Waktu kini sudah menunjukkan pukul 13.30, dan ini sudah lewat dari waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kintara Aurora, gadis itu melangkah dengan pasti menelusuri setiap koridor yang terdapat disekolah.
Tidak ada senyum manis yang biasanya merekah di bibir ranum gadis itu. Dari tatapan wajahnya, semua orang juga sudah tau kalau gadis itu sedang marah. Wajah yang memerah, bukan akibat blushing dari perlakuan yang manis ataupun romantic. Tetapi, karena suatu hal yang membuatnya marah bahkan sangat marah. Dan dalam hitungan menit, Tara siap mengeluarkan semua amarahnya.
Gadis itu kembali celingak-celinguk mencari sesuatu yang membuat emosinya sudah di ubun-ubun.
"Hei, lo mau kena bola berdiri disitu."
Ucap seseorang dengan santai yang pasti tentunya kata-kata itu ditujukan untuk Tara.
Brak!
"Awhh!!" Gadis itu berteriak saat bola tepat mengenai kepalanya.
"Al!"
Semua anak tim basket berteriak dan berlari menghampiri Tara yang sudah terduduk ditengah lapangan sambil memegangi kepalanya yang sakit. Semuanya berlari, kecuali Alaska.
"Al, lo apa-apaan sih, lo sengaja ya?"
Ucap cowok yang tentu saja anak basket seperti Alaska.Cowok itu hanya diam bukan karena menyesal, tetapi dia tidak peduli dan tidak mengubris ucapan cowok tadi. Toh, dia nggak salah karena sebelumnya sudah ia peringatkan, bukan?
"Lo bisa tegak sendiri, Ra? Perlu gue bantu," Tanya cowok itu kepada Tara karena menunggu pertanyaan yang ia lontarkan kepada Alaska barusan sudah pasti tidak akan ditanggapin olehnya.
"Bi--bisa kok. Makasih ya" ucap Tara berterimakasih sambil tersenyum kepada mereka yang sudah membantunya.
Saat gadis itu sudah tegak dengan sempurna, tiba-tiba manik mata hazelnya langsung bertemu dengan manik mata seseorang yang sedari tadi dicari oleh Tara.
"Elo?!" Teriak Tara sambil menunjukkan jari telunjuknya kedepan wajah Alaska.
"Oh, jadi lo yang ngelempar bola itu ke kepala gue. Nggak puas-puasnya ya lo gangguin gue!" Ucap gadis itu lagi dengan menggebu-gebu.
Kerutan tipis tercetak di dahi cowok itu, seakan menyatakan bahwa ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Nggak puas gangguin apa, siapa (?)
Tara berdecih, "Lo liat ini," Tara melempar selembar kertas ke depan dadanya Alaska.
Selembar kertas yang berisikan surat dari kepala sekolah untuk mencoret pementasan drama dari daftar itu berterbangan dilapangan dan yang pasti tidak akan diperdulikan oleh Alaska.
"Ini semua gara-gara lo kan. Gara lo rencana pementasan drama buat pensi antar sekolah satu minggu lagi jadi kacau."
Cowok itu masih bingung menatap gadis gila yang berada didepannya itu. Dalam batin Alaska, ia seolah berkata 'Terus hubungannya sama gue apa?'
"Jelas ada hubungannya sama lo. Lo kan yang bilang ke kepala sekolah buat ngehapus pementasan drama dari daftar pensi besok."
Teman-teman cowok Alaska menatap miris ke arah Tara. Apa yang diperbuat gadis itu, sama saja ia telah memasukkan dirinya sendiri kekandang singa dan mengumpan dirinya untuk dimakan.
"Apa-apaan ini. Tara, kamu kenapa marah-marah sama Alaska?"
Tanya buk Lena saat melihat lapangan ramai akibat masalah Tara yang belum kunjung dapat jawaban dari Alaska.
"Ini buk, cowok ini sudah ngehancurin semua rencana yang telah disusun oleh OSIS dengan susah payah. Dia bilang ke kepala sekolah untuk menghapus pementasan drama dari daftar pensi yang sudah kami buat sebelumnya," Jawab Tara apa adanya.
"Pementasan drama?" Tanya buk Lena balik ke Tara.
"Iya buk,"
"Oh, kamu salah. Sebenarnya yang mau dihapus itu pementasan flashmob, bukan drama." Jawab buk Lena menerangkan kepada Tara yang dari tadi tampak emosi.
"Tara!" Sorak 3 orang teman Tara berlari kelapangan untuk menghampirinya.
"Itu benar Tar, lo sih udah gue bilangin jangan main nuduh trus emosi gitu dulu." Bisik Rika kepada Tara yang langsung melotot mendengar pernyataan temannya.
"Kok lo nggak bilang dari awal kalo lo tau," Bisik Tara ke tiga temannya itu.
"Habis lo sih nggak mau dengerin kita-kita dulu. Lo main kabur aja tadi" cocor Cacha yang bernotabene juga temannya Tara.
"Hm.. gue min--"
"Mine!"
"Hah?!"
Seketika mata Tara melotot mendengar satu kata itu. Jantung Tara rasanya tiba-tiba berhenti berdetak. Mine, setau Tara mine itu artinya milikku. Nggak, ini pasti dia salah dengar karena nggak fokus. Siapa yang milik siapa (?)
"You're mine. Sekarang lo milik gue. Gue nggak nerima penolakan!" Tegas Alaska terakhir.
Itu adalah kata terakhir yang diucapkan oleh Alaska sebelum ia pergi meninggalkan Tara yang mati kutu ditengah lapangan akibat kata-kata yang diucapkannya barusan.
Seketika terdengar suara teriakan dari teman-temannya.
"Astaga Ra, sumpah demi apa lo ditembak kak Alaska."
"Ho'oh, tau gitu gue aja yang bentak-bentak kak Alaska."
"Mine, No penolakan! Awh, lo wajib traktir kita-kita Ra."
--o0o--
"Lo kenapa sih ra, dari tadi diem aja"
Kali ini mereka sudah duduk disebuah cafe didekat sekolah. Seperti yang dikatakan oleh temannya tadi, mereka ada disini bertujuan untuk minta traktiran PJ atau pajak jadian dari Tara.
Tara sudah menolak berkali-kali, tetapi apa daya jika tenaga Tara kalah kuat oleh 3 orang temannya.
"Lo semua apa-apaan sih, gue nggak ngerasa ditembak bahkan jadian. Malah pada minta traktiran ke gue." Muka Tara yang kusut dari sejak pulang sekolah dan moodnya sedang sangat kacau.
"Ra, kita-kita nggak budek kali. Orang gue denger kok kalo kak Alaska bilang mine ke lo." Ucap Rika.
"Ho'oh gue juga." Cerocos cacha sambil memasukkan es krimnya kedalam mulutnya.
"Ra, lo kenapa? Dari tadi juga gue liatin muka lo kusut amat. Masih masalah kak Alaska? Kalo lo emang nggak suka lo tinggal bilang nggak, Ra." Ucap Gita sambil mengusap bahu Tara.
"Iya, gue juga mau bilang gitu tadinya. Tapi--"
Omongan Tara terhenti saat melihat sebuah notifikasi dari ponselnya.
"Ra, kenapa?" Ucap Gita panik saat melihat wajah Tara yang tiba-tiba berubah setelah membuka ponselnya.
Tara menyodorkan ponselnya kepada ketiga temannya. Benar saja, mereka semua juga kaget dibuatnya. Sebuah video saat Tara sedang dilapangan yang memaki-maki Alaska dan saat Alaska tiba-tiba menembaknya.
Yang membuat mereka kaget bukanlah video nya, melainkan kata-kata dan ucapan menghujat yang secara terang-terangan ditujukan kepada Tara dari sebuah medsos tersebut.
"Gila, semuanya tentang hujatan buat Tara." Kata Rika sambil geleng-geleng kepala.
"Demi apa likes nya 2.290, comments nya 1.356. Dan ini baru 1 jam yang lalu." Cocor Cacha antusias melihat jumlah likes dan comments nya.
"Ra, sekarang lebih baik kita pulang." Ucap Gita yang saat ini mengerti dengan keadaannya Tara.
Akhirnya mereka meminta bill dan berjalan meninggalkan cafe setelah membayar pesanannya.
"Siapa yang sudah menyebarkan video itu?" Batin Tara saat dimobil dalam perjalanan pulang.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKA
Teen FictionCowok cuek dan dingin bentuk benda mati gitu emang ada yang mau (?). Begitulah kira-kira pertanyaan yang ada dibatin Tara. Sayangnya kenyataan dari pertanyaan Tara adalah yang sebaliknya. Ia tak pernah berfikir sampai dirinya menjadi hak milik seseo...