Pangeran Barrack, saat bertemu penyihir Flynn ....
"Pangeran sungguh kejam karena meminta dua pengawal itu untuk memanggil saya." Wanita itu tertawa sembari mengikat jubah hijaunya.
"Bagaimana mereka memanggilmu?" Pangeran Barrack mengabaikan fakta soal Penyihir Flynn yang mengatakan bahwa dirinya kejam. Dia sudah sering mendengarnya, jadi rasanya juga biasa saja.
"Kebetulan saya sedang melihat kejadian itu langsung, dari kolam pemantau," ucap penyihir Flynn. "Nah, jadi ada apa pangeran memanggil saya?"
Saat ini mereka berdua sedang berada di halaman kerajaan. Senja sudah berlalu dan halaman kerajaan letaknya cukup jauh dari menara tempat Flora berada. Pangeran Barrack memantau menara itu dari kejauhan.
"Aku ingin kau ceritakan padaku soal Flora," sahutnya langsung pada intinya.
Penyihir Flynn memasang tudungnya, langsung tertawa pelan, sekali lagi. "Raja dan Pangeran menanyakan hal yang sama tentang penyusup itu. Kira-kira apa yang akan ratu katakan?"
Pangeran Barrack mungkin saja menghabisinya kalau saja dia bukan penyihir kerajaan. Memangnya buat apa menyeret ibu dan ayahnya dalam kasus ini? Dia pikir wajar saja kalau mereka menanyakan tentang Flora yang memang notabene-nya adalah seorang penyusup dan seorang gadis dari pintu jalur rahasia yang tidak pernah terbuka sebelumnya.
"Jadi siapa dia, Nona?" Pangeran Barrack menekan ucapannya, memberikan peringatan bahwa dia tidak menyukai sarkas penyihir Flynn.
"Tenang, dia manusia biasa, bukan penyihir." Penyihir Flynn akhirnya menjawab dengan serius. "Archellia mengincar energi kehidupannya, seperti yang pangeran tahu."
"Karena dia sudah melihat wajahku?" tanya pangeran Barrack.
"Ah, dia melihat wajah pangeran ya? Beruntung sekali," gumam penyihir Flynn dengan pelan.
Pangeran Barrack sudah menggeram dalam hati karena tidak suka dengan ucapan Flynn yang terdengar mengejek seolah mengatakan bahwa Flora sangat sial karena melihat wajahnya.
Tapi, ya, memang itulah kenyataannya. Semua kesialan terjadi pada Flora karena itu.
"Bukankah pangeran juga berpikir kalau mengurungnya di kerajaan hanya akan membuat usianya lebih pendek?" tanya penyihir Flynn yang membuat sang pangeran tersentak. "Yang Mulia Raja tidak akan membiarkannya hidup sampai besok. Archellia akan membunuhnya."
Pangeran Barrack terdiam, mulai memikirkan banyak hal dalam pikirannya. Tentang apa yang dirasakannya saat ini, tentang penyesalannya di masa depan nanti jika dia tak segera menyelamatkan Flora dan juga, tentang ...
"Dan satu lagi informasi yang cukup rahasia ..." Penyihir Flynn mendekati pangeran Barrack dan berbisik di telinganya. "Dia adalah pasangan jiwa pangeran."
Pangeran Barrack menatap penyihir Flynn dengan kening berkerut. "Aku tidak percaya dengan legenda kuno seperti itu."
"Tidak masalah. Itu hak pangeran untuk percaya atau tidak," balasnya tak peduli. "Pangeran bisa menyelamatkannya jika membawanya pergi dari istana malam ini atau membiarkannya terkurung di ruang tahanan dan membiarkannya mati digantung besok malam."
Benak Pangeran Barrack mulai dilewati oleh gambaran-gambaran saat Flora diseret-seret oleh banyak pengawal yang memintanya menaiki panggung dan mengalungkan tali tambang di depan umum. Lalu Flora harus melompat dari atas panggung dan tubuhnya meronta-ronta di udara hingga tubuhnya kaku.
Itu bayangan yang mengerikan.
"Flora bukan berasal dari dunia ini," tambah Penyihir Flynn.
"Lalu mengapa kau bilang kalau dia pasangan jiwaku?" tanya Pangeran Barrack terdengar menuntut dan tidak setuju.
"Tidak ada yang bisa memprediksikan hal semacam ini, pangeran."
Penyihir Flynn membuka tudungnya, memperlihatkan manik hijau emelard-nya. Semua penyihir mempunyai warna manik yang sama.
"Jawabannya ada di ujung jalur rahasia ..." gumamnya.
"Ujung jalur rahasia? Maksudmu di dalam sana?"
"Pangeran, bukankah ada dua cara untuk mencapai ujung sana?" tanya penyihir Flynn yang membuat pangeran tersadar.
Dari jalur rahasia itu sendiri atau dari luar kerajaan ....
Kembali ke dalam bukanlah opsi yang bagus, tentu saja.
"Saya bisa siapkan barang-barangnya, kalau pangeran memutuskan untuk pergi."
Pangeran Barrack mengangguk pelan, "Baiklah, aku pergi."
*
"Pangeran ...."
Suara Flora yang menyambut Pangeran Barrack saat dia tersadar dari tidurnya.
Pangeran Barrack membuka matanya. Sosok Flora berdiri di depannya, menutupi cahaya matahari yang menyorot ke arahnya. Wajah Flora menjadi tak terlihat karena silaunya cahaya matahari.
Hening selama beberapa saat.
"Sudah makan?" tanya pangeran.
Sebelum hendak tidur tadi, Pangeran Barrack jelas ingat bahwa dia memberikan sekantong makanan untuk Flora.
"Sudah."
"Sudah berapa lama kau berdiri di sana?" tanya pangeran, mencoba bangkit dari sandaran dan duduknya di belakang sebuah pohon raksasa dan berakar besar yang naik ke permukaan tanah.
"B-baru saja," jawab Flora kikuk.
Padahal tadi Pangeran Barrack sengaja memilih pohon ini karena yang paling rindang dan sejuk. Ternyata, dia tertidur lebih lama daripada yang dipikirkannya. Hal itu membuat matahari makin rendah dan menyorot ke arahnya.
"Tetap berdiri di sana," pinta pangeran yang membuat Flora langsung berdiri tegak.
Pangeran memeriksa bayangan Flora dan menatapnya datar. Panjang bayangan Flora jelas tidak menjelaskan tentang betapa singkatnya Flora berdiri di sana. Dan Flora yang menyadari pangeran Barrack yang telah menyadari hal itu, langsung menyela.
"Saya baru berdiri di sini, sungguh."
Pangeran Barrack berjalan mendekati Flora, lalu meraih tangan kanan Flora. Kali ini dia boleh merasa lega karena Flora tidak lagi menarik tangannya seperti sebelumnya, saat dia ingin memeriksa keadaan tangannya.
Tangan gadis itu gemetaran, ngeri. Pangeran Barrack sebenarnya sudah menyadari hal itu, namun diabaikannya.
Diangkatnya lengan pakaian kunti bagian kanan Flora dan aroma tajam khas obat-obatan. Flora tidak tahu obat apa itu, tapi itu meredakan sakitnya, walau Flora harus berani menaruh barang kental berwarna hitam seperti lumpur tanpa ada jaminan apapun.
Meskipun disamarkan oleh obat pemberian penyihir Flynn, Pangeran Barrack tetap bisa melihat jejak melingkar ke atas dari jejak serat tanaman yang membungkus tangan Flora kemarin.
"Katanya, tanganmu akan sembuh kalau kau kembali ke duniamu," gumam Pangeran Barrack.
Flora mengerjap menatap pangeran Barrack yang memegang tangannya tanpa merasa jijik.
"Pangeran?"
"Aku akan membantumu agar kau bisa kembali," janjinya. "Kau tidak pantas berakhir di sini."
Ucapan Pangeran Barrack yang sesingkat itu, sanggup untuk membuat Flora tersenyum tipis lagi.
Pangeran Barrack mulai memikirkan betapa damainya dunia ini, bila semuanya tersenyum lembut seperti Flora saat ini.
tbc
20 Mei 2018
a/n
Ini update untuk menggantikan updatean hari jumat yang keselek.
Info buat kalian, aku update Aqua World minggu depan yaaa. Senin besok aku udah ujian semester wkwk.
Oh ya. Karena aku mau namatin cerita ini bulan mei, jadi mungkin aku akan marathon update pada hari sabtu dan minggu juga. Biar buku kedua Another Dimension Kingdom.
Dan selamat sahur wkwkwk.
Paus bubuk duluu
Cindyana
KAMU SEDANG MEMBACA
MIZPAH - The Kingdom of Mist [END]
Fantasy[Fantasy & (Minor)Romance] Flora terbangun dan ia sudah berada di kerajaan asing yang misterius. Lalu, tanpa bisa menjelaskan apapun, ia menjadi tahanan yang akan digantung mati. Mungkin, hanya pangeran di kerajaan itu yang merasakan sesuatu yang...