Satu

765 96 165
                                    


WARNING
TULISAN AMATIR. TYPO BERTEBARAN. KATA-KATA GAK ENAK DIBACA. ALUR MAJU MUNDUR. MOHON MAAF

*****


Hari yang cerah dimusim panas. Hari itu Soonyoung berniat memberi kejutan pada suaminya. Ya, hari ini adalah ulang tahun pernikahannua dengan Seokmin yang ke 3, ia sangat bahagia. Di tahun ketiga pernikahannya, semua sudah ia dapatkan. Suaminya orang yg sangat ia cintai, anak kembar yang manis dan lucu. Soonyoung tak ingin apapun lagi selain keluarganya yang selalu bahagia dan bersama-sama.

Soonyoung membawa kotak makan siang dan beberapa makanan kesukaan Seokmin. Hubungan mereka memang sedang tak baik belakangan ini. Seokmin sering marah karna hal sepele bahkan Seokmin sudah berani membentak kedua putra kembarnya, Soonyoung fikir mungkin itu karna seokmin kelelahan bekerja sampai selalu pulang larut malam.

Begitu masuk, tanpa Soonyoung sadari ia disambut tatapan lirih dari karyawan-karyawan Seokmin. Ia menggenggam tas berisi semua yang telah ia siapkan dan tersenyum senang sembari berjalan ke ruangan seokmin.

"Jadi kapan kau akan menceraikannya?"

Soonyoung mengernyit, kini ia diam mematung dihadapan pintu yang menuju ruangan suaminya.

"Entahlah. Kau tau anak-anakku masih kecil. Lagipula ibuku sangat menyukainya"

"Aku tak mau menunggu lebih lama."

"tenang saja aku akan segera menceraikannya"

Soonyoung memberanikam diri untuk membuka pintu, kakinya lemas rasanya ia tak sanggup berdiri. Bekal dan semua yang ia siapkan hancur berantakan di lantai. Bagaimana tidak? Ia melihat Seokmin duduk memangku seorang wanita- yang Soonyoung kenal sebagai sekertaris Seokmin. Matanya memburam, air matanya telah jatuh entah sejak kapan. Wanita itu menatap Seokmin lalu turun dari pangkuannya. Dia berjalan melewati Soonyoung dan dengan sengaja menginjak makanan yang berserakan dilantai.

"Kau- kenapa datang kemari." Seokmin menatap istrinya dengan datar. Sang istri, yang ditatapnya kini sedang mengelap air matanya dengan tergesa-gesa.

"Maafkan aku-aku membuat kantormu kotor." Soonyoung.memunduk,. membereskan makanan yg jatuh. Ia sakit, sangat sakit. Ia sangat ingin marah dan memberontak, tapi rasa sayangnya pada Seokmin mengalahkan segalanya. Ia tak ingin Seokmin menceraikannya.

Suasana hening dalam beberapa menit. Soonyoung masih menunduk, terduduk dilantai sambil memeluk tas bekalnya, sementara seokmin kini tengah sibuk dengan pekerjaannya.

Soonyoumg mengangkat kepalanya perlahan, menatap lirih sang suami yang tampak tak memperdulikannya sama sekali.

"K-kau pulang jam berapa?" ia memberanikan diri memulai pembicaraan sambil berdiri menatap seokmin dari jauh, ia tak berani mendekat.

"Aku tak akan pulang." Mata seokmin tetap fokus pada berkas-berkasnya.

"Ah kau pasti sangat sibuk. Kalau begitu beso-"

"Aku tak akan pernah pulang soon, kau tak mengerti dengan apa yang terjadi barusan? Aku akan segera mengirim surat perceraiannya. Pulanglah anak anak sendirian dirumah"

"Kau bahkan tau anak-anakmu sendirian. Seokmin, aku akan tetap menunggumu pulang. Dan aku tak akan pernah menandatangani surat perceraian itu, aku dan anak anak akan tetap menunggumu pulang dirumah."

***

Soonyoung terbangun dari mimpi buruknya. Nafasnya tak beraturan. Ia melirik kedua putranya yang masih tertidur lalu berjalan ke arah dapur, menyiapkan sarapan seperti biasanya.

[SEOKSOON] HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang