Lee Daehwi baru saja keluar dari sebuah bus yang sedang berhenti di stasiun Hongdae. Menyebalkan! Itulah kalimat pertama yang ia ucapkan setelah turun dari bus itu. Jangan tertawa dan berpikir itu tidak ada sangkut pautnya. Jelas saja ada sangkut pautnya bila yang membuat Daehwi kesal adalah karena harus berjalan kaki sejauh dua kilometer dari stasiun bus menuju tempat yang di tujunya.
Kakinya yang terbalut sepatu kets berwarna putih melenggang pergi setelah sebelumnya membetulkan tas ransel di punggungnya. Tangan kirinya sibuk mengetik sebuah pesan dan tangan kanannya yang menyeret sebuah koper. Sesekali ia menendang kerikil di sepanjang jalan karena rasa kesalnya.
Daehwi saat ini sedang menjalankan misinya kabur dari rumah untuk membatalkan perjodohan yang di dalangi oleh Ayahnya. Kemarin malam kedua orang tuanya baru saja datang dari Jepang dengan membawa berita terburuk yang pernah ia dengar seumur hidupnya. Tiba-tiba saja Ayahnya mengatakan akan menunangkannya pada seseorang anak dari kerabat lamanya.
Menurut Daehwi Ayahnya itu benar-benar kolot. Sudah berkali-kali ia menolak untuk di jodohkan, namun karena sifat Ayahnya yang tetap pendirian dan keras kepala hanya menganggap perkataannya itu sebagai angin lalu .
Bagai pribahasa 'buah tak jauh dari pohonnya', Daehwi juga sama seperti Ayahnya.
Sudahkah ku katakan jika Daehwi itu memiliki sifat keras kepala? Salah satu bukti kekeraskepalaannya adalah ia berhasil meyakinkan Ayah dan Ibunya untuk bersekolah di Seoul yang merupakan negara kelahirannya sendiri, yang selama hidup baru ia kunjungi sekali sewaktu masih bocah.
Sedari kecil Daehwi dan keluarga memang tinggal di Jepang. Bukan tanpa alasan ia meninggalkan kedua orang tuanya di Jepang dan memilih kembali dan tinggal di Seoul sendirian. Ia hanya merasa rindu pada negara yang menjadi negara kelahirannya itu. Hingga pada akhirnya Ayah dan Ibunya memberikan kebebasan penuh kepada Daehwi asalkan lelaki mungil itu bisa menjaga dirinya karena bagaimanapun Daehwi adalah anak semata wayang bagi kedua orang tuanya.
Urusan menjaga diri, Daehwi tidak perlu diragukan. Daehwi memiliki sifat cuek, namun ramah dan ceria pada teman-teman seumurannya. Daehwi tidak akan banyak bicara, dan lebih memilih menyibukkan diri dengan hal apapun selama tidak membuatnya terjebak dengan mereka yang tertarik kepadanya. Ia tidak akan berbicara jika topik obrolan ―menurutnya― tidak penting. Meskipun demikian, tidak sedikit lelaki yang masih berusaha menarik perhatiannya. Ia memiliki daya tarik sangat kuat yang bahkan tidak dimiliki oleh seorang gadis. Point pentingnya, ia menjadi dirinya sendiri. Daehwi adalah Daehwi, lelaki mungil berotak cerdas dan kritis.
Dan usaha kaburnya ini adalah hasil dari kekeraskepalaannya yang kesekian kalinya. Ia berusaha melawan dengan membuat kekacauan tepat seminggu sebelum acara pertunangan di adakan. Ia sudah memikirkan matang-matang untuk pergi dari rumah, sedikit memberi pelajaran kepada Ayahnya itu. Lagipula ia bukan seorang perawan tua yang butuh pendamping sesegera mungkin. Demi Tuhan, ia masih berusia 18 tahun dan masih sedang bersekolah. Perjalanan hidupnya masih panjang ―itupun jika Tuhan memberinya umur panjang― untuk menemukan seorang pendamping sepertinya masih terlalu dini. Ia masih ingin menghabiskan masa mudanya dengan bebas, bukan di kekang seperti ini.
Banyak keinginan yang terlintas di kepala Daehwi saat ini. Dan salah satu keinginan terbesarnya adalah dapat menjambak rambut seseorang! Dan satu-satunya orang yang paling pantas mendapatkan itu adalah Ahn Hyungseob! Menyebalkan sekali temannya itu. Dia sendiri yang menelponnya dan berjanji akan menjemputnya di persimpangan dekat apartemennya, dia sendiri juga yang memutuskan membatalkannya. Membuat Daehwi harus menaiki bus yang membawanya ke stasiun terdekat dengan apartemen temannya itu dengan 'sedikit banyak' kerepotan karena harus menggotong kopernya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Bae || Bae Jinyoung X Lee Daehwi
FanfictionBae Jinyoung x Lee Daehwi DeepHwi Lee Daehwi, 18 tahun, berstatus sebagai siswa tahun terakhir di SHS 101, nekat kabur meninggalkan kediamannya karena frustasi akibat ulah sang ayah yang mengatakan akan melangsungkan pertunangannya dengan seorang an...