Disinilah tempat seorang gadis duduk menyendiri. Sambil menikmati hembusan angin pagi. Siapa yang tau apa yang akan terjadi nanti? Ia terlalu sibuk berpikir sampai-sampai tidak menyadari ada suara yang memanggil namanya dari tadi.
"Na? Alena? Woi jangan ngelamun. Ada yang nyariin lo tuh,"
Gadis yang diajak bicara itu masih belum sepenuhnya sadar dari lamunannya.
"Hah?"
"Itu Lenaa. Ada yang nyariin elo,"
"Siapa?"
"Tuh, cowok yang itu,"
Mata Alena mengikuti arah yang ditunjuk oleh Anggi ㅡsahabat Alenaㅡ Lalu Ia melihat ada seorang laki-laki yang sedang menatap kearahnya. Tak lama setelahnya, laki-laki itu berjalan menghampiri Alena ㅡdan Anggi.
"Eh, udah ya gue tinggal dulu. Bye!" Kata Anggi sambil pergi meninggalkan dua sejoli yang masih tatap-tatapan itu.
"Jadi, ada apa lo nyariin gue?" Alena langsung bertanya to the point pada laki-laki itu.
"Gue cuma mau ngasih ini," Ucapnya sambil memberi Alena sebuah amplop coklat.
"Hah? Apaan nih? Dalam rangka apa? Emang gue ulang tahun? Perasaan nggak deh,"
"Lo nanya mulu udah kayak wartawan. Udah nanti lo buka aja, lo liat sendiri itu apaan,"
Alena dengan wajah bingungnya masih tak mengerti kenapa lelaki yang ada didepannya saat ini memberinya.. Amplop coklat?
Ia bahkan tidak tau laki-laki ini siapa. Tapi tiba-tiba Ia datang dan memberinya sebuah amplop?
"Maksud lo apa sih? Gue aja gak kenal lo siapa," Kata Alena.
"Tapi gue kenal lo, banget. Lo nya aja gak inget, hehe. Yaudah, gue balik ke kelas dulu ya. Bye!" Laki-laki itu berlari pergi meninggalkan Hanna yang masih terdiam.
Dia kenal gue?
Gue gak inget?
Emangnya dia siapa?
Apa jangan jangan kita pernah kenal tapi gue lupa ya..
Ah bodoamat, gue gak peduliAlena pun kembali ke kelasnya. Ia mengantongi amplop itu dalam saku seragamnya. Entahlah, mungkin Ia akan membukanya nanti.
Ia memasuki kelasnya dan langsung menghampiri Anggiㅡsahabatnya.
"Nggi, lo kenal cowok tadi?" Tanya Alena.
"Hm, kok nanya gue? Gue juga gak tau apa apa, Na," Hanya itu jawaban yang dia dapat dari Anggi. Padahal Ia ingin tau lebih banyak.
"Ooh, yaudah deh kalo gitu,"
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Waktunya pulang. Alena mempercepat langkah kakinya karena Ia ingin pulang. Ia sangat lelah hari ini. Ditambah ada laki-laki yang gak jelas tiba tiba memberinya amplop coklat.
Oh iya amplopnya belom gue buka
Sambil berjalan Alena merogoh saku seragamnya. Mencari amplop coklat yang tadi Ia dapatkan dari lelaki itu.
Karena Ia penasaran langsung saja Ia buka amplop tersebut.
Sebuah kertas. Kertas kosong.
Ia diam. Apa maksudnya? Apa maksud lelaki itu memberi dia amplop yang isinya hanya selembar kertas polos. Ia bahkan tidak kenal dengan orang itu.
Ia membalik kertas itu. Kosong juga. Tetapi deretan tinta hitam dipojok kanan bawah itu mencuri perhatiannya. Nomor telepon?
Tanpa berpikir panjang Alena mengambil ponselnya. Jemarinya mengetik nomor yang tertulis disana.
Nada sambung pun terdengar. Tetapi panggilannya tak kunjung dijawab. Baru saja ia ingin mematikan telponnya, sebuah sautan terdengar dari seberang sana.
"Halo?"
"Halo. Ini yang tadi ngasih amplop coklat ke gue kan?"
"Ooh iya. Lo Alena?"
"Iya. Lo itu sebenernya siapa dan mau lo itu apa?"
"Jadi, lo gak inget gue samsek, Na?"
"Cukup jawab pertanyaan gue. Kalo gue inget lo siapa, gue gabakal nanya ke lo kayak gini,"
"Gue Leo. Leo Revano,"
"Oke sebagai perkenalan, gue Alena Cadenza. Back to the topic, lo itu siapa? Kenapa lo nanya gue inget lo apa nggak?"
"Gue tau kok nama lo. Nama bapak lo gue juga tau, Samuel Cadenza,"
"Anjir kok lo tau-tau an!? Lo siapa? Lo nguntit gue ya!?"
"Gue temen kecil lo, kalo lo inget,"
Tut.. Tut.. Tut..
Sialan dimatiin
Gue belom selesai juga penasarannya
Btw.. Temen kecil? Kok gue gak inget sih
Astaga, Alena. Ingetan lo cetek banget sih.Ting!
Ada satu pesan masuk. Dari nomor tadi.
081xxxxxxxxx
Besok istirahat bareng ya. Gue samper ke kelas lo!Hah....?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleovera
Teen FictionAloevera banyak manfaatnya. Begitu juga kehadiran Leo dalam hidup Alena. Banyak sekali manfaatnya. Leo banyak merubah hidup Alena menjadi lebih baik. Leo menyukai Alena. Tetapi Alena yang baru saja patah hati itu menolak untuk berpacaran dengan Le...