu-ssi, saya pesan satu Ong Seongwu. Dibungkus ya, untuk dibawa pulang,"

.

"YA! Ong Seongwu! Apa kau mendengarkanku?" Hwang Minhyun, sahabat Seongwu, akhirnya datang untuk menjemputnya tepat pukul tujuh malam setelah waktu kerjanya berakhir.

"H-hah? Ya, ya tentu saja. Eum, tapi tadi kau bilang apa ya?" Minhyun memutar matanya malas menghadapi Seongwu yang cengengesan di hadapannya.

"Ck, sudahlah lupakan! Ayo cepat ke mobil dan berangkat," Minhyun beranjak keluar dari kedai, diikuti Seongwu yang masih merasa bersalah karena bengong saat Minhyun sedang bercerita.

Mereka naik ke mobil milik pemuda Hwang itu kemudian memasang sabuk pengaman masing-masing. Si empunya kendaraan menyalakan mesinnya, kemudian menoleh ke arah Seongwu yang nampak kembali bengong.

"Sudah siap?" Seongwu tersentak dan mengangguk kecil.

Saat Minhyun mau menjalankan kendaraannya, tiba-tiba ia mendengar ketukan dari kaca jendela sisi Seongwu. Minhyun menolehkan kepalannya dan memandang bingung pemuda bertubuh besar yang membungkuk untuk melihat ke dalam mobil. Dirinya kemudian membuka kaca tersebut dengan tombol yang ada di sisinya.

"Ya? Ada yang bisa kami bantu tuan?" Tanya Minhyun sopan. Si pemuda hanya tersenyum singkat pada Minhyun sebelum atensinya kembali pada Seongwu.

"Kekasih Kang Daniel, hati-hati di jalan ya," si pemuda mengelus sayang pucuk kepala Seongwu dengan si objek afeksi yang memandanginya balik dengan wajah memerah sempurna.

"Tuan Rubah, titip kekasihku ya!" Pemuda itu, Daniel, mengecup dahi milik Seongwu sebelum berbalik pergi, tak lupa meninggalkan senyuman cerah pada kedua makhluk manis tersebut.

"Nyun, aku udah nggak jomblo ya?" Tanya Seongwu pelan, sambil menoleh ke arah sahabatnya.

Yang kini gantian melongo dengan rahang yang sudah jatuh ke lantai.

.

FIN

Unbeta-ed

Maaf sudah lama menghilang.

Food | OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang