"Dunia tak lagi lengkap, karena matahariku telah hilang."
Seorang gadis kecil dengan rambut dikuncir kuda melambaikan tangan kepada lelaki di seberang jalan. Lelaki itu tersenyum lebar seraya mengulurkan tangan. Gadis itupun berlari menemui lelaki tadi. Ibunya sudah memperingatkannya agar berhati-hati. Namun naas, ia tak mengindahkan kata-kata ibunya.
"Ayah... hiks hiks mama... sakit," gerutu gadis kecil itu. Iya, gadis kecil tadi terjatuh. Mamanya dan lelaki tadi buru-buru menghampirinya.
"Ine, udah ibu bilangin juga hati- hati masih aja ceroboh kamu," kata sang mama
"Kaki Ine jadi jelek gak cantik lagi hiks...."
"Tuan putri nanti kakinya biar ayah obatin dirumah pake ramuan super," ucap lelaki tadi yang ternyata adalah ayah sang anak.
"Lamuan supelnya udah habis kemalin hiks...."
"Ya nanti ayah buatin lagi khusus buat tuan putri yang cantik."
"Ayah jangan pelgi ya? biar kalau lamuan supelnya habis ayah bisa buatin. Ayah janji ya sama Ine gaakan pelgi lagi?"
"Nanti ayah buatin ramuan supernya yang banyak kalau perlu selapangan."
"Ih, janji dulu." Sang Ayah hanya tersenyum.
"Janji itu menyakitkan, Ine. Udah sini naik kepunggung ayah. Ayah gendong sampai rumah."
☆☆☆
"Ayah... Ayah...."
Gadis yang sedang tertidur itu terus-menerus mengumamkan hal tak jelas. Sedangkan, seorang wanita yang berada di sampingnya hanya menagis dan berusaha membangunkannya.
"Sayang, bangun Ine jangan biarkan duniamu larut dalam mimpi semu itu, masih ada ibu disini."
Sudah berulang kali wanita itu mengungkapkan perasaannya agar anak gadisnya itu mau membuka matanya. Namun, usaha yang dilakukannya belum juga membuahkan hasil. Akhirnya, wanita itu menanggis sesengukan tak tahan melihat kondisi putrinya yang terus memburuk.
Tanpa diduga gadis itu perlahan membuka matanya. Ia mengerjap menahan cahaya yang berlomba-lomba masuk melalui celah matanya. Sang ibu yang terkejut dengan refleks langsung memeluk anaknya.
"Airene, jangan kayak gini lagi ya... janji sama mama?"
Gadis yang bernama Airene itu hanya menangis tak menanggapi ucapan mamanya. Masih segar dalam ingatannya, bagaimana ayahnya meninggal. Meninggalkan dia yang bukan apa-apa di dunia ini. Tapi, ia tidak boleh terus terpuruk. Mamanya sudah sangat menderita semenjak kehilangan ayah apalagi jika ditambah dirinya yang terus-terusan seperti ini. Ia harus bangkit dari keterpurukannya dan melanjutkan hidupnya, meskipun kini dunianya tak lagi utuh.
☆☆☆
Hari ini hari senin, hari yang paling disegani kebanyakan murid sekolah. Bagaimana tidak? Mereka harus berangkat pagi disertai atribut lengkap. Setelah itu, masih harus berpanas-panasan di bawah teriknya mentari pagi sambil mendengarkan khutbah sang kepala sekolah. Tidak, bukannya mereka membenci upacara, mereka masih menghargai tanah airnya. Hanya saja, kadang atribut mereka terselip atau virus bosan melanda saat mendengarkan sang kepala sekolah berceramah ria yang isinya hampir sama seperti senin-senin sebelumnya.
Tak terkecuali Airene, ia juga harus melaksanakan runitas hari senin yang membosankan itu. Airene mulai memasuki sekolah barunya. Ralat, bukan baru lagi karena ia sudah memasukinya minggu lalu saat kegiatan Layanan Orientasi Siswa (LOS) berlangsung.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMENJANA #WYSCWPD
Teen Fiction[WYSCWPD] [PESERTA NOMOR 48] [GENRE TEENFICTION] Terlihat namun semu. Bersinar dan redup di waktu yang sama. Bukan hitam, bukan pula putih melainkan abu-abu. Airene Adora Swastamitra seorang gadis biasa saja yang merasa tak memiliki kelebihan. Ia b...