Prolog

1.2K 114 18
                                    

Jemari lentik itu menari cepat diatas keyboard. Berusaha secepat mungkin menumpahkan semua ide dalam benaknya pada sebuah tulisan. Kalimat demi kalimat panjang yang saat ini sudah menjadi beberapa paragraf. Ia tak memikirkan banyaknya typo pada hasil ketikannya. Yang terpenting saat ini adalah menuntaskan semua ide sebelum kembali hilang ketika moodnya jatuh karena sang eomma yang terus-terusan mengiriminya pesan untuk segera pulang ke rumah.

Tingg

Tingg

Tingg

Tiga pesan masuk. Wonwoo masih tidak perduli. Fokusnya masih tertuju pada layar notebook kesayangan.

Tingg

Satu pesan lagi masuk. Jemarinya terhenti

Tingg

Bila di dalam manga, terlihat siku-siku didahi Wonwoo mulai bermunculan.

Tingg

Kesabarannya mulai habis.

Diraih smartphone warna silver metalik yang sengaja ia simpan dalam laci meja kerjanya. Di pencetnya speed dial nomer satu yang langsung terhubung dengan sang eomma.

Hanya butuh dua kali nada sambung hingga akhirnya tersambung dengan suara lembut wanita di sebrang line telephone.

"Yeobose-"

"Eomma tunggu jam sebelas di rumah. Jangan kabur lagi atau nama mu akan ku coret dari kartu keluarga."

Belum sempat Wonwoo membalas ucapan sang eomma line telephone sudah diputus secara sepihak. Ia mendengus kesal. Moodnya seketika hancur, tidak ada niatan untuk menulis kembali. Idenya sudah hilang seketika.

Diliriknya jam pada notebooknya, 08.45 KST. Perjalanan dari flat kecilnya menuju rumahnya memakan waktu hapir dua jam, jadi ia harus bergegas bersiap atau akan terlambat dan mendapatkan cubitan sayang dari sang eomma.

🌸🌸

Senyuman wanita paruh baya terukir ketika mendapati putrinya berdiri didepannya sambil melepas satu persatu sepatunya dan berganti dengan sandal rumah meski dengan wajah ditekuk. Dikecupnya pipi putih itu dengan sayang.

"Apa harus eomma spam dulu baru kau mau pulang ke rumah?"

Dicubitnya pipi satunya dengan gemas.

"A-aaa eomma! Appoo!"

Diusap pipi putih susunya. Kebiasaan eommanya ketika gemas dengan sikap Wonwoo.

Wonwoo melangkahkan kakinya mengikuti sang eomma menuju dapur, mengambil segelas air putih dan meminumnya dengan rakus. Ia haus permisa.

Jeon eomma duduk di salah satu kursi di meja makan sederhana. Ia melihat putri ke-duanya dengan tatapan sayang.

"Eomma mau berbicara dengan mu sebentar. Ada yang perlu kita bahas."

Wonwoo memutar manik rubahnya malas. Ia tau arah pembicaraan ini akan kemana. Wonwoo memilih duduk di sebrang Jeon eomma. Duduk tegak, pembicaraan ini akan serius.

"Masih dengan topik yang sama."

Wonwoo menghela nafas.

Sudah ku duga - Wonwoo

Tidak berniat menyela kalimat sang eomma, Wonwoo kembali fokus pada wanita didepannya.

"Sebelumnya kau sudah menolak eomma jodohkan dengan Eunwoo -"

Ada jeda sebentar. Ditatap anak bungsunya yang seperti pantulan dirinya saat muda.

"Kali ini kau harus memilih salah satunya."

Wonwoo mengerenyit bingung.

Salah satunya? - Wonwoo

Jeon eomma mengeluarkan amplop dari saku bajunya. Dibukanya amplop putih dengan sedikit ragu kemudian menata satu persatu foto diatas meja. Ada tiga foto laki-laki.

 Ada tiga foto laki-laki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mereka calon suami mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mereka calon suami mu. Kau harus memilih salah satunya"

Manik Wonwoo membola. "Mworago?"

Jeon eomma tersenyum tipis.

"Ingat umur mu saat ini sudah 27 tahun. Eomma tak ingin kau terus main-main dengan kehidupan mu. Sudah saatnya kau berumah tangga."

Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Wonwoo. Ia sudah terlalu lelah dengan semuanya. Pekerjaan, mantan kekasihnya dan sekarang masalah perjodohan. Wonwoo menghela nafas dalam-dalam. Ditatapnya wanita yang selama ini sudah merawatnya.

"Beri aku waktu untuk mengenal mereka."

Jeon eomma tersenyum lebar. Ditangkupnya wajah putrinya sayang.

"Akan ku sampaikan pada teman-teman eomma kalau kau setuju untuk bertemu dengan mereka."

Setelah berkata demikian Jeon eomma segera beranjak menuju ruang keluarga, mengamit smartphone nya lalu berbicara dengan nada gembira pada lawan bicaranya disebrang sana.

Wonwoo hanya mengamati Jeon eomma sambil menumpu dagu dengan sebelah tangannya. Ia bahagia melihat eommanya terlihat lebih sehat dibandingkan bulan lalu. Namun raut wajahnya seketika mendung ketika teringat sosok yang selama ini mendiami hatinya.

Haruskah aku melupakan mu? - Wonwoo

[TBC or END] ??

Hallo, tiba-tiba aja kepikiran ide ceita ini. Tapi kali ini aku bikin GS. Mau di lanjut kah?

Untuk cerita ini bayangin Cheol di clap era. Hawt banget yalord 😍😍

Feeling Trapped [Meanie!GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang