M #8

2.9K 363 9
                                    

Obsession is love's another name.
----





Hari ini hujan.

Padahal tadi pagi tidak ada satu awanpun di langit. Kadang, cuaca memang tidak bisa diprediksi. Jika ingin hujan ya hujan. Tidak ada yang bisa mencegah.

Tetesan hujan semakin banyak. Gue terjebak di emperan toko samping tempat les sejak satu jam yang lalu.

Ada beberapa orang juga berteduh di sini. Semua bergerombol, dan gue sendirian.

Di depan gue ada gerombolan cewek mungkin anak SMA kayak gue. Mereka tampak asik membicarakan sesuatu seakan punya dunia sendiri. Kadang mereka tertawa entah karena apa.

Gue menatap kosong gerombolan itu.

Gue baru sadar, gue ternyata gak punya teman sama sekali. Haha.

Kalian pasti berfikir gue aneh sekarang. Tapi, gue emang gak punya temen deh.

Kalo 'temen' yang kayak di sekolah sih banyak.

Gue baru sadar kalo gue emang sendirian. Ah, hal remeh seperti ini kadang ngingatin gue kalo gue itu bener-bener sendiri. Gak punya siapapun.

Sedih ya?

Gak kok.

Udah terbiasa.


Sekarang gue harus mikir gimana caranya gue pulang. Gue gak bawa payung dan hp gue mati. Sekarang udah malem lagi.

Orang-orang semakin sedikit. Mereka memilih menembus hujan.

Kalo badan gue sehat kayak biasanya, gue udah pulang daritadi. Mungkin gara-gara ketiduran di bathup semalam, jadi hari ini tubuh gue sakit. Mana hujan deras lagi.

Gue akhirnya milih jongkok. Kepala gue makin pusing. Mana lapar lagi. Sial.

Hah. Semoga langit tau penderitaan gue.


"Waaa anjir ganteng banget!"

Gue ngernyit denger pekikan cewek yang berdiri di depan gue. Cewek-cewek itu sejak tadi memang ribut, tapi, sekarang tambah berisik.

Gak tau ada apa. Kepala gue pusing.

"Dia jalan kesini!"

"Gue mau minta foto."

Setelah beberapa saat pekikan itu makin banyak. Bukan hanya gerombolan cewek di depan gue, tapi, di samping gue juga pada heboh.

Sial. Gak tau apa kepala gue pusing. Mata gue berkunang-kunang. Semoga gue gak pingsan.

Lalu tiba-tiba semua pekikan disekitar gue hilang.

"Ehmm?"

Gue merasa ada banyak pasang mata yang mengarah ke gue sekarang. Entah itu tatapan kaget, iri, atau kasihan.


"Caroline."

Hm?

Gue mendongak sampai leher gue sakit untuk melihat cowok yang berdiri di depan gue. Gue kayak gak asing. Gue ngerjapin mata. Memfokuskan penglihatan gue.

Familiar sama wajahnya.

Gue memincingkan mata.

"Sehun?" guman gue lirih.

Gue seketika blank. Ini efek kepala pusing, ngigo ato emang Sehun lagi berdiri di depan gue sih.

Gue bengong natap cowok yang mungkin emang Sehun di depan gue.

Kepala gue tambah pusing. Sial.

Sehun entah bilang apa. Gue gak denger. Gue cuma liat mulut dia guman sesuatu.

Gue ngerjapin mata.

Suara pekikan cewek-cewek tadi bikin gue rada sadar. Tubuh gue melayang ke atas.

Tau-tau gue udah digendong Sehun ala putri. Dia berjalan ke arah mobil mewahnya yang kali ini berwarna putih. Ada dua orang laki-laki bawa payung besar berwarna hitam. Mereka langsung lari mendekat ketika ngliat Sehun.

Sehun dengan cuek terus berjalan dengan dipayungi dua orang laki-laki tadi.

Gue mendongak, melihat wajah Sehun yang lempeng macem papan gilas.

Tapi, kenapa dia ganteng banget sih. Dari bawah sini gue bisa liat rahangnya yang tegas dan adam's applenya yang sesekali naik turun. Rasanya gue pengen nyentuh.

Hah.

Sialan.

Ini bukan gue.

Anggep aja itu tadi efek kepala gue yang pusing.

Sampai akhirnya gue dimasukkin ke dalam mobil dengan hati-hati. Gue cuma bisa duduk tak berdaya di kursi penumpang.

Gue liat Sehun berjalan santai ke kursi kemudi dengan tetap dipayungi oleh bawahannya.

Gue liatin dia sampai masuk ke dalam mobil. Lalu setelah itu langsung memalingkam wajah.

Sehun melirikku sebentar, sebelum mencondongkan tubuhnya ke arah gue. Hembusan nafasnya terasa nyata. Wajahnya hanya sejengkal dari wajah gue.

Kalau gue sehat gue mungkin akan berontak, ya kalau bisa sih. Biasanya badan gue kaku. Gak bisa gerak kalau udah natap mata manusia satu ini.

Apalagi saat gue sakit kayak gini. Gue cuma bisa natap dia tak berdaya.

Ternyata dia membenarkan seat belt dan letak duduk gue. Setelah itu dia kembali ke kursinya, menghidupkan mobil.

"Tidurlah." Perintahnya datar.

Gue natap dia dengan lemah.

Tangannya terulur mengelus rambut gue pelan. Matanya natap gue dalam. "Tidurlah." Kali ini nadanya lebih lembut.

Mata gue memberat.

Suhu hangat di mobil membuat gue nyaman. Atau mungkin karna ada Sehun?

Entahlah.

Gue ngantuk.

Gue tidur dulu ya?













----
Tbc






Double update bukan sih? Wkwk. Aku ga jadi sebel sama sehun. Soalnya tadi pagi aku ketemu foto sehun yang ga manusiawi di beranda igku 😍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine (Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang