faris pov
Ting..ting...
Hanya ada dentingan sendok membentur piring yang sedari tadi mengisi keheningan di tengah tengah kami.Ya, aku bersama ketiga teman koasku sekarang sedang berada di kantin rumah sakit.
"Gak kerasa ya, bentar lagi udah mau sumpah dokter aja nih."Akhirnya aku berkata untuk memecah keheningan.
"Iya, terus kita pengabdian dong. Semoga aja, gue nggak dapet daerah pedalaman."
"Emang kenapa ren?" tanyaku.
"Nggak kebayang deh dapet penyakit yang aneh aneh, apalagi kalau sampai orangnya pun ikutan aneh aneh. Terus apa tuh, harus berdebat dengan aturan adatlah, apalah." khayal reno.
"Kebanyakan liat film lo tuh." opini nandi.
"setuju gue sama lo di" kataku.
" liat aja entar, kalo lo kena pengabdian di pedalaman, baru tau rasa lu. Trus lu pada ngadu ke gue gini, "Ren, gue udah gak tahan, disini penyakitnya aneh aneh, masa di rambutnya ada perkampungan kutu, yang kata pasien gue suka malem mingguan." " kata reno kepadaku dan nandi.
"Dasar lu !" kataku sambil melemparkan tisu ke reno.
"Ye, santai dong. " kata reno sambil memungut tisu yang kulemparkan tadi yang ternyata masuk ke kantong snelli nya
*snelli : jas putih dokter.
"Udahan yuk!" ajak nandi.
"Hu'uh, menurut riset nih ya, kalo kelamaan di kantin bisa berpotensi menaikkan tekanan darah senior senior tercinta kita."tambah reno.
Kami pun berdiri dari kursi, dan tak lupa aku menghadiahkan toyoran keras ke kepala reno.
"Ishh, puas lu nyakitin temen sendiri, Dasar lu temen yang nggak berperi ke-reno-an." kata reno sambil mendahului kami berdua.
"Bodo amat, nggak ada di UUD juga." aku mengejar reno dan merangkulnya.
"Eh guys, bentar deh, bukannya kita punya jadwal bedah mayor ya?" ingat nandi.
"Hah? Kok kita bisa bisanya sampai lupa gini sih. Kita nggak pada kena amnesia dadakan kan?" aku pun lantas berlari bersama kedua temanku.
.........
Kami pun telah kembali ke ruangan dengan napas masih memburu.
Dan lebih parahnya lagi, ternyata disana sudah ada residen yang menunggu kami.
"Apa gue bilang, riset akan segera terbukti." bisik reno kepadaku.
"sst, diem lu!"
"Heh, kalian, diem disitu! Udah tau jadwal kalian sekarang apa? Sekarang kalian tuh seharusnya ikut operasi bedah mayor. Asal kalian tau,operasi itu sangat penting buat kalian."
"Kalian sudah merasa pintar? Hah? Atau kalian masih ragu untuk jadi dokter? JAWAB!"
"Mmmaaaf dok."jawab kami serempak.
"Kalau kalian seperti ini lagi, copot tuh snelli dan segera tinggalkan dunia kedokteran! Orang ceroboh seperti kalian bukannya menyelamatkan pasien, malah adanya membahayakan nyawa pasien. Camkan itu!"
"oke, itu peringatan keras buat kalian semua. Dan sebagai hukumannya, kalian harus membuat makalah tentang meningitis. Minimal 70 halaman. Dikumpulkan LUSA!"
*meningitis : radang selaput otak.
"Hah lusa dok?" tanya reno.
Akupun lantas menginjak kaki reno.
"Aw, sakit tau" bisik reno.
"ok, saya kira masih terlalu ringan untuk kalian. Saya akan kasih penawaran. Mau 70 halaman dan dikumpulkan lusa, atau 100 halaman dikumpulkan 3 hari lagi?"
"Hah?" teriak reno.
"Aw."pekik reno.
Ya, kaki reno diinjak lagi. Dan itu bukan dengan kakiku. Tapi rupanya kaki nandilah yang sengaja melakukannya.
"Jadi pilih yang mana? Cepet jawab!"
"100 halaman dok"
" 70 halaman dok"
"70 halaman dok"
Kami pun menjawab bersamaan.
"Hah? 70 atau 100? Jadi dokter itu nggak boleh plin plan. Keputusan harus matang, kalian mau ngebuat pasien kalian jadi bingung dan nggak percaya lagi sama dokter dokter macam kalian ini?"
"Maaf dok. Kami memilih 100 halaman dan dikumpulkan tiga hari lagi."Jawab reno sekenanya.
Aku dan nandi hanya bisa menggerutu.
........
"Lo gila ya ren. Bisa bisanya lo milih 100 halaman."
tanyaku."Ya baguslah, itu bakal ngebuktiin ke dokter Gandi kalo kita itu serius jadi dokter." kata reno santai.
"serius pala lu. Tapi ya nggak gini juga kali ren. Palingan itu semua yang bakal ngerjain aku sama Faris. Lo cuma makan terus tidur." bantah nandi.
"Ye, kata ustadz gue ya, jadi orang itu jangan suka suudzon. Liat aja entar." kata reno membela diri.
.............
Hai, gimana ceritanya?
Terima kasih buat kalian yang bersedia membaca dan mengritik karya ini.
“Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza” :)