Pemandangan yang pertama kali ia lihat begitu membuka mata ialah cahaya lantas pendengarannya disambut oleh kicauan burung-burung yang tampak bahagia. Karla mengerjapkan matanya beberapa kali, bermaksud untuk mempertajam indra dan menikmati keindahan di hadapannya. Karla menyadari pemandangannya dibatasi sebuah kaca transparan yang langsung menghadap langit biru juga awan-awan tebal melingkupi bangunan-bangunan ala kota metropol.
Kayak di luar negeri, anjir. Batinnya norak.
"Apa gue udah di surga ya? Meninggal gara-gara asam lambung naek," gumamnya masih belum bisa mengalihkan pandangannya dari pemandangan tersebut.
Untuk beberapa menit, Karla tak dapat memungkiri bahwa ia menikmatinya. Sampai pandangannya bergerak meluas, kemudian ia sadar sesuatu. Karla berada di sebuah kamar yang benar-benar asing dan surga tidak mungkin punya poster Justin Bieber di dindingnya.
Detik itu juga, Karla menegakkan badannya. Kepalanya celingak-celinguk berusaha memahami apa yang sedang terjadi dan dimana ia berada saat ini. Setelahnya, barulah Karla sadar bahwa sedari tadi dirinya sedang berbaring di atas tempat tidur queen size perpaduan hitam dan merah yang--Karla menepuk alas itu beberapa kali--oh, benar-benar empuk! Matanya menelanjangi seluruh sudut dan Karla yakin saat ini dirinya sedang berada di kamar cowok.
"Tadi gue pingsan di kamar mandi apa di jalan sih?" tanyanya pada diri sendiri, berusaha mengingat setiap kejadian sebelumnya. Pupil matanya membesar panik. "Jangan-jangan gue diculik?!"
Dengan waspada namun pasti, Karla menyibakkan selimut lalu mulai menginjak ubin ruangan asing ini. Pandangannya kini mengarah pada satu titik dan ia memutuskan untuk berjalan ke sana. Entahlah, nalurinya ada sesuatu yang aneh pada cermin besar berkusen putih yang berdiri di sisi kanan depan ranjang tadi. Karla terus melangkah dengan sangat perlahan supaya tidak menimbulkan bunyi. Tinggal sedikiiiiit lagi. Hanya perlu menoleh untuk bisa melihat pantulan bayangannya di cermin, tetapi rasa penasarannya buyar ketika sebuah suara roda bergeser segera mengalihkan atensinya waspada.
Deg.
Astaga.
Mulut Karla otomatis membuka terperangah sementara matanya membulat lebar begitu terlihat jelas figur wajah itu. Dia... dia adalah--
"HUAAA!! L-lo siapa?!"
Jeon Jungkook.
"Hah???"
Karla sangat ingin tidak percaya ketika kedua matanya menangkap sosok yang muncul dari balik pintu geser dengan hanya mengenakan handuk putih menutupi tubuh bagian bawahnya. Tetesan-tetesan air yang turun melalui rambut hitamnya membuat siapapun langsung tahu kalau dia baru saja selesai mandi. Karla justru ikutan kaget mendengar cowok di depannya berbicara dengan bahasa lokal bahkan dengan logat... logat bicara seperti Prana!
Sementara Jungkook yang baru sadar dirinya hampir bugil buru-buru menyilangkan tangannya di depan dada seperti melindungi diri.
"Lo siapa?! Gimana lo bisa di sini?!" cecar Jungkook lagi. Benaknya sempat berpikir bahwa cewek yang tiba-tiba ada di kamarnya ini mungkin adalah tamu salah satu dari membernya yang lain. Tapi tentu saja, Jungkook langsung ingat peraturan yang sudah mereka semua sepakati.
"Jawab! Keamanan apartemen ini nggak mungkin bisa dibobol... astaga, lo stalker?!"
Bukannya mendapat jawaban, Jungkook menatap bingung cewek itu yang tiba-tiba mencubit dirinya sendiri.
"Mana selera pakaian lo aneh banget--eehh, kok lo malah nyakitin diri sendiri?!" Jungkook mulai bereaksi panik ketika Karla makin brutal memukul pipinya sendiri. "Wah, fix sakit jiwa ni orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down
FanfictionMeski banyak masalah ia alami semenjak memasuki usia remaja, Sekarlangit memilih untuk tidak menyerah pada kehidupan yang mulai terasa kejam. Baginya, di dunia yang jahat ini juga, Karla bernapas di era yang sama dengan grup penyanyi yang sudah mena...