SEMENJANA - C

5 0 0
                                    

"Berteman memang tak semudah mencari x dalam matematika"

"Oh ternyata lo anak IPS," ucap sosok dibelakang Airene. Ternyata sosok itu adalah manusia bukan penunggu lapangan seperti yang Airene pikirkan. Apa mungkin Airene yang terlalu berpikir kejauhan? Entahlah.

Airene berbalik, ingin mengetahui manusia seperti apa yang sedari tadi di belakangnya.

"Sungguh teganya teganya dirimu membohongi abang." Sudah bisa tertebak bukan siapa sosok itu. Siapa lagi kalau bukan cowok tadi si Dodo maksudnya.

"Gue udah nyoba sabar ya daritadi. Udah ah sana jangan ganggu gue. B ye e bye." Airene sudah muak melihat si Dodo Markodo ini.

"Lo emang ya gatau diuntung. Tadi waktu pingsan siapa coba yang bawa lo ke UKS sampe ngos-ngosan?"

"Jangan bilang lo yang bawa gue ke UKS amit-amit dah mandi tujuh kali gue habis ini." Kata Airene dengan ekspresi begidik ngeri. Si Dodo hanya tersenyum mengejek.

"Apaan dah lo, yang bawa lo ke UKS ya anak PMR lah. Ha ha ha anjir ngakak gue liat ekspresi lo ha ha ha." Si Dodo terus tertawa dan Airene hanya memanglingkan muka menunduk menahan malu. Di sela-sela tawa Dodo, Airene menyempatkan melirik name tagnya. Dan tenyata tidak tertempel badge nama diseragamnya. 'Yaudah, gue panggil Dodo ajalah ya? Eh pangil Dodo Markodo aja.

"Udah ah, gue mau ke kelas."

"Udah gue ijinin kok tadi ke guru kelas lo, baik kan gue. Padahal lo mah jahat ke gue. Gue kira kita sekelas. Jadi gue ijinin ke bu siapa tadi ya di kelas gue eh gaada nama lo kan kampreet." Si Dodo terus memengeru.

"Udah kan? Sekarang giliran gue yang tertawa ya Dodo Markodo bwahahahahaha hahaha."

"Eh, gue punya nama ya. Enak aja ganti nama anak orang. Emak bapak gue cari nama dengan sepenuh hati, malah diganti gitu aja." Dodo Markodo eh salah cowok ini terus menggerutu.

"Yaudah deh nama lo siapa? Habisnya salah siapa seragam  gaada badge namanya terus temen lo tadi manggil lo Dodo yaudah gue panggil Dodo Markodo ha ha ha ha."

Cowok di depanku ini menggulurkan tangan sambil menata jambul rambutnya.
"Kenalin Ridho Ramadhan Wijaya panggil aja Rama atau Ridho juga boleh, memegang predikat siswa terganteng di SMA ini."

"Idih terganteng dari bawah yang iya. Wajah gausah diganteng-gantengin emang ga ganteng ha ha ha ha." Airene terus tertawa.

"Dan nama lo pasti Airene Adora Swasmita, dipanggil Airene atau Ine kan?"

"Idih yaiya lah lo bisa tahu nama gue orang terpampang jelas di badge nama gue, Dho. Panggil Airene aja jangan pernah panggil gue Ine atau gue akan marah besar nanti."

Airene memang tidak suka jika dipanggil Ine, karena panggilan itu mengginggatkannya pada mataharinya yang telah tiada.

"Iya iya. Jadi mau berteman?" Ucapnya seraya tersenyum.

☆☆☆

D

i kelas ternyata hanya ada satu bangku yang kosong. Itupun sendirian. Akhirnya Airene memilih duduk di bangku itu saja karena memang tak ada pilihan lain. Karena sejatinya, sekolah bukan untuk mencari teman ataupun musuh tetapi mencari ilmu pengetahuan.

Airene menghiraukan tatapan teman sekelasnya yang menatapnya binggung. Apalah ya yang ada dipemikiran mereka yang jelas Airene tidak ingin memikirkannya. Ia hanya berjalan lurus menuju bangkunya.

Setelah menaruh tas dan duduk, orang di depannya berbalik.

"Hai, Airene ya?" Ucap cewek di depan Airene.

"Iya, lebih lengkapnya Airene Adora Swaramitra. Panggil aja Airene. Oiya, kok bisa tahu namaku? Nama kamu siapa?" Airene hanya berusaha membalasnya secara sopan.

"Santai aja ndak usah pakai bahasa formal gapapa, Airene. Nama gue Kalizha. Tadi ada cowok lebih tepatnya cogan kesini ngizinin kamu katanya sakit, jadi tahu lah hehe."

"Aduh, si Dodo kamu anggap cogan? Masih juga ganteng Shawn Mendes masih juga manis oppa Soo Hyun." Kata Airene sambil tertawa.

"Kalau sama Shawn mah beda jauh. Eh lo ngefans Kim Soo Hyun juga?"

"Iya, lo ngefans juga? Ah akhirnya gue ketemu yukaris dari sekian lama menanti." Kata Airene bahagia.

"Sayangnya si Oppa masih wamil."

Dan percakapan tentang Kim Soo Hyunpun berlanjut hingga bel pulang berbunyi.

☆☆☆

Airene melambaikan tangan ke Khalizha. Ia menuju gerbang, menunggu angkot yang lewat. Tiba-tiba ada sepeda melintasinya sambil membunyikan klakson yang memekakan telinga.

Tiiiiiiin

"Gubis banget deh tuh orang bunyiin klakson sembarangan. Orang gue udah minggir juga," gerutu Airene. Pengendara sepeda motor itu membuka helmnya. Dan jeng jeng... munculah wajah si Dodo Markodo eh Ridho.

"Ayo dah pulang bareng cowok tampan. Kan tadi kita sudah berteman. Perlu diperjelas lagi t e m a n teman."

"Terus kalau sudah ber- te - man emang kenapa?" Kata Airene seraya menekankan kata teman.

"Kan kalau sudah berteman boleh dong ngajak pulbar alias pulang bareng." Ridho mengedipkan sebelah matanya.

"Anjir, jijik gue lihat tingkah lo. Tapi boleh juga tawaran lo ajak pulang bareng bisa ngehemat duit gue hehe. Eh tapi gue ndak bisa beliin bensin lo ya." Mata Airene berbinar senang. Tadi siang memang ia sudah berkenalan dan menerima ajakan pertemanan dari Ridho tapi Airene belum sepenuhnya percaya pada Ridho, kriteria untuk diterima jadi teman Airene itu tinggi.

"Lo pikir gue ga punya duit apa? Sampe minta dibeliin bensin sama lo. Lagian aneh si lo biasanya cewek tanyanya 'ga ngapa-ngapain gue kan lo?' Lah elo malah tanya bensin." Airene menjitak kepala Ridho.

"Aduh, santai napa neng ntar kalau gue gegar otak lo mau tanggung jawab." Ucap Ridho sambil mengelus kepalanya yang dijitak Airene.

"Lagian lo mau ngapa-ngapain gue ya? Ngaku lo? Gue naik angkot aja udah lebih a to the man aman." Airene berkilah akan meninggalkan Ridho.

"Berburuk sangka itu tidak baik teman. Jauhilah sembarang prasangka karena," kata Ridho dengan wajah seolah berpikir keras.

"Karena apa ya lupa gue. Ntar deh gue browshing dulu. Pokoknya bareng gue deh dijamin aman, sehat, sentosa." Ridho tersenyum bangga.

"Iya deh iya bang eneng bareng abang. Pokoknya awas aja kalau sampe ngapa-ngapain."

"Iya iya. Udah buruan naik lo."

Setelah membenarkan pijakan kaki pada sepeda motor Ridho, Airene naik ke boncengan motornya.

"Eh bentar-bentar gue angkat telepon dulu." Ridho mengacungkan handphonenya yang berkedip minta diangkat.

"Iya iya bentar lagi Rama pulang, bentar mau nganterin temen Rama dulu."

"Ini penting udah Rama mau nganterin temen Rama dulu."

"Duh harus banget ya sekarang. Yaudah deh Rama telepon Azka dulu."

Ridho terlihat mematikan teleponnya. Terlihat sedang menelpon seseorang mereka berbasa-basi singkat. Setelah selesai, Ridho berbalik menatap Airene.

"Eh, gue masih ada urusan lo pulang sendiri dulu ya?" Kata Ridho.

☆☆☆

1027 kata
10 Juni 2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMENJANA #WYSCWPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang