Begin [Jjk]

40 6 3
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aku membungkuk di depan seorang dokter. Mengatur nafas yang tak beraturan karena berlari dari halte ke gedung rumah sakit.
"Apa kau baru saja berlari lagi? Kenapa kau tidak pernah mau mendengarkanku? Kakimu itu baru saja pulih, kau tidak boleh berlarian di jalanan!"

"Apa dia sudah sadar?" aku mengabaikan pertanyaan dokter muda itu.

"Kebiasaanmu itu buruk sekali. Selalu saja pertanyaan dibalas dengan pertanyaan. Seharusnya kau menjawabku dulu."

"Aku bertanya, apa dia sudah sadar?" ulangku kesal karena tak mendapat jawaban yang aku inginkan darinya.

"Belum," jawab dokter itu singkat. Sepertinya dia kesal karena aku mengabaikan ucapannya.

"Kapan ia akan membuka mata?"

"Mana ku tahu. Memangnya aku Tuhan yang tahu segalanya? Lagipula kenapa kau selalu berlarian kemari?"

"Kau itu dokter, dasar bodoh."

"Dokter juga manusia. Yang tahu takdir manusia hanya Tuhan. Yak! Jawab pertanyaanku, Jungkook! Kau selalu saja mengabaikan pertanyaanku!" teriaknya di depanku. Aku segera membekap mulutnya. Aish, dokter bodoh ini. Di rumah sakit tempatnya bekerja malah teriak-teriak. Nanti kalau dia dipecat bagaimana? Tidak ada yang bisa ku paksa untuk mempertemukanku dengan Sejung.

"Baiklah. Baiklah. Akan ku jawab, apa tadi pertanyaanmu, Hyung?" tanyaku sopan.

"Kenapa kau selalu berlarian kemari?"

"Karena aku ingin jadi orang pertama yang ia lihat ketika ia bangun nanti."

"Kau tahu kan? Kemungkinan ia bangun itu sangat kecil." Aku mengangguk. Tentu saja aku tahu.

"Aku boleh masuk, Hyung?"

"Masuklah. Aku akan melanjutkan memeriksa pasien yang lain." Setelah mengatakan itu dia pergi. Aku memandang punggung Seokjin hyung, dokter spesialis kanker itu sudah lama merawat Sejung. Aku sungguh berterimakasih padanya. Dia selalu memberikan kabar tentang kondisi Sejung padaku.

Aku memegang knop pintu. Menghirup napas panjang, baru setelahnya membuka pintu. Aku berdiri terpaku di ambang pintu melihat kondisi Sejung. Keadaannya tidak berubah sejak terakhir kali aku mengunjunginya, bahkan aku rasa tubuhnya malah semakin kurus. Aku berjalan mendekat dengan perlahan. Ku tatap wajah Sejung yang semakin tirus.
"Kau bahkan masih terlihat sangat cantik," gumamku pelan sekali. Ku tarik kursi lalu duduk di sebelah bangkarnya.

"Hey, aku datang. Aku bertemu Seokjin hyung tadi. Kerutan di wajahnya itu terlihat jelas, padahal usianya baru 26 tahun. Apa kau membuatnya frustasi sampai dia mengalami penuaan begitu cepat?" Aku meraih tangan Sejung lalu menggenggamnya erat. Aku diam memperhatikan wajahnya. Masih sama seperti saat pertama kali aku berjumpa dengannya di lorong rumah sakit ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bangtan Fanfict (Oneshots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang