Kini tiga bersaudara dengan marga Kim itu, tengah berkumpul di ruang tengah khusus lebih tepatnya ruangan khusus mereka bertiga, Juna, June, Jina.
Walau terlihat berkumpul namun, mereka sama sekali tak saling berkomunikasi. Jina yang sedari tadi bosan memainkan beberapa game di ponselnya, membuka instagram, WhatsApp membuat nya merasa sangat bosan. Pasalnya, tak ada yang menarik baginya untuk dinikmati di hari sabtu ini.
Jina yang sudah tak tahan lagi dari kebosanan pun bangkit dari posisi tidurnya di sofa dan mulai melangkah menuju kamarnya namun,
"Kau mau kemana, Jina-ah?" Tanya Juna dan June yang kebetulan secara bersamaan.
"Ke istana, tentu saja. Wae yo, oppa? Kalian juga mau ikut ke istananya hime-chan, hm?" Jina menanggapi pertanyaan kedua kakak laki-lakinya itu dengan santai. Begitulah Jina, menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan hime-chan yang artinya seorang putri dan menganggap kamarnya adalah sebuah istana seorang hime-chan.
"Kau tak bisa pergi begitu saja, Jina-ah!! Ini waktunya Brother Sister Quality Time. Kita bahkan belum melakukan apapun" tegas Juna
"Aku bosan oppa. Sejak tadi kalian hanya peduli dengan ponsel kalian masing-masing. Diam, memainkan games, menggerakkan jari, tertawa sendiri."
"Aku juga hyung. Jina-ah benar. Ini membosankan. Sangat-sangat membosankan. Apa kau tak punya ide untuk membebaskan kami dari kebosanan ini?" Ujar June menimpali
"Truth or Dare" setelah lama berpikir, hanya kalimat itulah yang terlontar dari mulut Juna, kakak tertua Jina.
Jina yang tak paham dengan apa yang dimaksud kakak tertuanya itu pun spontan melemparkan pertanyaan.
"Ada apa dengan truth or dare, oppa?" Tanya Jina dengan muka polosnya
June yang kesal dengan sikap polos adiknya itu pun spontan menjitak kepala Jina, adik satu-satunya itu.
"AW, sakit oppa. Kenapa kau memukulku? Juna-oppa kepalaku sakit." Jina memekik sembari mengelus-elus bagian kepala bekas jitakan June, kakak kedua Jina.
"Aish, kau ini!! Sekali lagi kau ganggu adikku. Kubunuh kau" gertak Juna, sang kakak tertua pada June.
"Kau sadis sekali, hyung. Sama seperti Jina." June bergidik ngeri setelah mendengar gertakan dari Juna.
"Btw, ada apa dengan truth or dare, oppa? Apa kita akan memainkannya lagi seperti bulan lalu?" Tanya Jina mengalihkan pembicaraan.
"Yeah, tentu saja kita akan memainkannya Jina-ah. Memangnya kenapa Jina-ah? Kau takut memainkannya, eoh?" Sahut June santai sekaligus menggoda Jina.
"Juna-oppa yang yang baik dan June-oppa yang tampan, aku ijin dulu untuk tidak ikut bermain ya? Aku ngantuk sekali, aku mau ke kamar lalu tidur. Selamat tinggal, oppa" belum sempat Jina berlari ke kamar, June bergerak cepat lebih dulu menarik kerah kaos Jina agar ia tak melarikan diri.
"Kau mau kemana Jina-ah? Ke kamar lalu menonton anime, hm? Melarikan diri dari permainan? Tidak bisa. Kau harus tetap ikut bermain." June menarik Jina kembali ke tempat semula untuk duduk di sofa.
"Shireo. Oppa aku tidak mau ikut lagi. Aku benar-benar kapok untuk memainkan permainan itu. Aku tidak mau lagi memainkan permainan itu seperti bulan lalu" Jina berontak. Ia benar-benar tak ingin lagi memainkan truth or dare setelah tantangan mengerikan itu.
"June, ambilkan air mineral di kulkas"
Pinta Juna pada June"Kenapa aku? Suruh saja adik tercintamu Jina. Aku lelah" keluh June
KAMU SEDANG MEMBACA
My bf is an Idol
Fanfiction"Ini gila. Benar-benar gila. Sialan. Yang benar saja? aku harus menjalani hidup tenangku bersama Jinyoung-sunbae, kakak kelasku yang terkenal dingin, cuek dan ketus hanya karna menyelesaikan tantangan dari June-oppa. Aku harus apa? Mengikuti alurnya...