05

49K 7.1K 219
                                    

Jangan tanya ada berapa rantai yang diikat pada tubuh Flora, karena jujur saja, Flora tidak ingin menghitungnya. Yang Flora tahu, dia diminta membasuh bekas lukanya yang terinfeksi serat secara kuat. Jadi, semua kulit mati yang ada di tangan kanannya sepertinya sudah hilang semua.

Kini Flora mengerti apa itu yang namanya 'terinfeksi'. Luka serat yang memutari tubuhnya mulai memberikan sengatan pelan yang membuat tangannya mati rasa selama beberapa saat. Bahkan saat Flora mencoba untuk memanggilnya dengan mencubitinya beberapa kali. Ada masanya dia merasakan cubitannya sendiri, ada masanya tangannya tidak seperti miliknya.

Kali ini Flora dikawal. Kedua tangannya dikunci oleh piringan besi yang menyatu, disambung dengan rantai putih yang membuat Flora merasa bagai diikat sebagai peliharaan. Perjalanannya dari ruang tahanan hingga ke tempat raja memang sangat jauh. Bukan hanya berjalan berkelok-kelok dan ditarik sana-sini oleh pengawal kerajaan.

Flora meringis, dalam hati ia berjanji, jika ia kembali nanti, ia akan membebaskan Pluto--anjing peliharaan bertipe golden retriver yang telah berumur dua tahun itu.

Flora telah menunggu masa ini. Mereka menyebutnya masa penentuan, tapi Flora menganggapnya sebagai peluang untuk membebaskan diri. Semoga saja Raja dan Ratu di kerajaan ini bisa memahami dan mempercayainya.

Karpet merah dengan garis kuning di sisinya adalah hal yang Flora lihat saat ini. Flora memang berjalan menunduk, karena memang tidak diperbolehkan untuk mengangkat kepala. Saat itulah dia meringis melihat kulit jari jempolnya sudah terkelupas sana-sini dan warna cat kuku dan hiasan hijaunya sudah lecet sia-sia. Tulisan Flora di sana sudah terbaca seperti Tic a.

Tiba-tiba saja dua prajurit di sampingnya berhenti melangkah, rantai yang mengikat tangan Flora ditarik turun secara paksa, sehingga membuat Flora berlutut di depan mereka. Usai melakukan tindakan keji itu, mereka berbaris  di antara Flora seolah perlakuan keji mereka tidak pernah mereka lakukan.

Agak takut-takut, Flora mengangkat kepala guna melihat sosok mereka.

Ada tiga kursi di sana, kursi besar yang berada di tengah dan diduduki oleh seorang pria berumur yang mengenakan pakaian kebesarannya yang serba mewah. Aura kharismanya tak dapat disembunyikan. Dia pastilah raja di kerajaan ini. Flora sudah memberi peringatan pada dirinya sendiri agar jangan salah berbicara sedikitpun, apalagi saat menjawab pertanyaannya. Jika Flora ingin selamat, dia harus mendapat kepercayaan dari sang raja.

Di samping kiri-nya, seorang wanita dengan gaun yang indah dan terlihat mahal. Pembawaannya tenang, wajahnya menyiratkan damai yang anggun. Flora langsung tahu bahwa itu adalah ratu, pendamping raja.

Dan di samping kanan sang Raja ... seorang lelaki bertopeng perak.

Flora dalam hati berdecak tidak senang, mengapa ada Pangeran itu di sini?

Ah, tentu saja jawabannya karena dia benar-benar adalah Pangeran.

Agak lama terjebak dalam keheningan yang mencekam, sang ratu membuka suara.

"Namamu Flora, kan?" tanya ratu langsung pada intinya.

Flora mengangguk kaku, giginya saling mengetuk karena dirinya gemetaran dalam sujudnya. Kedua lututnya yang diperban itu kini menahan tubuhnya, ia merasakan sakit yang teramat sangat. Penyiksaan terberat adalah ... saat ia hanya bisa mengekspresikan sakitnya itu hanya lewat ringisan kecil yang ia tahan sekuat tenaga.

"Putraku, Barrack, melihatmu keluar langsung dari pintu jalur darurat milik istana ini," terang sang raja dengan singkat. "Benar begitu kan, Barrack?"

Pandangan semua mata di sana beralih ke pangeran yang duduk menatap lurus dan datar ke arah Flora. Flora menunduk, ia tak tahan menatap lama-lama Pangeran congkak itu. Flora hanya bisa menyumpahi dalam hati, bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadapnya. Flora berharap ada hukum yang menegakan keadilan di sana, walau Flora sedikit ragu tentang itu.

"Iya, benar."

Flora menarik napas panjang saat sang Raja berganti menatapnya, lalu bertanya dengan nada dingin yang kurang enak didengar di pendengaran gadis itu. "Kau seharusnya tahu kalau jalur rahasia itu buntu, mengingat kau sudah menjelajahinya untuk yang kedua kalinya, semalam."

Flora menelan ludah, mulai mencari kata-kata.

"Jadi, apa kau mau menjelaskan soal itu, Flora?"

"J-Jadi memang benar, saya keluar dari sana..." Flora menunduk dalam, "Tapi saya sungguh tidak ingat apapun tentang bagaimana saya bisa sampai di sana," lirih Flora pelan, mengharapkan kepercayaan setidaknya dari salah satu orang di depannya.

Kali ini sang ratu yang bertanya, "Kau ini sebenarnya dari mana?"

Flora terdiam sejenak, "Saya...sepertinya bukan dari sini," gumamnya. "M-maksud saya, tempat tinggal saya ... tidak lagi dipimpin oleh raja dan ratu."

"Lalu? Siapa yang memimpin?" Raja terdengar sedikit kaget. "Penyihir Archellia?"

Flora mengernyit bingung. Ia jelas tidak paham apa yang dibicarakan oleh mereka. Flora juga tak mengerti mengapa larut wajah mereka berubah drastis seperti itu. Dan siapa memangnya Archellia--tunggu, apa mereka baru saja menyebut kata 'penyihir'? Penyihir yang berpakaian hitam, bertopi tajam, memakai sapu untuk terbang dan suka mengaduk kuali besar itu?

"Bukan, maksud saya seperti Kaisar, Presiden, Menteri atau lainnya," terang Flora gugup, di tengah pemikiran absurdnya.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan," ungkap raja.

Sebenarnya, Flora juga ingin mengungkapkan hal yang sama, tapi jelas itu tidak akan membantunya sedikitpun dan malah akan membuatnya terancam dalam bahaya.

"Mungkin kau tidak tahu aturan kerajaan ini, karena kau juga bukan berasal dari sini." Raja menyimpulkan dengan singkat.

Flora mengangguk.

"Tapi penyusup tetaplah penyusup. Dan juga, karena kau sudah melihat wajah Barrack ...," Jeda panjang. "Kau akan digantung mati besok malam."

Pangeran Barrack yang sedaritadi menatap lurus ke Flora, langsung menoleh ke ayahnya, sedangkan Flora tercegang di tempat selama beberapa saat.

Digantung mati? Benarkah?

Hanya karena dia tidak tahu bagaimana dia bisa muncul di tempat antah berantah seperti ini dan karena melihat wajah pangeran yang dilihatnya secara tidak sengaja?

Hukuman macam apa itu?

"Bawa gadis ini ke ruang tahanan," pinta Raja yang membuat Flora tak mampu menyembunyikan kekecewaannya.

Rantainya ditarik ke atas, Flora dipaksa berdiri. Hanya bisa berputus asa, Flora berharap semua ini hanyalah mimpi buruk.

tbc

7 Mei 2018

a/n

Lalalala, konflik mulai bertaburan micin lalalala.

Looks like kalian sudah tahu apa yang akan menjadi konflik gedenya. Yey.

Yang gatau, peka woi. Peka. Ini udah bulan mei 2018, mau sampe kapan gapeka gitu, hah?

Dan chapter yang super pendek pake banget ini membuatku ragu dia bisa tamat dalam 20-an chapter. But you know, aku kalo udah niat, ya gini.

BTW KALIAN KEREN BANGET ASTAGA. Dalam enam hari, cerita ini berhasil nembus whats new dan whats hot #80!

Dan jujur ini bikin aku agak kesel karena Aqua World yang notabenenya work yang aku bangga-banggain aja nggak melaju secepat ini. Ini namanya the power of maso!

Oke, see ya tomorrow!

-Cindyana

MIZPAH - The Kingdom of Mist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang